Angga dan Zuki duduk di kursi rotan pak Mahmud. mereka berpikir caranya untuk menemukan pelakunya yang membunuh Darsimah.
"Aku rasa kita harus ke desa sebelah, katanya dia sering ke sana untuk menjalankan aktivitasnya. siapa tahu kita bisa ke sana." ajak Zuki kepada Angga.
Angga diam sejenak, dia tidak tahu apa dia harus ke desa sebelah, tapi kalau nggak ketemu juga bagaimana pikir angga. Zuki yang melihat angga melamun berdecih. Angga selalu melamun dan dia juga tidak memperdulikan apa yang dia katakan.
"Kamu dengar tidak?" tanya Zuki.
Ketiga anak buah Angga dan Nena datang dan bergabung bersama dengan Angga dan Zuki. Pak Mahmud datang dari luar, dia membawa pisang goreng untuk tamunya.
"Kalian makan dulu, saya ada kabar baik bukan kabar pokoknya, kalian mau kan dengar kabarnya, kalau mau nanti saya kabari ya." pak Mahmud tersenyum kepada Angga dan rekan Angga.
Mereka mengacungkan jempol dan menganggukkan kepala. Pak Mahmud masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci kaki dan beranjak ke kamar mandi untuk ganti baju. Istri pak Mahmud juga pulang dari rumah tetangga.
"Buk, baru pulang, ya?" tanya Angga.
"Iya, ada hajatan di desa sebelah saya hanya ikut bantu masak-masak tidak ke sana, karena takut jika Darsimah datang ke sana, saya dengar dari warga mereka melihat Darsimah sering muncul," ucap istri pak Mahmud yang bernama Salmah.
"Apa benar bu Salmah? Kalau benar wah gawat itu, kita ke sana saja gimana?" tanya Zuki.
"Kamu ini gimana sih, kok malah gawat terus ke sana gimana ini?" tanya Nena.
"Ini yang tadi aku katakan, kita harus ke sana, kita harus terjun ke lapangan, kita harus tahu kalau apa yang terjadi benar, kita tidak bisa melihat orang tidak bersalah meninggal, hanya karena kutukan, yang salah harusnya di kejar bukan yang nggak salah, makanya kita harus cepat ungkapkan ini," ujar Zuki kepada Nena.
"Makanya itu, dia nggak mau tahu, intinya dihabisi." pak Mahmud datang dan duduk bersama.
"Pak, siapa kekasih dia selain yang anak pak camat itu? Apa ada yang lain?" tanya Angga.
Pak mahmud geleng kepala, karena dia tidak bisa mengatakan apapun, karena setahu dia hanya anak camat itu saja, sisanya tidak ada lagi.
"Tidak ada lagi, karena saya tahunya itu, itu karena ibu camatnya samperin Darsimah saat itu dan seperti memperingatkan ke Darsimah untuk menjauh dan itu benar heboh, setelah itu mereka putus. Anak pak camat semakin murung dan akhirnya menikah dengan pilihan keluarganya," ucap pak Mahmud.
"Bukan pak, katanya Darsimah selingkuh gitu sama Juragan tua yang katanya mau dijadikan istri ke 4 kalau nggak salah, makanya bu camat nggak suka," kata istri pak Mahmud.
Angga dan yang lainnya mendengar pertengkaran kedua pasutri itu. Mereka tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Nena memberikan kode ke Angga untuk menghentikan pertengkaran mereka Angga takut dia geleng kepala ke arah Nena.
"Ehmmm! Maaf ganggu, jadi kita ke sana saja. Kami tidak mencari siapa yang selingkuh siapa, yang pasti kami mau cari pelakunya, agar pria di sini tidak jadi korban. Kalian setuju?" tanya Zuki.
Semuanya diam dan Angga akhirnya menganggukkan kepala. "aku ikut saja, asal ketemu titik terangnya," ucap Angga.
"Baik, kalau kalian ikut, saya ikut juga. Ibu di rumah bapak mau kerja bantu pak komandan, jangan keluyuran," ucap pak kades pada istrinya.
