Chereads / ARKANA : Imperfect Love / Chapter 12 - Teman Tapi Cinta

Chapter 12 - Teman Tapi Cinta

--Kau temanku yang manis. Ku buat lagu ini untukmu.--

Sepi. Hampa. Seperti kehilangan sosok yang selama ini bikin gue merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati. Entahlah, kenapa ini rasanya seperti kehilangan orang yang berharga banget dalam hidup gue. Seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Padahal, sebenarnya masih bisa seperti dulu. Seharusnya gue bersikap wajar saja. Toh, Naira juga nggak ke mana-mana. Dia tetap ada di kota ini. Dia masih sahabat gue. Seharusnya... Tapi, yang gue rasakan semenjak Naira bersama Tristan, dia lebih sering menghindar dari gue. Entah ini si Tristan yang nyuruh atau inisiatif Naira sendiri, karena menjaga perasaan cowoknya. Mungkin karena Itu gue takut benar-benar kehilangan dia.

Sekarang gue bingung mau ngapain. Gue sudah terlanjur ambil cuti dari jadwal manggung gue jauh-jauh hari. Karena dulu gue pikir, hari ini akan jadi hari yang istimewa buat gue, tapi kenyataan berkata lain.

Sudah satu jam lebih, gue cuma mondar-mandir ke depan, lalu ke kamar. Ke depan lagi, terus ke kamar. Seperti orang yang hilang akal. Setelah menyadari kekonyolan itu, gue memilih untuk membaca buku yang baru gue beli seminggu yang lalu, sambil rebahan di kasur. Baru dapat dua halaman, mood membaca mendadak hilang. Gue beralih ke gitar yang ada di meja kamar.

Sambil bermain gitar, sambil coba-coba bikin lagu. Ya, Siapa tahu jadi. Kan lumayan hahaha.

Setelah merenung dan melamun, tiba-tiba manajer gue telefon. Dia mengabarkan kalau gue dapat tawaran untuk menyanyikan ulang single milik Atta Halilintar. Youtuber terkenal di Indonesia. Dan setelah gue di kasih tahu seperti apa lagunya. Gue langsung setuju. Lagunya adalah perwakilan ungkapan hati gue kepada Naira, yang mungkin susah untuk gue ungkapkan. Dari dulu sampai sekarang. Dan sepertinya nggak akan gue ungkapan. Mengingat seperti apa keadaan kita saat ini.

Teman tapi cinta a-aa a-aa

Teman tapi cinta a-aa a-aa

Kuterjebak suasana

Cinta karena terbiasa

Apa kau rasakan yang sama

Bila di dekatmu, Hey

Kurasakan nyaman denganmu

Kau teman terbaikku

Ku takut menyakitimu

Awalnya kita berteman

Kamu tempat ku bercerita

Ku yakin kamu masa depan

Inikah yang dinamakan

Inikah yang dinamakan

Cinta.

Inikah yang dinamakan cinta

Inikah yang dinamakan cinta

Teman tapi cinta a-aa a-aa

Teman tapi cinta a-aa a-aa

Oh temanku yang manis

Ku buat lagu ini untukmu

Jikalau kau menangis

Pundakku selalu ada untukmu

Ku tak pernah bisa bayangkan

Ku tak rela bila kau tinggalkan

Semoga kau dikirim Tuhan

Atas doa yang ku panjatkan

Awalnya kita berteman

Kamu tempat ku bercerita

Ku yakin kamu masa depan

Inikah yang dinamakan

Inikah yang dinamakan

Cinta

Inikah yang dinamakan cinta

Inikah yang dinamakan cinta

Setelah mencoba mengaransemen sedikit, gue memutuskan untuk tidur sejenak. Lumayan pusing juga, untuk mengeluarkan unek-unek hati gue selama ini.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Satu bulan kemudian.

Hari ini adalah hari yang spesial buat gue. Setelah sekian lama berjibaku dengan perasaan yang nggak karuan, akhirnya single pertama gue keluar. Aransemen ulang lagu Atta. Hasil kolaborasi yang luar biasa menurut gue.

