Chereads / Chosen Blood / Chapter 18 - Seksi

Chapter 18 - Seksi

Akhirnya … semua kembali kekadaan ini, terkurung didalam rumah yang tidak aku kenal dengan baik. Aku merindukan kedua orang tuaku, bisakah aku pergi sejenak untuk memberikan kabar kepada mereka?

Pikiran Rachel terus saja melayang-layang, rasa gundah mulai menyelimuti dirinya … entah sampai kapan dia akan terus berada disini? Selama hidupnya? Atau sampai berita itu meredah?

Clay berjalan kearah Rachel yang terlihat muram untuknya, wanita itu menjadi lebih pucat daripada seharusnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan? Apakah ada hal yang menganggumu? Ah… soal Shine? Dia memang menyeramkan tapi dia tidak seperti yang terlihat kok," Clay berusaha menebak jalan pikiran Rachel.

"Aku tidak memikirkan itu … sampai kapan aku akan berada disini?" Tanya Rachel untuk kesekian kalinya.

"Apa kejadian tadi tidak memberikanmu jawaban?" Tanya Clay kembali.

"Tidak sama sekali … kalian merencanakannya? Konspirasi? Tapi aku tidak memiliki apapun yang kalian butuhkan. Kenapa kalian harus berbuat demikian … bahkan berita yang tersebarpun berbeda dari yang seharusnya. Aku adalah korban … dari semua ini," Rachel mengeluarkan semua isi kepalanya.

"Aku akan menyerahkan diri … aku akan menyerahkan diriku ke kepolisian, aku akan mengungkapkan semuanya," lanjut Rachel.

"Tidak bisa … kau tahu kenapa? Karena kau ancaman untuk kaum kami. Kau tahu kenapa kami bersembunyi dan membaur dengan manusia? Karena kalian adalah makhluk paling kejam didunia ini. Dan jika salah satu dari kami tertangkap … hal mengerikan akan terjadi. kalian akan menggunakan tubuh kami sebagai bahan uji coba, menyiksa kami hidup-hidup, menguliti, menguras darah kami, menguras mental kami. Seperti tikus yang berada di dalam lab … atau mungkin para hewan lain yang harus tersiksa dengan embel-embel deimi kebaikan umat manusia. Atau demi kecantikan manusia," Geram Clay.

Clay yang telah hidup ratusan tahun mengetahui dengan sangat baik, ia telah melewati begitu banyak abad dan mengikuti banyak perkembangan jaman. Namun satu hal yang sangat pasti baik itu terdahulu atapun sekarang … sifat manusia tidak pernah berubah, mereka akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan embel-embel 'kebaikan'.

Manusia adalah makhluk yang paling gampang berubah, tidak ada kata yang bisa menjadi penganggan. Tidak seperti kaum kami … sebuah janji akan membuat kami terikat seumur hidup. Walaupun ingin mengingkari … janji itu akan menyiksa tubuh kami tiada henti.

"Karena itu … aku tidak akan membiarkan dirimu menyerahkan diri, coba pikirkan sekali lagi, siapa yang akan percaya dengan semua perkataanmu itu? Atau dirimu akan berakhir lebih menyedihkan, rumah sakit jiwa mungkin," Clay membalas dengan sedikit senyum terukir diwajahnya.

"Kalau begitu … kenapa tidak membiarkan aku dimangsa seperti korban lainnya," Rachel masih tidak ingin menerima jawaban yang diberikan oleh Clay.

"Jika saja aku bisa melakukannya … aku akan lakukan. Sayangnya aku tidak bisa melakukannya," ucap Clay.

Nyutt …

Walaupun kita tidak memiliki hubungan apapun, kenyataannya perkataan itu masih terdengar menyakitkan untukku. Alasan yang dikeluarkan dari mulut Clay bukanlah 'karena kau istimewa' tapi karena keterpaksaan.

"Aku berusaha untuk membiarkan manusia terbunuh oleh kaum ku, kami masih dapat bertahan hidup dengan meminum darah hewan. Itu yang sedang aku lakukan … menyadarkan mereka semua," lanjut Clay.

Rachel menyingungkan sedikit senyum ketika mendengarkan hal tersebut, "Maksudmu penyuluhan?"

"Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, jika seseorang telah ditandai … hampir 98% mereka tidak akan lolos. Termasuk dirimu," Clay menekankan perakataanya sekali lagi.

"Sampai kapan itu akan hilang?" Rachel kembali bertanya.

"Mungkin selamanya …" Clay menundukan kepala. Ia merasa ikut menyesal.

"Itu … sama saja artinya … aku akan terus dalam persembunyian hingga meninggal. Mengingat umur kalian yang lebih panjang dari kami," Rachel berbicara sambil tersenyum sedih.

"Tidak …, aku akan berusaha untuk mencari cara agar dirimu terlepas dari hal itu. Kita hanya perlu waktu … itu saja," Clay berusaha menenangkan Rachel.

"Sebenarnya aku datang ke sini untuk mengatakan sesuatu, apakah ada sesuatu yang ingin kau beli? Pakaian? Makanan? Atau apapun itu … kau bisa mengatakanya kepadaku," Clay baru ingat maksud kedatangannya.

"Kalian akan membawa diriku berbelanja lagi?" Rachel tidak percaya dengan perkataan Clay.

Baru saja kejadian tadi berlangsung dengan dramatis … dan mereka ingin aku berada didalam situasi yang sama untuk kedua kalinya? Pikir Rachel.

