Chereads / Luna dan Pangeran Serigala / Chapter 15 - Bulan Purnama

Chapter 15 - Bulan Purnama

Malam yang di nanti telah tiba, ketiganya terlihat sibuk menyiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Suasana terasa hening, bulan tampah bulat penuh,menandakan bulan purnama telah tiba. Rasa penasaran yang menyelimuti hati Luna sepertinya akan segera terjawab malam ini. 

"Apakah kalian sudah siap?" tanya Luna kepada Eryk dan Alice. 

"Sudah Lun," jawab Alice. 

"Kita berangkat dua jam lagi, apakah tidak ada makanan yang bisa kita makan?" ucap Eryk. 

"Bagaimana kalau kita mencari makanan dulu, persediaan makanan kita hampir habis dan aku takut perut kita butuh makanan malam nanti," ucap Luna. 

"Biarkan Eryk saja yang membelinya, kita disini saja," saran Alice. 

"Baiklah, berikan beberapa koin untukku," ucap Eryk. 

Luna pun memberikan sekantong koin yang berada di sakunya,"Ini Eryk, terimalah,".

Adik Alice menerima pemberian itu, dan bergegas meninggalkan penginapan untuk membeli apa yang mereka perlukan.

"Alice, bagaimana kalau nanti kita menunggangi Charlie saja, dan biarkan kudamu tetap disini," ucap Luna. 

"Baiklah Lun, sepertinya memang Charlie lebih gagah dari kuda yang kau pinjamkan untuk kami," canda Alice. 

Kedua gadis itu tertawa dan saling melempar candaan, terlihat sekali keakraban diantara keduanya. 

"Mungkin Charlie yang nantinya akan membantuku menendang Jarak dari hidupku Alice," sambung Luna. 

"Mungkin Lun, dia kuda yang gagah dan pemberani, satu tendangan mungkin sanggup meluluhkan badan Marck," sahut Alice. 

"Sepertinya begitu," sahut Luna tertawa. 

"Oh iya Lun, apakah kau tidak menyesal mengambil keputusan ini? Sedangkan kau sendiri belum pernah melihatnya," ucap Alice. 

"Tentulah tidak Alice, aku masih ingin menikmati masa mudaku," ucap Luna. 

"Engku belum pernah bertemu dengan Marck, siapa tahu setelah kau bertemu dengannya kamu menyukainya. Kata orang, dia pemuda yang tampan." tambah Alice. 

"Kejam dan tampan?" canda Luna tertawa. 

Tak lama kemudian, candaan mereka terusik oleh ringkikan kuda yang ditunggangj Eryk. 

"Ada apa dengan kudamu Eryk?" teriak sang Kakak. 

"Entahlah Kak, tapi sepertinya dia baik-baik saja," jawab Eryk. 

Ia pun menuruni kudanya dan segera menurukan barang yang ia beli. 

"Aku rasa apa yang aku bawa sudah memenuhi semua kebutuhan kita, ini terimalah," ucap Eryk menyodorkan apa yang ia dapat kepada kedua gadis yang ada di hadapannya. 

"Baiklah Eryk, Terima kasih," ucap Luna.

Luna segera memberikan makan untuk ketiga kuda mereka, sedangkan Alice dan Eryk terlebih dahulu memasuki penginapan. Selesai memberi makan para kuda tunggangan mereka, ia pun menyusul kedua kakak beradik itu, dan menyantap beberapa jenis makanan yang dibeli oleh Eryk. 

Jam yang dinantikan telah tiba, tepat jam sebelas malam waktu setempat ketiganya mulai meninggalkan penginapan Tuan Henry. Mereka menuju rumah keluarga Haugert dengan menunggangi dia ekor kuda, satu ekor ditunggangi Eryk dan satu ekor lainnya di tunggangi Luna dan Alice. 

"Alice, kita lewat jalan pintas saja," ucap Eryk. 

"Baiklah Eryk, kamu jalanlah terlebih dahulu. Kami akan mengikuti kamu dari belakang," jawab Alice. 

Pemuda itu pun mengangguk dan segera menarik tali kelana kuda yang ia genggam. 

Luna dan Alice mengikutinya dari belakang, perjalanan mereka menuju rumah keluarga Haugert berjalan sesuai rencana dan tanpa hambatan. 

Ketiganya memantau dari jarak kurang lebih lima puluh meter dari kediaman keluarga Haugert. 

"Alice, apa menurutmu kita aman disini?" tanya Luna. 

"Tentu Luna. Menurut informasi dari Tuan Henry, pengawal keluarga Haugert jarang menyentuh lahan ini. Dan gerombolan serigala melewati jalan setapak itu, disinilah tempat terbaik untuk memantau mereka," jelas Alice. 

