Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 23 - LIBURAN

Chapter 23 - LIBURAN

"Ai, aku ngajak temanku untuk ikut jalan jalan. Gak apa ya? Dia yang tahu seluk beluk daerah yang kita kunjungi nanti." Adnan menghubungi Aira malam itu, sebelum mereka pergi keesokan harinya.

"Oke"jawab Aira singkat. Sejujurnya sedikit malas, begitu Adnan mengatakan hal itu. "Ini bukan Double date kan?"

"Hei, bukan. Bukan. Tenang aja."

"Kenapa ga bilang dari awal, Nan? Besok mau pergi, baru bilang sekarang"sewot gadis itu.

"Maaf. Maaf banget"

"Ya udahlah. Aku sebenarnya males kalo kaya gini, Nan"lanjut Aira, sebal.

"Pliiss. Jangan marah. Aku ga ada maksud apa -apa. Bener!! Sumpah!" Adnan mencoba membujuk sahabatnya, agar tak marah.

"Oke..oke." call end.

Aira melempar ponselnya ke ranjang. Lalu berbaring usai minum obat. Memejamkan mata.

Esoknya...

Aira sudah menyiapkan semua kebutuhannya selama akan liburan dengan sahabatnya. Jadi pagi ini, ia tinggal berangkat.

Bu Wina membuatkannya telur dadar dan tumis brokoli asam manis. Menu cepat, karena sang Nona berangkat saat hari masih gelap. Mereka menggunakan mobil teman Adnan.

Tepat pukul 5pagi, mereka berangkat dari rumah Aira. Agar sampai di tempat tujuan tak terlalu siang dan pulangnya tak kemalaman.

Adnan duduk di depan, Zii di belakang. Aira segera menyamankan diri di samping Zii. Ia tenggak obatnya dengan sebotol air. Tadi setelah sarapan, ia lupa.

Perjalanan ke kota Malang, selama hampir dua jam, membuat Aira tertidur juga. Ia berpelukan dengan Zii. Yang juga terlelap. Belum lagi menuju tempat wisata tujuan mereka nanti.

Kedua lelaki yang duduk di depan memandangi kedua gadis di belakangnya dengan senyum yang terulas.

"Kamu kalau mau tidur, gak apa Nan. Aku udah biasa nyetir jauh."celetuk sang teman. Tersenyum padanya.

"Ga, aku temani kamu ngobrol, Ndra"sahut Adnan. "Biar ga ngantuk, santai aja jalannya"

Mereka berbincang ringan akhirnya di sepanjang perjalanan. Sesekali bercanda, tertawa kecil. Berusaha bersuara rendah agar kedua gadis manis yang tidur di kursi belakang tak terganggu.

Hingga perjalanan mereka berakhir dan tiba di tempat tujuan.

Deretan pohon pinus seilah mengucapkan selamat datang. Adem, hamparan tanaman hijau yang luas. Sepanjang mata memandang hanya ada Warna hijau saja. Zii dan Aira langsung membuka mata lebar. Terpukau dengan pemandangan hijau nan sejuk di depan mata.

Mereka semua sampai di pintu masuk. Membayar tiket dan mulai berkeliling menikmati aneka tanaman hias di sepanjang perjalanan menuju tempat utama.

"Oh Ai. Kenalin, ini Andra, temanku." Adnan berhenti sejenak. Memperkenalkan mereka. Aira berdiri berhadapan dengan sang lelaki. Mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama.

"Aira"

"Andra" lelaki itu t!ersenyum, menjabat tangan Aira.

Aira juga tersenyum. Lelaki tinggi tegap. Posturnya seperti Raave. Mirip, hanya jambangnya saja yang beda. Si Andra tak memilikinya, dan kulitnya juga putih bersih seperti Adnan.

Melanjutkan perjalanan, mereka sampai. Andra melihat ke atas. Aira dan Zii sedikit membelalakkan mata.

"Kita kesitu guys."ujar Andra, tersenyum.

Sebuah rumah kayu yang terletak di atas pohon tinggi. "Kalau mau photo silahkan. Pemandangannya indah di atas sana. Udaranya juga sejuk."lanjut lelaki itu.

Mereka naik lewat tangga kayu yang ada, kemudian berteriak senang saat sampai di atas. Angin yang menerpa sejuk dan agak dingin.

Adnan berinisiatif berfoto dengan tripodnya. Berempat. Dengan latar belakang pemandangan kota Apel itu dari ketinggian. Zii tersenyum lebar, merengkuh pinggang Adnan.

Andra tersenyum manis, merengkuh Aira.

Sang gadis sedikit kikuk, jadi ia hanya diam saja.tetap tersenyum Lebar. Tangannya di angkat ke atas.

Andra menyadari, lelaki itu semakin merapat pada Aira.