Jam satu siang nanti tayang perdana di Channel Youtube label yang menaungi gue selama ini. Oh iya, gue lupa bilang. Gue mulai aktif lagi di youtube. Dulu gue sempat buat beberapa konten tapi setelah itu off, karena sibuk manggung dan kalau ditambah harus bikin konten youtube, gue semakin nggak punya waktu buat istirahat. Karena gue nggak punya tim untuk youtube. Semua gue lakukan sendiri. Mulai dari buat videonya, edit dan mikirin konsepnya. Itu lumayan bikin pusing. Tapi sekarang, gue udah punya dua orang yang bisa bantu gue. Editor dan kameramen. Gue berpikir youtube gue akan menjadi besar dikemudian hari. Bisa buat selingan kalau lagi nggak ada job manggung. Atau bisa jadi juga, nanti gue manggung sambil ngevlog. Nggak ada salahnya. Ya... Kita lihat nanti gimana kedepannya. Dan untuk sekarang, mungkin akan upload behind the scene kegiatan-kegiatan gue.

Banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup gue. Entah itu baik atau buruk. Gue jadi banyak belajar juga. Bahwa beberapa hal dalam hidup ini mewajibkan kita untuk memilih salah satu atau beberapa diantara yang lain. Sedangkan sebagian lagi, hanya menyuruh kita agar menerima dan menjalani apa pun kehendak Tuhan. Tidak untuk memilih salah satunya.

Kita ditugaskan untuk bisa memahami sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Pesan apa yang Tuhan kirim dalam setiap kejadian yang kita alami. Menerima apa pun risikonya, dan tetap berpikir positif. Terutama kepada Tuhan.

Karena Tuhan nggak akan memberikan cobaan tanpa pelajaran di dalamnya.

Tanpa kita sadari, seringkali kita dipaksa dewasa oleh keadaan. Bukan usia. Dan dari yang selama ini gue lihat, usia tidak menjamin seseorang itu bisa berpikir dan bersikap dewasa. Kita sudah pasti akan menua, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah proses yang lahir karena adanya tekanan dalam hidup. Semua orang pasti pernah ada dalam fase ini. Hanya saja dengan tingkatan masalah yang berbeda-beda. Dan yang membuat beda adalah bagaimana orang itu menyikapi dan mengambil pelajaran dari setiap masalah yang datang.

Gue mau pesan ke kalian semua, jangan pernah membanding-bandingkan permasalahan lo dengan permasalahan orang lain. Kayak, halah, gini doang. Elo masih mending, lah gue. Udahlah nggak usah lebay lo. Seolah-olah permasalahan lo yang paling berat. Dan elo yang paling hebat dalam menghadapi masalah. Berhenti menjadi orang yang menyebalkan.

Saat teman lo curhat, jadilah pendengar yang baik. Kadang mereka itu hanya butuh di dengar. Mereka hanya perlu teman yang bisa dengar segala keluh kesahnya. Tanpa berkomentar ini dan itu.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Menjadi seorang Arka yang dikenal banyak orang ternyata tidak semenyenangkan yang gue pikir. Semakin hari gue seperti kehilangan privasi gue. Diantara rasa bahagia teramat yang gue rasain, ada sedikit rasa khawatir juga. Entahlah, gue juga bingung. Untuk pertama kalinya gue ngerasain punya fans yang ternyata membeludak. Sejak peluncuran perdana single Teman Tapi Cinta, lagu ciptaan Atta Halilintar, peran mereka luar biasa. Terhitung sejak seminggu yang lalu sampai detik ini, lagu Teman Tapi Cinta, sudah ada di puncak trending youtube. Gilaaa.... Ini gokil. Gokil. Gokil. Tapi, dibalik itu semua, ada segelintir orang yang berkomentar dengan nada sinis. Ada juga yang malah jadi fans overprotectif. Mulai atur-atur hidup gue. Tapi dari semua itu, gue mencoba untuk memahami mereka dari berbagai sisi. Meskipun sebenarnya risih dan terganggu, tapi ya mau gimana lagi. Ini risiko. Mungkun sekarang gue belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tapi gue yakin, perlahan tapi pasti, semuanya akan membaik.

"Bunda bangga sama kamu." Senyumnya yang tipis, menggaris manis di wajahnya yang cantik menawan. Jilbabnya yang berwarna merah, semakin membuatnya terlihat cantik.

