Zuki yang melihat pembunuhan tadi hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Pria yang tidak bersalah harus meregang nyawa dan tentu saja membuat dia bingung kenapa pria yang tidak bersalah yang harus dibunuh.
"Nak, Angga, kita harus bilang apa ke kantor polisi? Jika mereka tanya, kenapa tidak di tangkap? Kita mau jawab apa ke mereka nak Angga?" tanya Pak Mahmud yang bingung nanti mau jawab apa ke polisi kota.
Angga yang mendengar jawaban dari pak Mahmud tidak bisa berkata apapun. Dia juga bingung mau jawab apa, kalau dia bohong tidak mungkin kalau jujur pun dia pasti di tanya seperti yang pak Mahmud.
"Saya belum bisa mengatakan apapun untuk saat ini, mana mungkin kita menangkap Darsimah yang kita tahu dia itu hantu, yang arwahnya ingin balas dendam. Tapi balas dendam ke siapa? Kita saja tidak tahu sama sekali, jadi akhhhh! Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan pak. Pengintai kita waktu itu juga dibunuh, tanpa tahu siapa yang menyuruhnya mengintai kita, ini gila pak, sangat gila. Aku baru mendapatkan kasus yang rumit dan entahlah, aku tidak tahu harus apa sekarang." Angga tidak bisa memikirkan apa yang akan dia lakukan, saat mau menangkap pelaku malah Darsimah menghalangi lebih tepatnya dia yang lebih dulu membunuh salah benarnya orang itu dia tidak peduli.
"Apa kita pergi saja kali ya? Kita biarkan saja Darsimah yang melakukannya, dari pada kita harus melihat setiap pria dia bunuh, lebih baik kita menyerah saja Ga, jangan di teruskan." Zuki sudah muak karena pekerjaan yang dia lakukan selalu gagal dan itu karena hantu sialan itu.
"Sabar, kita harus bisa memikirkan apa yang akan terjadi dan jangan buat kita kalah dari dia dan ingat kita punya tugas dari kantor, aku yakin dia akan kita dapatkan," jawab Angga yang menenangkan Zuki.
"Sampai kapan? Kita ketemu pelakunya dan akan menangkap pelakunya tapi, pelakunya akan membela diri dengan mengatakan mana buktinya jika dia, sedangkan kita tidak menemukannya, tidak ada bukti sama sekali Angga, apa lagi sekarang semua pria di desa ini habis di bunuh, pak Kades saja yang belum kena bunuh oleh Darsimah, kalau sudah alamat dah," ucap Zuki yang asal sebut dan bicara saja.
Pak Mahmud yang mendengar apa yang Zuki katakan mengangga. "Kamu sumpahi aku di bunuh juga Zuki? Dasar anak durhaka kamu ya, aku ini orang tua, dan aku orangnya tidak pernah jahat pada wanita apa lagi pada wanita yang menari seperti Darsimah, aku selalu baik dengan dia semasa dia hidup, karena aku sudah anggap anak, sejak ayahnya masih hidup, jadi mana mungkin aku dibunuh." pak Mahmud menjelaskan apa yang terjadi dan menolak jika dia akan dibunuh karena sesuatu yang tidak jelas.
"Pak, bisa saja ya, bapak tidak mengeluarkan surat yang lainnya," ucap Zuki yang menggoda pak Mahmud.
Zuki benar-benar sudah kesal karena tidak bisa menangkap pelaku dan kesal karena Darsimah. Pak Mahmud yang tahu kelakuan Zuki hanya geleng kepala dan tersenyum. Perjalanan mereka tidak sampai dari tadi, Boni yang membawa mobil berputar-putar ke sana kemari. Dia bingung kenapa bisa ke sini lagi.
"Maaf, seperti kita salah jalan lagi ini?" tanya Boni kepada penumpang yang ikut bersama dia.
"Apa salah jalan?" tanya semuanya.
Boni menganggukkan kepalanya dengan pelan, dia tidak tahu kenapa bisa nyasar. Bobo dan Bono melihat ke sekeliling dan ini daerah hutan dan kenapa bisa sampai di hutan pikir keduanya.
