Meskipun adegan saling bertindihan itu sudah berlalu. Namun debaran hari keduanya masih berdegup kencang ketika saling menatap. Kejadian itu masih terngiang di pikiran mereka. Keduanya pun bingung dengan rasa itu, getaran di hati mereka masih terasa sampai saat ini. Sesuai hasil kesepakatan, hari ini ketiga pemuda desa itu akan dilatih ilmu beladiri oleh James. Mereka berkumpul di tempat dimana mereka biasa berlatih.
"Luna, lihatlah pangeran serigala tampan yang kemarin menindih tubuh indahmu itu," ledek Alice dengan nada genit.
"Alice, kau ini bicara apa. Semalaman kau sudah membicarakan itu, apa kau belum puas juga," bisik Luna.
"Entahlah Luna, memori otakku sepertinya sudah di racuni oleh kalian," jawab Alice.
"Hentikan lamunan tidak masuk akalmu itu Kak," potong Eryk.
Entah kenapa selama berada di dunia James, sifat Alice berubah sangat Humoris. Padahal sebelumnya dia adalah gadis pemberani dan tegas. Tak hanya Luna, Eryk pun merasakan hal tak wajar yang ada pada diri Kakaknya.
"Apakah kalian semua sudah siap?" tanya James.
"Sudah Tuan," jawab ketiganya.
"Baiklah, kita mulai sekarang. Eryk, kau kemarilah dan praktek kan apa yang sudah aku ajarkan kemarin," ucap James.
Eryk terlihat menguasai semua ilmu yang diberikan oleh James.
"Sekarang giliran Luna dan Alice," ucap James.
Alice terlihat santai, sedangkan Luna terlihat gugup dan canggung. Kejadian kemarin masih terekam jelas di otaknya.
"Luna kenapa dengan wajahmu," goda Alice.
Gadis itu pun sontak mengusap wajahnya,"Ada apa dengan wajahku Alice?".
"Wajahmu berubah kemerah-merahan seperti orang yang sedang menahan sesuatu," jawab Alice.
Mengetahui sang sahabat hanya menggodanya, ia pun kesal dan mencubit pipi Alice.
"Aduh Lun sakit," teriak Alice.
"Apa yang terjadi kepadamu Nona?" tanya James pada Alice.
"Tidak apa-apa Tuan, bisakah kita memulai latihannya?" tanya Alice.
"Tentu, ulangilah apa yang aku ajarkan padamu kemarin," ucap James.
Hal yang sama juga dialami Alice, ia tampak menguasai apa yang sudah James ajarkan kepadanya.
"Sekarang giliran kau Luna," ucap James.
Gadis itu berjalan dengan keadaan gugup, tampaknya Luna kurang konsentrasi kali ini. Ia terlihat tidak selincah kedua sahabatnya dan sering sekali tampak canggung.
"Luna, sepertinya kau perlu latihan lagi. Kemarilah ikuti aku," ucap James.
"Lalu bagaimana dengan kami?" teriak Alice.
"Jika kalian ingin mengikuti kami, silahkan," ucap James.
"Tidak, kami akan tetap berada disini supaya tidak mengganggu kalian berlatih," ucap Alice.
James dan Luna menuju ke taman untuk berlatih. Sedangkan Alice, Eryk, dan Liora tampak berlatih bersama.
"Kita berlatih disini saja Luna," ucap James.
"Baik Tuan," jawab Luna gugup.
"Apa kau sakit? Kenapa kamu gemetar?" tanya James.
"Sepertinya saya sedikit tidak enak badan," kilah Luna.
"Kalau begitu lebih kau istirahat saja, latihannya kita tunda sampai kau membaik. Sekarang kembalilah ke kamarmu dan beristirahatlah," ucap James.
"Tidak Tuan. Aku masih sanggup untuk berlatih, badanku tidak selemah seperti yang kau pikirkan," tolak Luna.
James tak kuasa menolak kemauan Luna, ia pun menyetujui permintaan gadis itu untuk tetap berlatih.
"Baiklah jika itu mau mu. Mari kita mulai latihan nya," ucap James.
"Baik Tuan," ucap Luna.
Keduanya mulai berlatih, namun sepertinya Luna tak dapat menyembunyikan kegaduhan hatinya. Tubuhnya semakin gemetar, jantungnya semakin berdegup kencang kala berada di dekat James.
"Luna, apa kau baik-baik saja?" tanya James.
"Tentu Tuan," ucap Luna.
"Tapi badanmu semakin gemetar, dan kau pun terlihat gugup," ucap James.
Menyadari akan hal aneh itu, Luna segera berpamitan pada serigala tampan itu.
"Sepertinya saya harus beristirahat sejenak Tian, boleh kah aku izin untuk ke kamarku," ucap Luna.