"Hm … kamilah yang akan membelanjakan kebutuhanmu," senyum Clay.

Dan mereka berduapun tiba …

Dipusat pembelanjaan pakaian dalam.

Mereka berdua hanya saling tatap dengan kikuk, sesekali menelan ludah bersama. Mereka berdua di depan pintu masuk salah satu toko pakaian dalam, disambut dengan beberapa wanita yang tersenyum manis, entah mereka tersenyum karena mereka adalah pelangan yang akan dilayani, atau tersenyum melihat tingkah kikuk mereka berdua yang merasa sangat malu.

"Kau saja yang masuk, aku akan tunggu di depan sini," Shine segera membuka pembicaraan.

"Kenapa harus aku? Kali ini aku akan mengalah padamu," Clay menjawab sambil menganggukan kepalanya berkali-kali. Menyakinkan Shine untuk melaju lebih dulu.

"Hahahaha …. Hahahaha," Shine tertawa dengan terpaksa dan dengan cara yang kikuk.

"Hahahaha …. Hahahaha," Clay juga tertawa kikuk.

Mereka berdua kembali hening.

"Tidak bisa, tidak ada seorang pelatih diri yang masuk kesana. Dirimu lebih cocok … mengingat dirimu yang telah hidup ratusan tahun. Kau pasti punya banyak pengalaman soal itu," Shine kembali menegaskan dengan dorongan kecil pada pundak Clay.

"Justru karena dirimu adalah seorang pelatih diri … ini adalah saat yang tepat untuk melatih dirimu lebih dalam," Senyum Clay sambil mendorong Shine.

"Kenapa harus aku yang terkena getahnya … padahal dirimu yang menawarkan untuk mengantikannya berbelanja," Shine mulai merasa kesal.

"Itu karena aku tidak ingin kehilangan mobilku yang lain," Jawab Clay sambil menenguk ludahnya, ketika cuplikan mobilnya yang suka rela terjun sendiri ke jurang.

Setelah perdebatan panjang yang tidak kunjung usai antara mereka berdua, para pelayan yang tadinya tengah tersenyum manis, memasang wajah sedatar mungkin dan sedikit merasa kesal dengan mereka berdua.

"Ada yang bisa aku bantu kakak-kakak?" tanya seorang wanita yang menghampiri mereka berdua.

Wanita itu datang dari toko yang ada di depan mereka, berjalan dengan sangat santai sambil menyentuh tangan mereka berdua, dengan refleks Shine mengibaskan tangannya dan melangkah mundur beberapa langkah.

"Dia hanya terlalu introvert," jelas Clay tentang situasi Shine pada pengawai toko tersebut.

"Baiklah … dari tadi aku melihat kakak berdua sedang kebingungan. Apakah ini pertama kalinya untuk kalian? Mungkin aku bisa membantunya," Wanita itu berusaha untuk membantu mereka berdua.

"Ya … yang pertama," Jawab Clay sambil menatap Shine.

Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan menatap Shine, namun Shine berpura-pura tidak mendengar dan tidak tahu apa yang terjadi sambil memengang ponselnya.

"Tidak masalah. Ayo, masuk dulu!" Wanita itu menarik tangan Clay untuk masuk kedalam toko itu.

"Kalian ingin memberikannya kepada pacar kalian atau istri kalian? Untuk malam pertama?" tanya wanita itu bertubi-tubi.

"Uhuk … uhuk … uhuk," Mereka berdua langsung keselek mendengar perkataan wanita tesebut hingga terbatuk-batuk.

"Boleh aku tahu ukurannya?" lanjut wanita itu.

Muka Clay langsung memerah, sementara Shine secara perlahan berbalik arah dan akan berjalan keluar.

"Kau juga tidak tahu ukurannya? Bagaimana kalau kakak mengingat-ingat ukurannya dengan tangan. Dari situ aku bisa menilainya," Wanita tadi sepertinya sudah biasa membantu para lelaki.

Dia sama sekali tidak merasa kikuk dan malu untuk menjelaskan kepada para lelaki itu. Ia menjelaskanna dengan sangat santai, justru yang mendengarkan penjelasan yang merasa tidak santai.

"Ta … tangan?" Clay menanyakan sekali lagi. Sementara tangannya menarik baju Shine yang mau melarikan diri.

Matanya tertuju kepada Shine, seolah mengatakan … ayo kita malu bersama.

"Shine … kau mengingat ukurannya?" Clay dengan sengaja menanyakan hal tersebut kepada Shine.

"Bukan urusanku … kau yang lebih sering bersama dengannya," Jawab Shine.

"Satu wanita berdua?" Tanya wanita itu, kali ini dia yang kaget dengan pernyataan Shine.

"Bu … bukan seperti yang kau maksud. Kami hanya teman … dan kebetulan dia sakit. Ya seperti itu," Clay berusaha untuk berbohong.

"Cepat selesaikan urusan mu, Clay" Shine mengingatkan.

Mereka berdua tidak ingin berlama-lama berada disana.

"Hm … mungkin sekitar begini ...." Clay meletakkan tangannya di depan dada, sambil menekukan kedua tangannya seperti mangkok, dan meletakanya di depan dada.

"Ah …, aku mengerti. Apakah mau yang seksi atau yang sedang tren?" Tanya wanita itu sekali lagi.

"Seksi," Mulut Clay langsung terceplos.

"Maksudku … yang nyaman saja," Clay berbicara sambil menutup setengah wajahnya karena merasa panas ketika mulutnya terucap begitu saja.