Masih di malam yang sama, tepatnya pukul sembilan malam. Kegentingan masih terasa di penginapan Tuan Henry, Alice dan Luna yang sembunyi di balik pepohonan rindang mulai menampakan diri.
"Sepertinya mereka sudah menjauh dari tempat ini," bisik Alice.
"Mari kita keluar sekarang," ajak Luna.
Sahabatnya itu pun menyetujui ajakan Luna, tak berapa lama terdengar suara gaduh dari rerimbunan tumbuhan liar yang letaknya tak jauh dari mereka.
"Lewat sini, awas hati-hati,".
Suara itu tak asing di telinga mereka.
" Aku takut mereka masih mengejar kita," terdengar suara seorang gadis.
"Tidak, mereka sudah pergi. Kita aman sekarang," sahut suara lelaki yang tak asing itu.
Alice menahan Luna untuk menampakan diri, mereka masih menunggu sosok yang berada di rerimbunan tumbahan itu.
Akhirnya sosok tersebut menunjukkan batang hidungnya, ternyata itu Eryk dan seorang gadis cantik.
"Eryk, darimana saja kau?" teriak Alice.
"Diamlah Alice, apa kau tak tahu pengawal keluarga Haugert mengejar kami," balas Eryk.
"Jadi mereka mengejarmu? Lalu siapa perempuan ini?" tanya Luna lirih.
Karena saat itu, gadis yang berdiri di samping Eryk mengenakan selendang untuk penutup kepala. Jadi Alice dan Luna tak begitu dapat melihat atau mengenali wajahnya.
"Iya mereka mengejar kami, karena aku membantu dia kabur. Perkenalkan ini adalah Liora," ucap Eryk.
Kedua sahabat itu pun setengah kaged, bagaikan mimpi di siang hari, mereka hampir tak percaya dengan apa yang mereka alami.
Setengah mati mereka bertaruh untuk dapat menemui Liora, tapi kini gadis tersebut menghampiri mereka.
"Ya Tuhan, aku hampir tidak percaya dengan semua ini Alice," bisik Luna.
"Akupun begitu Luna, semua ini seperti mimpi," jawabnya.
"Liora, bolehkan aku tahu apa yang membuatmu meninggalkan rumah mewah itu?" tanya Luna halus.
"Biarkanlah dia beristirahat dulu, barulah kau tanya apa yang terjadi," potong Eryk.
"Tidak apa Eryk, aku akan sedikit bercerita supaya tidak ada kecurigaan. Aku kabur karena aku ingin hidup bersama Kakakku di hutan," jawabnya.
"Hutan?" sahut Alice.
Liora terdiam dan tak kuasa menahan air matanya.
"Liora, masuklah ke dalam penginapan yang kami sewa. Supaya engkau lebih tenang dan aman dari kejaran mereka," sahut Luna.
Gadis cantik tersebut menyetujui permintaan Luna, mereka semua segera memasuki penginapan tersebut.
"Silahkan kau pilih kamar, di sini ada tiga kamar di sebelah sana," ucap Luna menunjuk ruang kamar yang ada di penginapan itu.
"Aku tidur denganmu saja," ucap Liora.
"Oh iya, kenapa Kakakmu berada di hutan?" tanya Alice lagi.
"Ibu tiri kami, merubahnya menjadi seekor serigala sepuluh tahun lalu," jawabnya.
Tiba-tiba obrolan mereka terpotong oleh suara bunyi gemuruh yang terdengar dari perut Alice. Liora pun tersenyum sipu mendengar suara perut Alice.
"Apa kau membawa makanan untuk kami Eryk?" tanya Alice tersenyum tipis.
Eryk hanya menggelengkan kepalanya dengan menampakan raut wajah kecewa, pertanda ia tak mendapatkan makanan seperti yang ia janjikan.
Alice mencoba memahami keadaan sangat adik, dan kejadian yang baru saja ia alami. Ia pun berinisiatif untuk mencari makanan di sekitar penginapan.
"Baiklah, kalian tunggu disini aku akan membeli makanan,".
Ia bergegas meninggalkan penginapan dan berjalan dengan langkah cepat.
Sampailah ia di sebuah kedai yang tak jauh dari tempat mereka menginap.
"Tuan saya ingin memesan empat bungkus makanan," ucap Alice.
"Baiklah Nona, sepertinya saya baru melihat anda," ucap sang pemilik kedai.
"Benar Tuan, saya belum pernah kemari sebelumnya dan saya berasal dari desa." kata Alice.
Pemilik kedai itu terlihat sibuk membuat pesanan Alice, sedangkan Alice tampak menikmati suasana sekitar kedai yang cukup ramai.
Tiba-tiba kenikmatan itu dipadamkan oleh teriakan salah satu pengurus rumah keluarga Haugert.
