Chereads / Luna dan Pangeran Serigala / Chapter 13 - Hari Pertama Luna di Kota

Chapter 13 - Hari Pertama Luna di Kota

Empat jam kemudian tibalah ketiganya di kota dengan selamat. Luna yang sebelumnya tidak pernah melihat kota pun terpana saat tiba disana. Kemegahan bangunan dikota mencuri perhatiannya dan mengundang decak kagum dihatinya. 

"Wah, bangunan disini sungguh sangat menakjubkan," ucap Luna. 

"Inilah kota yang kita tuju Lun, kita sudah tiba di tempat tujuan. mari kita mencari penginapan," ajak Alice. 

"Bagaimana kalau kita menginap dipenginapan Tuan Henry lagi, supaya kita tidak kerepotan mencari tempat singgah disini," saran Eryk. 

"Baiklah," ucap Alice. 

Luna dan Alice menyetujui saran yang di berikan oleh Eryk. 

"Ayo kita menuju rumah Tuan Henry," ajak Alice. 

Ia memacu tali kekang kudanya menuju rumah Tuan Henry, Eryk dan Luna pun mengikutinya dari belakang. 

Kurang lebih Lima menit kemudian, tibalah mereka di kediaman Tuan Henry. 

"Selamat siang, adakah orang di dalam?" teriak Alice. 

Tiba-tiba keluarlah sesosok wanita paruh baya berambut coklat, ternyata beliau adalah istri Tuan Henry. 

"Selamat siang Nyonya, masih ingatkah engkau dengan kami?" tanya Alice. 

"Kalian, tentu saja saya masih ingat. Silahkan masuk.," jawab istri Tuan Henry tersebut. 

Ketiganya memasuki rumah Tuan Henry. 

"Oh iya, saya belum pernah berjumpa dengan kamu sebelumnya. Perkenalkan saya Laura istri Tuan Henry," ucap Nyonya Laura kepada Luna. 

"Saya Luna Bi," ucap Luna tersenyum. 

"Apakah kalian mencari suamiku?" tanya Nyonya Laura. 

"Tentu Nyonya, kami ingin menyewa penginapan milik kalian lagi," ucap Alice. 

"Baiklah akan aku ambilkan kuncinya. Jika kalian ingin mememui suamiku, ia sedang berada diladang. Tapi lebih baik kalian beristirahatlah dahulu," ucap Nyonya Laura. 

"Baiklah Nyonya," ucap Alice. 

Nyonya Laura mempercepat langkahnya menuju kamar untuk mengambilkan kunci penginapan. 

"Ini kuncinya, kalian beristirahatlah. Sebentar lagi hari akan gelap," ucap Nyonya Laura. 

" Baik Nyonya, Terima kasih," ucap ketiganya. 

Mereka segera memacu kuda-kuda yang mereka tunggangi menuju penginapan Tuan Henry yang letaknya tak jauh dari tanah yang mereka pijak. 

"Akhirnya tiba juga," teriak Eryk menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. 

Luna dan Alice pun tampak kelelahan, keduanya segera merebahkan badan mereka. 

"Oh iya, Alice Eryk Terima kasih kalian sudah menemaniku kesini," ucap Luna. 

"Sudahlah kau tidak perlu sungkan dengan kami," tandas Alice.

"Betul Kak, lagi pula aku sangat menyukai petualangan ini. Disini banyak keseruan, banyak gadis cantik pula," canda Eryk. 

Mendengar candaan sang adik, Alice melemparnya dengan sepotong roti yang ia genggam. 

"Dasar kau," teriak Alice. 

Luna hanya tersenyum menanggapi tingal kedua kakak beradik itu. 

"Apa kalian tidak ingin makan?" tanya Luna. 

"Sebenarnya kami lapar hehe," ucap Alice. 

"Ayo kita pergi keluar untuk mencari makanan," ajak Luna. 

"Asyik, apakah aku boleh memilih makanan apa saja?" tanya Eryk. 

"Tentu saja Eryk," ucap Luna. 

Ketiganya pun berjalan berkeliling kota untuk mencari makanan. Disini banyak sekali jenis makanan yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya. 

"Alice itu makanan apa? Sepertinya nikmat sekali" bisik Luna. 

"Entahlah Lun, aku belum pernah melihatnya," ucap Alice teresenyum. 

Untuk mengobati rasa penasarannya Luna pun membeli beberapa potong makanan tersebut. 

"Tuan, berikan kami makanan ini lima potong, berapa aku harus membayar?" ucap Luna. 

"Baiklah Nona, bayarkan dengan lima koin saja," jawab si penjual. 

"Kalau boleh tau, apa nama makanan ini Tuan?" tanya Luna. 