Pak Mahmud, Angga dan Zuki juga ikut melihat sekeliling dan benar saja, ini jalan bukan ke jalan desa mereka. Zuki menatap ke arah pak Mahmud dan meminta pak Mahmud menjelaskan kepada mereka. Pak Mahmud yang di lihat hanya menghela nafas panjang.
"Percuma kamu menanyakan ke saya, saya mau tanya ke siapa? Kita sudah nyasar juga, saya juga bingung ini di mana, saya juga tidak pernah ke sini dan ini desa atau tidak." Pak Mahmud juga tidak pernah ke daerah sini dan ini kelihatan masih baru untuknya.
"Pak Mahmud ini, orang desa sini kan? Kenapa tidak tahu di mana kita saat ini, pak Mahmud harus dipecat dari kantor ini," celoteh Arya yang membuat pak Mahmud kesal.
Angga melihat hal yang aneh, ada wanita yang berdiri dengan pakaian khas penari dan itu sudah di pastikan itu Darsimah.
"Kita sepertinya tidak di kasih pulang, gila ini gila aku tidak menyangka dia masih mengejar kita, aku tidak tahu siapa yang dia kejar?" tanya Angga yang penasaran.
Tanpa mereka ketahui pria yang di belakang berdiri dan menodongkan senjata ke leher Pak Mahmud. Pak Mahmud terkejut karena senjata yang di todongkan itu sangat menakutkan dan tentu saja tidak dipungkiri jeritan Zuki dan pak Mahmud membuat mobil berhenti mendadak.
"Jangan ada yang bergerak, maju terus dan jangan banyak bicara, jika tidak aku akan bunuh pria tua itu. Aku pastikan dia akan mati, jika kalian berulah." pria itu menatap Angga dengan tatapan tajam.
"Jangan kamu sakiti dia, dan siapa kamu?" tanya Angga menatap pria yang memakai topi kupluk.
Angga hanya bisa menatap mata itu, pantas saja Darsimah muncul dan membuat dia dan rekannya nyasar ternyata ada dia pikir Angga dalam hati.
"Jalankan mobil, jangan sampai kita berhenti." Angga memerintah kan kepada anak buahnya Boni untuk jalan.
Mobil sempat berhenti sesaat karena kedatangan orang yang tidak dikenal. Boni yang mendengar perintah Komandan langsung bergerak jalan dan tentu membuat dia ketakutan. Mobil membelah jalan tapi tetap tidak sampai di desa yang mereka tuju, pak Mahmud menelan salivanya dan membuat dia takut, lehernya sudah kram karena harus menahan sakit di lehernya yang terluka tergores.
"Kenapa belum sampai!" teriak pria itu yang sedikit takut karena dia tidak sampai ke desa.
Pria yang melihat kejamnya Darsimah ketakutan dia akhirnya bersembunyi di dalam mobil Angga dan sekarang dia malah mengancam Angga dan yang lainnya. Anak buah Juragan Benny mulai ketakutan karena mendengar kalau mobilnya nyasar.
"Kenapa belum juga sampai hahhh! Apa kalian sengaja membuat mobil ini nyasar iya!" teriak pria itu kepada Angga.
Zuki yang sudah kesal dan emosi ingin sekali meledakkan kepala penyusup ini. Angga tidak memperdulikan apa yang penyusup ini katakan. Dia berpikir kaitannya dengan semuanya.
"Kami nyasar dan ada orang di sini, apa mungkin dia suruhan pembunuh itu kali ya? Jadi, Darsimah sengaja membuat kita nyasar apa karena dia dan sosok yang aku lihat tadi ... jika benar yang aku pikirkan karena dia akan membunuh pria ini. Tidak, dia tidak boleh membunuh pria ini. Aku harus cari tahu dengan begitu aku bisa selidiki dia dan mengumpulkan bukti," gumam Angga yang baru ngeh kenapa mereka nyasar.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Angga.