"Tentu saja Nona. Mari aku antar kau," ucap James.
"Tidak perlu Tuan. Anda tidak perlu repot mengantar saya," ucap Luna.
"Baiklah, berhati-hatilah," ucap James.
Gadis cantik itu hanya menunduk dan mengangguk, kemudian meninggalkan James.
Ia berjalan melewati teman-temannya.
"Luna, kau hendak kemana? Bukannya kau sedang berlatih?" tanya Alice.
"Tubuhku gemetar, aku tidak enak badan. Kalian berlatihlah, aku istirahat sebentar," jawab Luna.
Liora berinisiatif membuatkannya ramuan dan mengantarkan beberapa makanan hangat untuk Luna. Kedua temannya itu pun menyusul Luna ke kamarnya.
"Luna, makanlah dan kemudian minumlah ramuan ini supaya engkau lekas membaik," ucap Liora.
"Tapi sepertinya kau sudah baik-baik saja Lun, makanlah siapa tahu sakitmu itu akan hilang," ucap Alice.
"Jangan lupa minum ramuan yang sudah dibuatkan Liora. Ayo Alice kita lanjutkan latihan lagi," ucap Eryk.
"Aku tetap disini untuk menemani Luna, kalian berlatih lah," ucap Liora.
"Tidak perlu Liora, aku sendiri saja. Kau berlatih lah dengan mereka," ucap Luna.
"Mana mungkin aku meninggalkanmu sendiri, sedang kau dalam keadaan tak berdaya," tolak Liora.
"Namun sepertinya aku sudah sehat, sebentar lagi aku akan menyusul mereka berlatih. Kau kesanalah awasi mereka, musuh kita bukan orang sembarangan," ucap Luna.
Liora memahami kekhawatiran Luna, ia pun bergegas menyusul Eryk dan Kakaknya. Ternyata tak hanya mereka yang berlatih, para penghuni yang lain pun tampak sibuk melatih ilmu mereka.
Luna yang sudah merasa sehat pun kembali menyusul teman-temannya untuk berlatih.
"Halo semua, bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya Luna.
"Tentu saja boleh. Apa keadaanmu sudah benar-benar membaik?" tanya Liora.
"Seperti yang kalian lihat, aku sangat baik," jawab Luna.
Ia sendiri sebenarnya tidak paham apa yang membuat tubuhnya tiba-tiba gemetar.
"Kemarilah Luna, berlatih lah bersama kami," ajak Alice.
"Iya Alice, aku akan segera menyusulmu," jawab Luna.
Mereka pun berlatih, Luna terlihat sudah menguasai ilmu yang ia pelajari.
"Sepertinya kau sudah menguasai apa yang diajarkan James padamu," ucap Liora.
"Benarkah itu," ucap Luna.
Liora mengangguk dan Luna melanjutkan berlatih. Dari arah barat datanglah James menghampiri mereka.
"Apa kau sudah membaik Luna?" tanya James.
"Sudah Tuan," ucap Luna.
Kedatangan James sepertinya membuatnya kembali tidak fokus. Kegugupan menghampirinya, tubuhnya kembali gemetar, jantungnya pun berdebar kencang. Raut wajahnya perlahan memucat.
"Luna, sepertinya kau belum benar-benar sehat. Badanmu kembali gemetar dan wajahmu terlihat sayu," ucap James.
"Benar Luna, kau sakit lagi?" tanya Liora.
"Apa kau sudah memberikan ramuan itu kepadanya?" tanya James kepada sang adik.
"Apa kau sudah meminumnya Luna?" tanya James.
"Sudah Tuan, dan tadi keadaanku sempat membaik," kata Luna.
Alice pun tertawa mendengar obrolan mereka, pelan-pelan ia mendekati sahabatnya dan berbisik.
"Apakah jantungmu berdegup kencang Lun? Apa kau merasa gugup?".
"Benar Alice, aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi," jawab Luna.
"Aku tahu apa yang terjadi padamu," ucap Alice.
"Apa?" tanya Luna.
"Kau sedang jatuh cinta kepadanya," ungkap Alice.
"Bicara apa kau ini," ucap Luna kesal.
Ia pun tanpa sadar meninggalkan teman-temannya menuju ke kamarnya.
"Tunggu aku Lun, jangan marah," teriak Alice tertawa puas.
Alice berusaha mengejar sahabatnya itu, sementara yang lain masih terlihat sibuk berlatih.
Sementara Liora yang mendengar percakapan Alice dengan Luna tersenyum, sepertinya apa yang dikatakan Alice ada benarnya.
Kakaknya yang tampan itu, sudah membuat Luna jatuh cinta namun gadis cantik itu belum menyadarinya.