Ah Bundadari ku. Gue cuma mau peluk Bunda gue yang erat banget. Rasanya ucapan terima kasih karena selalu support dan doakan, nggak cukup. Pokoknya kali ini gue mau peluk Bunda. Bundaku yang hebat.

"Hari ini Bunda nginep ya?" setelah terlepas dari pelukannya, gue berinisiatif meminta Bunda untuk sesekali nginep.

Bunda sengaja mengulur waktu buat menjawab. Dia lihat wajah gue dengan raut muka seperti orang yang sedang berpikir. Lalu senyumnya kembali mengembang, "Pasti Arka. Bunda bukan hanya mau nginep malam ini saja."

"Oh oke. Bunda mau nginep berapa hari? Dua hari? Tiga hari? Atau seminggu?" Pertanyaan gue bertubi karena semakin penasaran.

"Kok seminggu?!"

Gue bingung, pikir gue mungkin Bunda mau kasih kejutan.

"Satu bulan, Bunda?"

"Bukan hanya satu bulan."

"Maksud Bunda?"

"Bunda udah putusin kalau, Bunda, mau, tinggal, sama Arka," jawabannya sengaja dia kasih jeda tiap katanya. Seperti ingin menegaskan bahwa dia ingin sekali tinggal bareng gue.

"Jadi...."

"Iya, Bunda berubah pikiran. Bunda pikir, setelah ini pasti kamu akan sangat membutuhkan Bunda untuk selalu ada di samping kamu."

Tuh kan. Bunda memang hobi bikin gue nangis -terharu-. Eh tapi gengsi dong gue kalau nangis di depan Bunda. Selama ini Bunda nggak pernah lihat gue nangis. Jadi, ya, gue harus bisa tahan air mata gue.

Setelah sekian lama bujuk rayu gue menghasilkan. Bunda mau tinggal sama gue.

"Oke Bunda, abis ini kita pulang ambil barang-barang Bunda, ya."

Tiba-tiba Bunda keluar dan membuka bagasi mobilnya.

"Nggak perlu. Ini Bunda udah bawa. Hehehe."

Tawa gue pun merekah juga. Bunda.. Bunda... Bisa-bisanya kasih kejutan seperti ini.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

"Oh iya, Naira gimana?" Tanya Bunda saat kita lagi asik nonton tv.

Gue kaget. Jujur. Seperti shock terapi di pagi hari. Gue harus jawab apa? Bohong atau jujur? Kalau gue bohong, Bunda pasti akan tahu. Dan seandainya gue jujur, kira-kira gimana reaksi Bunda?

"Eh kok malah diem."

"I iyaa Bund. Kenapa? Bunda tadi tanya apa?"

"Itu, sahabat kamu, Naira. Kok Bunda nggak pernah lihat dia, semenjak Bunda ada disini?"

Gue ambil napas dalam-dalam dan Bunda ternyata mengamati gerak-gerik gue dari tadi. Dengan sorot matanya yang tajam, dia kembali bertanya, "Kamu berantem ya, sama dia?"

"Enggak Bund. Kata siapa ih. Bunda nih sok tau deh."

"La itu kamu diem aja."

"Ya..."

"Iya apa? Iya bener gitu kan?"

"Enggak Bund. Kita baik-baik aja. Nggak ada masalah."

"Terus kenapa Bunda nggak pernah lihat Naira main kesini? Ini udah satu minggu lebih loh Bunda ada disini."

"Iya, mungkin Nairanya lagi sibuk kuliah, Bun." Gue asal aja jawabnya. Padahal sebenarnya gue enggak tahu kesibukan Naira sekarang seperti apa.

Jujur sekarang kita sudah nggak seintens dulu dalam berkomunikasi. Bahkan nggak pernah malah. Ini adalah hal yang nggak pernah gue inginkan dari dulu. Putus hubungan dengan Naira. Kita berdua sudah sama-sama berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain, apa pun yang terjadi. Tapi, apa mau dikata? Keadaan membuat semua menjadi sulit.

Tiba-tiba Bunda menepuk pundak gue sambil berkata, "Kalau ada masalah itu diselesaikan masalahnya. Bukan malah ditinggal pergi begitu saja."

Sambil tersenyum simpul, Bunda lalu pergi ke kamar. Meninggalkan gue sendirian.