Jadilah, foto mereka berempat saling menempel satu sama lain. Dengan Aira yang tak membiarkan tangannya merengkuh Andra.

Puas menikmati Rumah kayu di atas pohon. Perjalanan mereka berlanjut menuju Air terjun.

Zii dan Aira segera menceburkan kaki mereka ke sekitar air terjun. Bermain air dengan seru. Adnan dan Andra membuka baju, menyusul kemudian.

Adnan mengambil foto mereka lagi, dalam keadaan basah. Lagi lagi, Andra mencoba memeluk Aira. Beruntungnya Zii langsung menarik sahabatnya dan memeluknya.

Ziimengajak Aira ke tepi air terjun. Duduk sebentar. "Andra terlalu nempel kayaknya." celetuk Zii. Menatap Aira khawatir.

Aira tersenyum, mengangguk.

Mereka hanya sebentar di air terjun, karena akan melanjutkan ke tempat lainnya.

Usai mandi, berganti pakaian dan makan sebentar. Mereka melaju lagi ke tujuan selanjutnya. Cuaca yang sedikit berawan namun tidak panas, seolah mendukung acara seru Adnan dan kawan kawan.

Selanjutnya Kebun Teh. Sudah bisa diduga sebelumnya. Hamparan tanaman teh dengan beberapa petani yang membawa bakul di punggung. Sambil tangan yang memetiki pucuk teh dengan lincah. Tak luput oleh kamera Adnan.

Andra semakin berani dengan meraih tangan Aira, menggenggamnya. Tapi dengan perlahan gadis itu menarik tangannya.

Tak terlalu berminat, mereka hanya sebentar di Kebun Teh. Berfoto seperlunya. Mencicipi Teh seduh hangat, yang disajikan sebagai Welcome Drink. Segar dan rasanya khas.

Next, Rafting. Zii dan sahabtnya mencoba aktifitas yang memacu adrenalin. Rafting. Sudah sejak lama gadis itu ingin mencoba Rafting. Jadi kali ini, Zii sangat bersemangat.

Setelah menggunakan Atribut keselamatan, mereka semua siap menyusuri sungai berarus deras menggunakan perahu karet. Dengan satu orang Staff Pemandu.

Teriakan-teriakan histeris mengiringi, kala mereka melewati sungai berkelok dengan arus lebih deras. Zii dan Aira saling berpegangan tangan. Namun juga mengulas senyum riang.

Kegiatan mendebarkan yang sungguh membuat jantung bertalu-talu.

Rafting berlangsung 1,5jam. Mereka semua tertawa kecil, saat keluar dari perahu karet. Menuju ke kamar mandi, membersihkan diri.

Zii membeli beberapa cemilan dan minuman untuk mereka. Aira meminum obatnya. Mendadak teringat Raave. Ditepuknya dahi. Dari berangkat, hingga hampir seharian ini, Ia tak mengecek ponselnya sama sekali.

Segera gadis itu mengambil ponsel dari tas. Menyalakannya. Benar saja. Beberapa panggilan tak terjawab. Beberapa pesan. Raave.

Andra mengajak semua temannya melanjutkan tujuan Wisata terakhir mereka hari ini. Pantai.

"Eh Nan. Yang Rafting tadi, udah di foto juga kan kita?"tanya Zii, antusias. Keempat orang itu sudah dalam perjalanan menuju Pantai.

"Udah, udah sepaket kok. Waktu kita booking tempat dulu kan juga udah nego, Zii"jawab Adnan, tersenyum. Menepuk pundak Zii.

"Oke ,Siip!!" sahut Zii, dengan senyum lebarnya. Memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan bersih.

Aira sibuk bermain ponsel. Ia membalas pesan Raave yang ternyata tertunda.

"Ai, serius banget. Ada masalah?"tanya Andra. Tangannya lihai membelokkan kemudi. Dengan mata yang tak beralih dari jalanan.

"Ga. Cuma balas pesan teman."balas Aira cuek. Ia simpan lagi ponselnya. Kemudian menatap suasana kota Malang, dari jendela. Perasaannya mulai tak begitu bagus. Takut Raave marah. Tapi...

Kenapa Ia harus takut. Sebenarnya apa arti dirinya untuk Raave. Mereka juga hanya dekat. Tak ada komitmen untuk lebih dalam melanjutkan hubungan. Aira tersenyum miring. Berusaha santai.

'Aku bukan siapa siapamu, Raave. Jadi kenapa aku mesti takut?'batinnya, menghalau rasa gundah yang sejujurnya mulai menyerang.

Tanpa Ia sadari ada sepasang mata menatapnya lekat dari arah spion depan.

Mereka tiba di pantai. Pantai pasir putih yang indah. Dengan air yang berwarna biru cerah, angin berhembus kencang. Kombinasi menyenangkan. Juga membahagiakan.