Istrinya mengangguk dan tersenyum. Zuki yang melihatnya hanya geleng kepala, kadang berantem kadang nggak. Pak kades akhirnya bergerak ke desa sebelah.
"Kalau sore pergi jam berapa sampainya?" tanya Zuki.
"Sebelum magrib, kita bisa sampai di sana, nanti kita tinggal si rumah ponakan saya, dia polisi juga, kalian bisa kenalan dengan dia ya," ucap pak Mahmud.
Dua jam lebih perjalanan mereka akhirya sampai dan benar suasana desa sebelah juga sepi. Zuki makin merinding, kenapa dua desa sepi pikirnya.
"Kapan kita ke tempat pesta itu?" tanya Zuki.
"Dari jalan ini kita lurus dan belok dah sampai, ini hajatan dua hari dua malam kalau nggak ada yang ganggu," kata pak kades.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arah tempat hajatan. Angga memandang ke arah jalanan yang terlihat lenggang. Zuki juga melihat ke arah jalanan yang terlihat sepi. Mereka pun sampai di tempat tujuan.
"Ayo kita turun, itu rumah keluarga saya, kita masuk saja. Siapa tahu dia di dalam." pak kades berjalan ke dalam dan mengetuk pintu.
Tok ... tok ...
Dua kali ketukkan tidak di buka sama sekali. Angga duduk di kursi teres dan memandang ke arah sekitar sepi. Pak kades menghela nafas panjang.
"Seperti ini lah ya, kita ke tempat pesta saja nanti kita ke sini lagi. Bagaimana kalian mau ke sana?" tanya pak kades kepada angYga dan kawan-kawan.
"Baiklah, kalau begitu. Ayo kita pergi sekarang." Angga pun naik ke mobil di ikuti dengan yang lainnya.
Setengah jam mereka sampai di lokasi pesta. semua orang menyambut kedatangan pak kades dan Angga. Angga pun duduk di kursi menikmati hiburan. Angga melihat sekeliling dan terkejut ada orang yang mulai kerasukkan.
"Ga, lihatlah, sepertinya, itu orang aneh nggak sih?" tanya Zuki kepada Angga.
"Itu orang kerasukkan, kamu nggak lihat itu hmm." Angga menunjuk ke arah orang yang sudah kerasukan kepada Zuki.
Warga mulai mendekati orang yang kerasukkan, Angga seketika mendengar suara kereta kuda dan benar saja jauh di ujung ada Darsimah yang memandang ke arah mereka. Dia tersenyum kepada Angga.
"Angga. Kenapa kamu melamun hahh! Ini ada yang kerasukkan, ihhh! Serem sekali Ga. Ayo kita mundur saja, biar pak ustad saja yang bantu dia." Zuki meminta Angga mundur dan tidak mendekatk orang yang kerasukkan.
Acara yang tadinya rame harus berakhir mencekam dan tentu saja membuat para tamu ketakutan. Acara yang menari dengan penari harus di hentikan. Tiba-tiba terdengar suara alunan musik yang sama dengan alunan musik khas penari jaipong.
"Bu-bukannya sudah di matikan ya musiknya, kenapa ada lagi ya?" Tanya zuki.
Ketiga anak buah angga merapat ke komandan mereka. Angga hanya menatap ke arah Darsimah dan saat bersamaan Nena tidak ada di dekat mereka dan Angga dibuat terkejut Nena sudah bersama dengan DarsImah dan pria lainnya.
"Sial! Nena bersama Darsimah Zuki. Ayo kita kejar dia!" Angga mengumpat karena Darsimah pandai menarik perhatian dan mengambil pria satu untuk di bunuh oleh dia melalui Nena.
Ke empatnya terkejut karena melihat Angga pergi dan mengatakan Nena bersama dengan Darsimah. Pak kades yang melihat Angga dan anak buah Angga pergi, bergerak dari kerumunan dan mengejar Angga.
"Ada apa nak Angga?" tanya pak kades kepada Angga.
"Sepertinya ada pembunuhan lagi ini." ucap Angga yang langsung masuk mobil di susul dengan yang lain