Sedangkan Eryk, terlihat sibuk mengamati lingkungan sekitar. Mereka berada di sebuah lahan kosong cukup luas, dimana banyak ditumbuhi pepohonan beraneka ragam yang membuat tempat ini rindang. 

"Kalian diamlah, ayo ikat kuda-kuda kita disini. Kita mengamati rumah itu dari dekat," ajak Eryk. 

"Baiklah Eryk," jawab Luna. 

Ketiganya mengikat kuda-kuda mereka dan segera mendekati rumah Haugert. 

"Alice, kau dengan Luna ikutilah aku dari belakang. Aku akan mencoba mencari tempat yang aman untuk kita," pinta Eryk. 

"Baik Eryk," ucap keduanya. 

Tepat jam dua belas malam, waktu yang dinantikan tiba. Raungan serigala mulai terdengar membahana. Malam seketika berubah menjadi suasana mencekam. 

"Eryk, Alice, mereka datang," teriak Luna gemetar. 

Terlihat segerombolan serigala datang dari arah barat, raungannya terdengar tajam di telinga mereka. 

"Jarang berisik Lun, diamlah dan kita perhatikan mereka dari sini," ucap Alice. 

Ketiga terdiam menyaksikan hal yang tak masuk diakal tersebut. 

Penjelasan Tuan Henry tak meleset sedikitpun tentang kejadian pada malam bulan purnama. 

"Sepertinya Serigala yang paling gagah itu adalah pemimpin mereka," ucap Eryk. 

"Sepertinya begitu Eryk, dan mereka semakin mendekati rumah mewah itu," ucap Luna. 

"Lihatlah beberapa mereka terpental saat berusaha memasuki kediaman Haugert," ucap Eryk. 

"Iya Eryk, dan sepertinya mereka menyerang kesakitan. Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?" tanya Luna. 

Perhatian mereka seketika dialihkan oleh kehadiran Liora, sang putri angkat keluarga Haugert. 

Gadis tersebut tampak mendekati gerombolan serigala tersebut. 

"Siapa gadis itu?" sahut Alice. 

"Dialah Liora, anak angkat keluarga Haugert yang sempat aku ceritakan," jawab Alice. 

"Sepertinya ia sedang berusaha untuk mendekati dan berkomunikasi dengan serigala itu," sambung Luna. 

"Aku juga berfikir demikian," ucap Alice. 

Sedangkan Eryk tak berkutik melihat sosok Liora. Kecantikan Liora mampu menghipnotis Eryk, kecantikannya bak putri kerajaan di negeri dongeng. 

"Eryk, apa kau baik-baik saja?" tanya Luna menatap pemuda itu. 

"Eryk?" teriak Luna. 

"Aku baik-baik saja Luna," jawab Eryk kaget. 

"Kau sedang memperhatikan gadis itu? Dia memang sangat cantik," ucap Luna. 

Alice terlihat sibuk mengamati para serigala dan lingkungan sekitar. 

"Lihatlah, Liora membelai wajah serigala itu," ucap Luna. 

Ketiganya di kagetkan saat Serigala yang di belai Luna berubah menjadi seorang pria tampan. Ketiganya seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat. 

"Apa aku sedang bermimpi?" ucap Luna menepuk pipinya. 

"Apakah aku juga sedang bermimpi? Luna tolong cubitlah aku," pinta Alice. 

"Kalian tenanglah. Apa yang kalian lihat adalah nyata," potong Eryk. 

Tak berapa lama lekaki tampan itu berubah menjadi serigala kembali, kemudian gerombolan serigala itu meninggalkan kediaman Haugert. Dan terlihat Liora meninggalkan tempat ia menemui para serigala itu dan kembali memasuki pavilliun. 

"Sepertinya para gerombolan Serigala itu sudah pergi," ucap Luna. 

Namun pandangan ketiganya masih tertuju pada gerak gerik Liora. 

"Ada hubungan apa Liora dengan Siluman serigala itu?" gumam Alice. 

"Apa mungkin Liora memiliki hubungan terlarang dengan Siluman serigala tadi," sahut Luna. 

"Entahlah, akan aku coba untuk mencari tahu," jawab Eryk. 

"Sepertinya situasinya sudah aman, mari kita tinggalkan tempat ini," ajak Alice. 

"Tunggu sebentar Alice, beri kita jarak beberapa menit lagi. Aku takut para serigala itu masih ada di sekitar kota ini," tolak Luna. 

"Baiklah Lun," ucap Alice. 

Lima menit kemudian, pemuda dan pemudi itu segera melangkah menjemput kuda mereka yang terikat tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kemudian dengan langkah pelan, mereka dan kudanya meninggalkan rumah keluarga Haugert.