Waktu tidak akan memberikan kesempatan untuk apa yang telah dilewati. Tapi waktu selalu memberikan kesempatan agar kita melakukan perubahan.
***
SMA Garuda Nusantara ….
"Loh kok lo bareng kita sih, Ki?" tanya Oka pada saudara kembarnya itu karena merasa ada yang aneh dengan dirinya saat ini. Dia baru saja melewati kelasnya dan masih mengekori langkah para sahabatnya ke kelas 12.IPA 2.
"Mau ke kelas," jawabnya dengan sangat singkat.
"Mungkin aja lo lupa, jadi gue ingatkan lagi kalau kelas lo itu di 12.IPA 1 bukannya 12.IPA 2," kata Dylan memperjelas apa yang dikatakan oleh Oka sebelumnya.
"Gue pindah." Mendengar apa yang dikatakan oleh Oki sontak saja Ares, Pasha, Dylan, Morgan serta Oka memberhentikan langkahnya dan langsung saja mengunci Oki di dalam labirin itu.
"Pindah ke mana?" tanya Oka pada kembarannya dengan tilikan yang sangat tajam.
"12 IPA 2." Itu bukanlah jawaban yang terlontar dari mulut Oki melainkan dari mulut Aiden dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat lima anggota Ganesha besar untuk tercengang.
"Lo serius, Bos?" tanya Ares pada Aiden.
"Lo kok nggak ngomong ama gue? Lo anggap gue apa sih, Ki?" tanya Oka dengan nada yang dia buat sedramatis mungkin.
Baru saja Oki ingin menjawab apa yang menjadi pertanyaan dari Oka, tapi Aiden lantas memberi interupsi kalau dia yang akan menjelaskannya.
"Mau di sini atau di kantin pelangi?" Tawaran yang diberikan oleh Aiden nyatanya membuat para sahabatnya ambigu.
"Di sini!" kata Ares dengan nada yang sangat tegas dan tak menginginkan yang namanya negosiasi lagi.
"Bel masih lima menit lagi, Res!" kata Morgan dengan bujuk rayunya, sayangnya hal tersebut tidaklah bisa untuk mengintervensi Ares saat ini ini.
"Kalian udah bolos berapa kali minggu ini? Apa susahnya sih patuhi aturan sekolah?" tanya Ares dengan nada yang tidak ada santainya sama sekali.
"Bokap gue pindahin Oki ke kelas kita. Kita udah kelas 12 setelah ujian semester ganjil, waktu kita untuk sama-sama di sekolah ini akan semakin sedikit." Apa yang dikatakan oleh Aiden memang tidak salahnya dan yang perlu untuk digaris bawahi di sini adalah Makalela Group dan juga Firma Hukum Mahatma dan Rekan adalah donatur terbesar di SMA Garuda Nusantara.
"Tapi yang–"
"Nggak ada tapi-tapi, semua sudah diketuk palu ama Pak Bilmar Makalela," sanggah Aiden dengan nada yang tak menginginkan bantahan.
Jika ayah Aiden itu sudah turun tangan, maka para anggota Ganesha tidak lagi yang boleh untuk menentang hal tersebut. Itu adalah perintah yang tak boleh untuk mereka bantah.
"Kita masuk! Dan masih ada satu lagi kejutan yang akan Pak Bilmar Makalela berikan pada Ganesha."
"Masuk?!" ulang Morgan dengan sebelah alisnya yang terangkat naik. Entah kenapa dia merasa ada yang berbeda dengan Aiden saat ini.
"Kenapa?" tanya Aiden yang tidak bisa lagi menebak jalan pikiran dari masalah Morgan saat ini.
"Ini pelajaran sejarah, lo yakin nggak mau bolos?" Awalnya tawaran yang diberikan Dylan itu sangat menggiurkan dan sulit untuk ditolak Aiden sampai pada akhirnya, dia dengan tegas menolaknya.
"MASUK!" katanya tanpa ada rasa sangsi di dalam dirinya saat ini.
"Lo yakin?" tanya Pasha memastikan kalau saat ini keputusan yang akan Aiden ambil adalah keputusan final dan tidak bisa lagi untuk dia tarik meski dengan alibi yang sangat kuat setelah ini.
