Pria yang di belakang diam saat mendengar apa yang dikatakan oleh Angga. Dia tidak mau mengatakan siapa yang menyuruhnya, dia ingin selamat dan hanya itu.
Angga yang kesal mengepalkan tangannya. Emosinya meningkat, dia berteriak kencang dan memaki pria yang sudah membuat dia harus berurusan dengan Darsimah.
"Cepat saja jalan, jangan banyak cerita kamu pak polisi, aku akan membunuhmu, jika kamu tidak membawa aku menjauhi hantu sialan itu!" bentak pria itu kepada Angga.
Zuki yang mendengar teriakkan dari pria penyusup ini kesal. "Tutup mulutmu kau sialan! Kau tahu takut tapi kenapa melakukan ini, sialan kamu!" teriak Zuki yang kesal karena dia tidak suka di bentak oleh orang lain, bukan tanpa alasan dia tidak suka, dia tidak suka karena yang membentak dia adalah orang asing yang tidak tahu ada masalah apa dia mengikuti mereka,
pria itu menatap ke arah zuki yang marah, anak buah angga hanya diam dan tidak berkata apa-apa, dia hanya diam dan mengikuti jalan yang dari tadi tidak sampai juga.
Citttt!
Mobil berhenti seketika, Bono terkejut karena mobil mereka terhalang oleh seseorang yang berdiri tepat di depan mobil. Seorang wanita yang berpakaian seperti Darsimah.
"Gawat, ini gawat Ga, kita akan menghadapi hantu itu dan lihatlah, dia sepertinya ingin melakukan sesuatu lagi. Apa dia akan membunuh dia yang di belakang?" tanya zuki kepada Angga.
Anak buah Angga yang membawa mobil hanya bisa menelan salivanya karena melihat kedatangan Darsimah. Bono melihat ke arah Komandannya, dia ingin tahu apa yang akan Komandannya lakukan.
"Tenang saja, jangan gegabah kalian. Ingat jangan buat diri kalian terpengaruh dengan dia. Dia bisa buat kita terhipnotis, jadi fokus saja, jangan buat diri kalian terpengaruh paham kalian semuanya?" tanya Angga kepada anak buahnya.
Pria penyusup mulai cemas, sosok yang di depan mobil yang dia tumpangi mulai berjalan dan naik ke atas kup mobilnya, suara dari kup mobil yang di naiki oleh sosok Darsimah membuat Angga kesal.
"Jalan cepat, jangan sampai dia ke sini! Jalan kan mobilnya cepat!" teriak pria itu dengan kencang.
Angga kesal karena pria ini berteriak untuk melajukan mobilnya dan menabrak mobil ke tubuh Darsimah. Bono serba salah dia mengigil melihat Darsimah sudah dekat dengan dia. Angga yang di desak dan melihat anak buahnya ketakutan akhirnya memutuskan untuk menabrak Darsimah.
"Tabrak saja Bono. Cepat tabrak dia!" teriak Angga dengan kencang dan tentu saja membuat Zuki dan pak Mahmud terkejut begitu juga dengan anak buahnya.
Bono masih belum bergerak sama sekali, dia masih linglung dan masih belum percaya jika Komandannya meminta dia untuk pergi dari hadapan hantu itu dengan cara menabraknya. Dan itu yang membuat dia bingung.
"Jalan Bono, aku katakan cepat jalan!" teriak Angga yang sudah frustasi karena anak buahnya yang tidak juga pergi, Darsimah sudah mencoba memasukkan tangannya di kaca depan.
Bono yang terkejut dengan teriakkan dari Komandannya akhirnya dengan gerak cepat menstater mobil dengan kencang. Darsimah yang dia atas kup mobil terlempar cukup jauh dan terdengar suara dari bawah seperti orang tergilas.
"Gila kamu Angga, dia di gilas, dia pasti mati tidak-tidak dia sudah mati, ya Tuhan aku harus apa sekarang. Aku harus apa, aku menjadi pembunuh hantu sekarang, aku pembunuh hantu Angga, aku tidak mau di penjara karena membunuh hantu." Zuki mengomel sendirian karena dia merasa membunuh hantu.