"Wahai warga kota, mulai malam ini keluarga Haugert akan membuat sayembara. Bagi siapa saja yang menemukan Liora dalam keadaan selamat akan kami beri hadiah yang luar biasa," ucap nya.
Seketika jantung Alice berdebar dan berdegup kencang, rasanya ia ingin segera kembali ke penginapan untuk mengajak Luna dan yang Lainnya meninggalkan kota itu.
"Nona, ini pesanan anda," ucap pemilik kedai.
"Iya Tuan, berapa koin yang harus kubayar untuk makan ini?" tanya Alice.
"Tiga koin saja Nona," jawab pemilik kedai tersebut.
Alice segera meraih makanan dan memberikan tiga koin uang logam kepada pemilik kedai.
Kemudian ia segera menghampiri adik serta sahabatnya di penginapan.
Sesampainya di penginapan, wajah Alice tampak pucat pasi. Luna yang mendapati keadaan sahabatnya yang demikian pun tak ragu untuk bertanya.
"Alice apa yang terjadi dengan engkau?"
"Kalian makanlah dulu, setelah itu akan aku ceritakan apa yang sedang terjadi," jawabnya.
Dengan perasaan was-was keempat anak muda itu menyantap hidangan yang di bawa Alice hingga tak tersisa.
"Makanan kami sudah habis Alice, segeralah engkau ceritakan apa yang terjadi," ucap Luna.
"Sepertinya kita harus segera meninggalkan kota ini. Keluarga Haugert sedang membuat sayembara untuk menemukan Liora," jelas Alice.
"Sudah aku duga mereka akan melakukan ini," sahut Liora.
"Eryk, Luna segeralah berkemas. Aku akan menemui Tuan Henry untuk membayar biaya sewa," ucap Alice.
Ia segera berkuda menuju kediaman Tuan Henry, sedangkan Luna dan Eryk sibuk mengemasi barang-barang yang harus dibawa.
Suara ketukan pintu terdengar, teriakan lantang pengawal Haugert menggema. Membuat penghuni di dalamnya panik.
"Kalian yang berada di dalam penginapan ini, segeralah keluar. Aku tahu ada orang di dalam,".
"Kalian masuklah ke kamar dan jangan lupa kunci pintunya," ucap Luna.
Ia segera mengenakan selendang untuk menutup kepalanya agar terlihat sedikit samar, kemudian ia membuka pintu penginapan.
"Ada perlu apa Tuan? Kenapa kau berteriak di depan penginapan ini," tegas Luna lantang.
"Kami sedang mencari seseorang Nona, apa boleh kami melihat penginapan ini?" tanya nya.
"Tentu saja, silahkan jika engkau ingin memeriksa penginapan ini," ucap Luna mengeraskan suara. Ia sengaja menaikkan suara supaya Eryk dapat mendengar ucapannya, dan dapat mengambil langkah untuk menghindari mereka.
Para pengawal mulai memasuki penginapan tersebut, mereka memeriksa ruangan satu persatu.
"Nona, sepertinya kau tidak sendiri disini." tanya salah satu pengawal.
"Benar Tuan, aku bersama teman perempuanku. Namun ia sedang keluar." jawab Luna.
Hati Luna sebenarnya berdebar, ia takut keberadaan Eryk dan Liora di ketahui oleh mereka.
"Terima kasih Nona, sepertinya orang yang kami cari tidak ada disini. Kami pergi dulu," ucap salah satu pengawal.
Para pengawal itu pun segera meninggalkan penginapan Tuan Henry.
Seketika hati Luna terasa lega, namun hatinya kembali bertanya dimana Eryk dan Liora bersembunyi.
"Eryk, Liora dimana kalian?" ucapnya lembut.
Namun tak ada jawaban, tak lama kemudian Alice pun datang.
Luna menceritakan kejadian yang terjadi kepadanya.
"Mungkin mereka sedang bersembunyi di balik tumbuhan rindang di belakang sana," ucap Alice.
Keduanya segera menuju tempat yang Alice maksud, dan benar saja tampak keduanya berada di tempat itu dengan wajah panik.
"Kalian keluarlah, keadaan sudah aman. Dan mari segera kita tinggalkan kota ini," ajak Alice.
"Alice, tidaklah lebih baik kita melakukan perjalanan saat tengah malam. Ketika orang-orang terlelap dalam tidur mereka," saran Luna.
"Sepertinya ide yang bagus Luna. Lalu kita akan pergi kemana?," ucap Liora.
"Kita akan menuju desa tempat kami tinggal. Kau ikutlah dengan kami," sambung Luna.
"Baiklah, kau dan aku naik menunggangi kuda yang sama denganku. Dan kau Eryk, biarkan Liora menunggangi kuda yang sama denganmu," saran Alice.
Mereka menyetujui saran Alice dan segera melangkah menuju penginapan untuk beristirahat sejenak, dan menunggu tengah malam tiba untuk melakukan perjalanan.