"Ini kue Bagea Nona, silahkan," jawab si penjual sambil menyerahkan bungkusan kue Bagea yang sudah dibayar oleh Luna. 

Sedangkan di sudut yang lain, tampak Alice dan Eryk juga sibuk memilah milih makanan. 

"Hai, apakah kalian sudah menemukan makanan yang kalian inginkan?" tanya Luna menghampiri keduanya. 

"Kami masih bingung," jawab Eryk. 

"Apa kau sudah menemukan makanan yang kau inginkan?" tanya Alice. 

Luna pun menggangguk. Tiba-tiba mereka di kagetkan dengan beberapa orang pemungut pajak. Para pemungut pajak itu sangatlah tidak manusiawi, mereka meminta biaya yang cukup tinggi dan tak segan mereka kasar dan bermain tangan kepada para pedagang. 

Luna yang saat itu terlihat gusar dan tidak tahan melihat perilaku tak lazim mereka pun menegurnya. 

"Tuan, bisakah kalian bersikap sedikit lembut kepada mereka?" Teriak Luna. 

Mendengar pernyataan Luna, para pemungut pajak tersebut naik pitam dan menertawakan gadis tersebut. 

"Hai Nona, lelucon apa yang baru saja kau utarakan?" teriak salah satu dari mereka. 

"Kalian sangatlah tidak manusiawi," balas Luna. 

Bukannya sadar, para pemungut pajak itu terkesan meledek dan menghujat Luna. 

"Hahaha, Nona hentikan omong kosong mu itu," ucap salah satu dari pemungut itu. 

"Jika kau ingin bercanda, bercandalah di rumahmu saja," teriak yang lain. 

Mendengar ejekan dari mereka, ketiganya pun tak terima. Mereka yang semakin kesal tanpa sadar membalas para pemungut itu dengan hinaan dan caci maki. 

"Dasar manusia berhati binatang, kalian tak punya otak, dan sungguh kalian para lelaki bodoh!" teriak Eryk. 

"Kalian semua dungu!" sahut Alice. 

"Tolol dan tidak punya hati!" tambah Luna. 

Hinaan ketiganya berhasil membuat para pemungut pajak itu naik pitam. 

"Dasar anak-anak pembangkang. Tangkap mereka," perintah ketua pemungut pajak tersebut. 

"Alice Luna, larii," teriak Eryk menarik tangan kedua gadis itu. 

Ketiganya berlari mengikuti Eryk, para pemungut itu berusaha mengejar mereka.

"Kalian, berhenti," teriak si pemungut pajak. 

"Kejarlah kami jika kalian bisa," ledek Eryk. 

Ucapan Eryk tersebut membuat para pemungut pajak itu semakin tersulut emosi. 

"Dasar pemuda tidak tahu diri! Akan ku tikam kau nanti," teriak salah satu dari mereka. 

"Eryk, Luna kita jangan sampai terpisah. Ikuti aku," pinta Alice. 

Keduanya pun mengikuti arahan Alice, dan berlari mengikuti Alice. 

"Alice, hendak kau bawa kemana kami?" tanya Eryk sambil berlari. 

"Diamlah dan tetap ikuti aku," jawab Alice. 

Sampailah mereka didepan hamparan kebun Teh yang sangat luas, tanpa pikir panjang Alice pun memasuki kebun itu. Mereka bersembunyi diantara jejeran pohon teh yang rindang. 

"Hah hah hah," suara nafas Luna tersengal. 

"Apa kamu baik-baik saja Luna?" tanya Alice. 

Luna hanya mengangguk dan memegang dadanya. 

"Sementara kita bersembunyi disini dulu, sampai keadaan membaik," ucap Alice. 

"Haii kalian, keluarlah," teriak si pemungut pajak. 

"Akan aku cari kalian sampai dapat, wahai anak ingusan," ucap yang lainnya. 

Hampir setengah jam meraka menunggu Luna dan kawan-kawannya. Namun tak tampak sedikitpun batang hidung diantara ketiganya. Tiba-tiba suara seorang laki-laki menyapa para mafia itu. 

"Tuan-tuan sedang apa disini?" tanya Tuan Henry. 

"Kami sedang mencari tiga orang anak muda, apakah kau melihatnya?" tanya lelaki paling muda. 

"Aku dari pagi menjaga kebunku ini Tuan, tapi sepertinya aku tidak menjumpai orang yang kalian maksud," jawab Tuan Henry. 

"Sudahlah, mungkin mereka tidak berlari ke kebun ini, mari kita lanjutkan tugas kita," ucap yang lain. 

Para pemungut pajak tersebut pun segera meninggalkan kebun teh yang ternyata milik Tuan Henry.