Zii dan Aira memakai topi lebar dan kacamata hitam. Meminta Adnan mengambil gambar mereka dengan latar laut biru yang mempesona. Kemudian semua berfoto bersama.

Andra menarik Aira ke pelukannya. Membuat Adnan dan Zii cukup kaget. Namun tetap melanjutkan Sesi Pemotretan.

Gadis itu melepaskan diri. Menjauh, mendekat pada Zii. Ia gandeng tangan sahabatnya. Berjalan menyusuri pantai.

Menikmati hawa yang sejuk, suara gelombang yang bergulung, dan air yang membentur pasir, sungguh tak ada bandingannya. Aira memejamkan mata. Merentangkan tangan. Meresapi rasa nyaman yang menyelimutinya. Sambil terus berjalan.

Lalu Ia ditangkap seseorang. "Hei. Jangan merem kalau jalan!!" Andra begitu dekat padanya.

Aira tersentak. Ia sedikit takut pada lelaki ini. Agresif dan agak memaksa.

Ia melepaskan diri dari Andra. Melihat kanan kiri. Rupanya Zii dan Adnan sedang berfoto bersama.

Entah bagaimana, ia merasa takut. Andra menarik tangannya. Merapatkan tubuh mereka. Aira berusaha melepaskan diri namun gagal. Tenaga lelaki itu tak sebanding dengan usahanya melepaskan diri.

Ia hanya bisa pasrah, namun dalam hati merutuk marah pada Adnan. Ketika Andra semakin mendekatkan wajah mereka. Ia masih memberontak, tapi tetap saja sia sia.

Hingga saat si lelaki agresif tepat akan mengecup Aira, seseorang mendorongnya kasar sampai terjungkal di atas pasir putih. Kaget. Sekaligus agak meringis.

Aira tak kalah terkejut. Menatap Raave dengan wajah menyeramkan. Rahangnya mengeras. Memerah. Ia raih tangan Aira. Lalu membelai pipinya. "You okay?"tanyanya parau. Suaranya seolah kalah oleh rasa marah yang begitu membuncah.

Lelaki tampan itu menghampiri Andra. Mencengkeram pakaiannya. Dengan mata berkilat marah, menunjuk muka Andra.

"SEKALI LAGI KULIHAT KAU MACAM-MACAM DENGANNYA, KUHABISI KAU TANPA TERSISA!!!"geram Raave. Suaranya menakutkan. Berat.

Sementara si lelaki melongo. Ekspresinya takut. Menatap seorang lelaki tampan tiba tiba datang, membuatnya terjungkal dan hampir saja membogemnya.

Adnan dan Zii berlari mendekati mereka.

Raave merengkuh Aira. Lalu berdiri di hadapan Adnan. "Jangan jadikan teman, jika tak bisa dipercaya. Aira pulang bersamaku!!" ketus Raave pada sahabat Aira itu.

Aira digandeng oleh Raave , melangkah cepat meninggalkan Adnan dan Zii. Gadis itu menatap Zii, "pulang"ujarnya dalam bahasa bibir. Zii mengangguk, tersenyum sedih. Melambaikan tangan.

"Raave...?"

"Hm?"

"Boleh aku mengambil gambar kita berdua di sini?"tanya Aira hati-hati. Memandangi lelaki yang menggenggam tangannya begitu erat.

Sang lelaki berhenti berjalan. Berpose sekenanya. Aira tersenyum manis. Sementara Raave memasang wajah cool. Menghadap sedikit ke samping, seolah menatap gadis di sisinya. Tangannya yang besar, memeluk pinggang sang gadis.

Ia berSwa foto dengan ponsel, kemudian kembali meneruskan langkah. Saat berjalan di sisi Raave, lelaki itu hanya menggunakan Tshirt dan celana selutut, sandal. Kacamata hitam.

"Kamu bisa tahu, aku ada di sini?"tanya Aira lagi, kepo. Mereka masuk mobil Raave. Duduk di samping lelaki itu di jok belakang.

"Aku adalah Raave, aku bisa tahu apa yang ingin aku tahu, Ai"jawab sang lelaki. Menatap Aira. "Dia menyakitimu?"

"Tidak, hanya terlalu agresif. Aku takut"aku Aira, jujur.

Raave diam. Ternyata, ekspresi marah itu masih ada di sana. Di wajahnya.

"Kamu baik-baik saja?"tanya Aira, khawatir.

"Ya." Raave mengatur nafas. Lalu meneguk sebotol air. "Siapa namanya?"

"Hm?"

"Lelaki sialan tadi?"

"Andra"

"Hm" Raave tersenyum miring. Misterius. Sepertinya merencanakan sesuatu.

*