Angga dan rekannya yang lain beserta pak Kades sudah bangun pagi untuk solat berjamaah di masjid, mereka juga sudah memberitahukan ke pada pihak kantor pusat kalau ada pembunuhan lagi di tempat yang sama.
"Nak Angga, apa kalian belum menemukan pelakunya?" tanya warga yang ikut duduk di sebelah Angga.
Angga tidak mau dipanggil komandan karena dia tidak mau ada strata, biar di kantor atau saat dia pakai dinas saja mereka memanggil dengan sebutan komandan.
"Saya juga masih meraba pak, saya harap bisa menemukan titik terang tapi yang ada malah seperti ini, entahlah pak, saya juga bingung ini mau apa sekarang saya menyelesaikan masalah ini," ucap Angga yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.
"Saya harap bisa segera menemukan pelaku yang sadis itu, jika tidak maka banyak yang jadi korban, kamu tahu sendiri pesona dia luar biasa, jadi pria yang sudah masuk dalam pesonanya pasti di bunuh," jawab warga itu lagi.
Angga pun menganggukkan kepalanya, jadi dia memikat korbannya untuk dia jadikan korban, dia sudah tahu sekarang. Angga pun permisi pulang, pak Kades dan yang lainnya ikut pulang juga, mereka mau ke lokasi kejadian dan tentu mereka ingin melihat proses korban dibawa.
"Angga, kita ini mau berapa lama tinggal di rumah pak Kades, kita cari rumah saja, di sebelah rumah pak Kades itu kosong, kita sewa saja," ucap Zuki yang membawa kendaraan menuju lokasi.
"Benar juga, tapi nena apa sama kita juga?" tanya Angga.
"Mau gimana lagi, kalau dia jauh tinggalnya bisa bahaya dia, ada banyak yang mengincar dia, kamu tidak lihat Nena dan imyah itu mirip kali bak pinang dibelah dua. Kalau tidak mana mungkin kamu tidak tahu semalam yang ikut siapa kan?" tanya Zuki.
"Benar juga apa kata Zuki, aku tidak tahu kalau sesungguhnya itu Darsimah bukan Nena, aku benar-benar terkecoh," gumam Angga dalam hatinya.
Mereka akhirnya sampai juga di tempar kejadian, polisi sudah banyak yang datang dan ambulans juga sudah di sana. Petugas sudah bergerak ke lokasi saat Angga meminta mereka ke sana.
"Banyak warga di sini, apa setiap ada kejadian banyak warga yang menyaksikan. Aku rasa warga makin takut untuk keluar malam, " bisik Zuki kepada Angga.
Keduanya melihat kondisi korban dan benar-benar menakutkan sekali, dia juga tidak tahu kenapa bisa para lelaki ini, jujur yang bunuh lelaki dan dia juga sudah mengatakan dengan jelas kalau dia mengutuk mereka, tapi kalau lelaki tidak bersalah apa diperlakukan sama pikir Angga.
Zuki menepuk pundak Angga yang melamun. "Jangan melamun di pagi hari yang ada kamu ke sambet Darsimah, baru tahu kamu. Sudah ayo kita pergi." Zuki dan Angga pergi dari lokasi tempat terjadinya pembunuhan.
"Kalian kasih garis polisi yang banyak, sepertinya kurang ini, kita juga akan melakukan penyelidikan dan akan menemukam bukti di sini," ucap Angga pada polisi kota yang datang ke lokasi.
"Iya, baiklah kalau begitu kita harus cari dulu buktinya pak, karena pembunuhan ini sama dengan pembunuhan yang sudah-sudah," kata anak buah Angga.
"Iya, bukan sama tapi memang sama, jadi kalian segera buat laporan dan segera kabari saya jika sudah selesai laporannya," ucap Angga lagi.
"Baik Komandan." anak buah Angga pun pergi meninggalkan lokasi begitu juga dengan yang lain.