Mobil terus melaju sampai tiba di belokkan tajam, mereka terkejut lagi Darsimah muncul mendadak dan kecelakaan tidak terelakkan. Bono membanting stir ke arah samping dan mobil terbalik dan membuat mereka terguling ke semak belukar.
Angga dan yang lainnya tidak bisa apa-apa, Zuki dan pak Mahmud pingsan dengan luka yang cukup parah. Sedangkan tiga anak buah Angga juga sama tapi tidak dengan dia, Angga masih bisa melihat situasi walaupun samar-samar. Pria yang ikut dengan dia keluar dari mobil dan berjalan menjauh, namun Darsimah menarik dia dan membunuh pria itu lagi.
"Akhhhh, ampunkan aku!" teriak pria itu dengan kencang.
Angga yang melihat Darsimah dengan kejam membunuh pria itu. Angga tidak bisa berkata apapun dia pasrah, pria itu lagi-lagi dibunuh oleh Darsimah. Pria itu di seret oleh kuda Darsimah dan keduanya tubuh pria itu terbelah dua. Angga yang tidak kuat memejamkan matanya. Angga mencari Nena tapi tidak ada dan saat membuka mata Nena di depan matanya.
"Angga tolong aku," ucap Nena kepada Angga sebelum Angga terpejam dan tidak sadarkan diri sama sekali.
Angga memejamkan matanya saat itu juga, dia tidak tahu apa yang terjadi, saat membuka matanya, dia sudah berada di rumah sakit. Aroma obat-obatan tercium di indera penciumannya. angga meringis kesakitan karena kepalanya pusing.
"Akhhh, sakit sekali kepala aku. Zuki dan yang lainnya mana ya?" tanya Angga yang melihat Zuki dan yang lainnya masih tertidur.
Angga melihat ke arah depan dan melihat Nena dan Darsimah yang berdiri. Angga menatap sendu ke arah Nena, apa Nena sudah meninggal atau tidak. Angga memejamkan matanya dan tiba-tiba sudah ada yang memanggil dirinya.
"Angga bangun, hei bangun, Angga kenapa kamu diam saja." Suara seseorang terdengar oleh Angga di telinga Angga.
Angga membuka matanya dan melihat ke arah sumber suara. Dia sedikit terkejut karena Nena di depan matanya sedang tersenyum ke arahnya. Angga melihat ada luka di kening dan bibir Nena yang jelas terlihat di mata Angga.
"Kamu tidak apa Nena?" tanya Angga dengan suara pelan.
"Aku baik saja, Angga, aku minta maaf karena aku membuat kalian kerepotan, kalian sampai kecelakaan karena aku. Zuki masih belum sadar begitu juga dengan yang lain." Nena menjelaskan apa yang terjadi dengan rekannya yang lain.
Angga merasa senang karena yang tadi hanya mimpi. Angga melihat ke arah sebelah Zuki masih tertidur pulas dan tentu saja dia lega di samping juga ada rekannya. Angga mencari pak Mahmud tapi tidak ada.
"Mana pak Mahmud Nena?" tanya Angga.
"Oh, pak Mahmud di ruangan sebelah, karena ruangan ini sudah diisi kalian semua dia di sebelah. Dia aman juga kok, kamu jangan khawatir, ya sudah ya, aku mau ke ruanganku, aku ke sini mau lihat kalian, aku pikir kalian sudah sadar, rupanya baru kamu." Nena bangun dan merapikan selimut Angga.
"Terima kasih ya, aku akan cepat sembuh kalau melihat kalian selamat. Kamu jaga diri ya Nena, jangan banyak melamun ya, aku takut kamu kenapa-napa." Angga tersenyum ke arah Nena.
Nena menganggukkan kepala dan keluar meninggalkan Angga dan rekannya. Angga melihat ke arah pintu yang tertutup. Angga melihat jam di dinding yang menunjukkan jam empat subuh. Angga menutupkan matanya dia berusaha untuk tidur dan tapi, dia mendengar suara bisikkan yang sangat lembut di telinganya.
"Jangan pernah ikut campur, aku hanya ingin mencari pelakunya sendiri, jadi jangan buat aku membunuhmu juga, jadi pergi dan lupakan semuanya. Paham kamu Angga!" Suara wanita itu begitu lembut tapi mengintimidasi dirinya.