"Nak Angga, pak Camat mau bertemu, ayo kita ke sana sekarang, Nena ajak juga, kita jemput dia baru ke kantor camat ya," ucap pak Kades Mahmud.
Angga dan lainnya mengangguk kepala. Anak buah Juragan Benny yang mengawasi Angga dari kerumunan warga segera pulang untuk memberitahukan kepada juragan Benny.
"Aku harus kasih tahu Juragan, kalau tidak, aku akan habis di tangan juragan." anak buah itu pergi ke villa juragan Benny.
Satu jam perjalanan, akhirnya anak buah Juragan Benny datang dan menemui sang juragan. Dia tergopoh-gopoh untuk segera menemui juragan itu. Dia mau katakan kalau temannya yang tadi malam tewas.
Tok ... tok ...
"Masuk!" teriak Juragan Benny.
Juragan Benny yang berada di ruang kerja melihat kedatangan anak buahnya yang dia minta untuk mengikuti wanita itu dan rekannya yang lain, dia juga melihat bahwa yang datang hanya satu orang.
"Kemana dia? Kenapa temanmu yang satunya tidak ada?" tanya Juragan Benny.
"Ehmm, it-itu a-anu juragan dia itu anu duh gimana ya mau ngomongnya," ujar anak buah Benny.
"Katakan saja ada apa?" tanya Juragan Benny.
"Rekan saya sudah tewas juragan, tadi malam dia dibunuh oleh hantu itu, saat itu waktu kami mengintai mereka, saya sesak pipis, jadi saya pipis, eh begitu balik dia sudah tidak ada saya tidak tahu dia di mana, dia tinggalkan saya sendiri. Dan dia juga di temukan di lokasi hutan cemara dan pinus itu juragan, meninggalnya juga menggenaskan saya lihat," ucap anak buah juragan itu lagi.
Prangggg!
Juragan Benny mulai murka. Dia tidak menyangka kalau anak buahnya dibunuh oleh Darsimah, jadi kutukan itu benar adanya, dia mencariku dengan cara seperti itu.
Anak buah Juragan Benny hanya diam. Murka Juragan Benny sungguh menakutkan sekali dan dia juga tidak tahu harus apa menghadapi kemurkaan juragan Benny.
"Apa ada yang tahu dia siapa?" tanya juragan Benny.
"Saya rasa tidak, karena kami tidak bilang kami berkerja dengan anda juragan," ucap anak buah Juragan Benny.
"Baiklah, segera cari tahu semuanya, jangan sampai kamu ketahuan, bawa teman satu untuk menemani kamu dan ini upah kamu," ucap Juragan Benny yang memberikan amplop uang.
Anak buah Juragan Benny pun pergi dari ruangan Juragannya, dia langsung mencari orang untuk menemani dia mengintai para polisi itu termasuk wanita yang Juragan Benny incar.
"Sialan kamu Darsimah, bisa-bisanya dia membuat aku harus ketakutan karena kutukan itu. Dia wanita tidak tahu diri murahan, masih tidak mau mengakuinya. Jika tidak aku melihatnya waktu dia menggoda pria maka aku tidak akan pernah tahu wanita seperti apa yang akan aku nikahi, sekarang malah dia ingin membunuh semua orang, silahkan, sampai kiamat pun tidak akan dapat siapa pembunuhnya," gumam Benny dengan senyum mengembang.
Benny begitu membenci Darsimah kekasihnya sendiri, tapi tidak dengan Darsimah, dia masih mencintai kekasihnya itu, setiap malam dia akan ke tempat Benny, dia akan datang saat Benny tidur dan dia juga berbaring di sebelah kekasihnya itu.
"Aku minta maaf kang Benny, sudah meninggalkanmu, aku akan menghabisi orang yang membunuhku dan yang sudah membuat kita berpisah selamanya, aku tahu kamu pasti terpukul akan kejadian ini, tapi kamu jangan sedih, aku akan selalu bersamamu sayang," ucap Darsimah dengan suara lembutnya.