"Memangnya kapan gue ragu dalam mengambil keputusan, hah?" tanya Aiden balik pada Pasha. Pada akhirnya yang bisa mereka lakukan hanya mengikuti pola permainan yang sedang ketuanya itu tetapkan.
"Sesenangnya lo aja deh, Bos!" kata Morgan yang pada akhirnya luluh juga dengan apa yang dikatakan oleh Aiden.
"Lo mau ngapain di situ, Res?" tanya Aiden dengan tilikan mata yang sangat tajam pada wakil ketua Ganesha tersebut.
"Lah … duduklah. Ya kali boker," jawab Ares dengan nada yang sangat malas. Sayangnya dia hanya manusia biasa yang tak memiliki keahlian seperti cenayang. Dia tak bisa menembus apa yang ada di pikiran Aiden saat ini.
"Tempat duduk lo di sana," kata Aiden sambil menunjuk lagi kursi yang ada di sampingnya. Aiden lalu memberitahukan posisi duduk dari pada sahabatnya tanpa ada yang dia lewatkan.
"Lalu yang duduk di sini siapa?" tanya Dylan sambil menunjuk bangku yang tadi sempat ingin diduduki oleh Ares.
"Lo mau tahu ini tempat siapa?" tanya Aiden sambil menatap para sahabatnya satu persatu.
"Ini bangku untuk ratu kalian," kata Aiden mantap.
Dan karena apa yang dikatakan oleh Aiden barusan membuat para anggota Ganesha besar menjadi terbuka sangat lebar rahang bawahnya. Apa yang terjadi dengan Aiden saat ini. Kenapa sulit sekali untuk memahami apa yang ada di dalam dirinya?
Sungguh abu-abu untuk mereka yang penuh dengan warna.
"Ratu siapa? tanya Oka yang tidak mengerti dan mungkin saja apa yang dia pertanyakan itu sudah lebih dari cukup untuk mewakili apa yang ada di dalam benak anggota Ganesha besar lainnya.
"Sejak kapan Ganesha punya ratu?" tanya Pasha dengan menggaruk keningnya yang tak gatal, itu hanya bentuk spontanitas dalam dirinya karena tak dapat memahami pola pikir milik seorang Aiden Ramadhan Makalela.
"Sejak saat ini," tuturnya tanpa ragu.
"Siapa? Kay?" tanya Oki dengan sedikit mengangkat dagunya.
"Lo nggak usah pura-pura bego, Ki. Gue tahu dibalik sikap dingin nggak terjamah lo itu, sebenarnya tanpa kita sadari lo adalah orang yang paling peka," tuduh Aiden tepat sasaran.
"Den, kadang diam tak dapat menyelesaikan masalah, tapi diam nyatanya bisa membuat kita terhindar dari banyak masalah." Setelah teka-teki dari Aiden yang belum jelas muaranya, kini mereka kembali dia dibuat terperangah tak percaya kini giliran omongan panjang lebar dari Oki Athallah Maulana yang membuat mereka takjub.
"Lo bisa juga ngomong panjang lebar seperti itu, hah?" tanya Oka yang merasa terenyuh saat mendengar apa yang dikatakan oleh saudara kembarnya.
"Telinga lo itu masih berfungsi dengan sangat baik 'kan?" Bukannya menjawab apa yang dikatakan oleh Oka, Oki justru balik bertanya dengan nada yang terdengar sangat sinis.
"Batu memang!" umpat Oka tanpa mau pikir panjang.
"Jadi back to the topic. Siapa ratu Ganesha yang lo maksud?" tanya Ares kali ini dengan nada baritonnya dan tak ingin ada bantahan untuk kali kesekian dari Aiden.
"Jadi ratu kalian adalah Azura Salsabila Mahatma," jawabnya dengan menyunggingkan senyum renjana di kedua bibir ranumnya.
"Lo kalau mau bohong bisa yang lebih aesthetic dikit nggak? Lawakan lo nggak ada lucunya sama sekali tahu nggak," kecam Ares pada orang nomor satu di Ganesha saat ini.
"Lihat muka gue! Apakah gue ini ada tampang sedang bercandanya, hah?" Alih-alih menjawab apa yang sedang dipertanyakan oleh Ares, Aiden justru balik bertanya dengan sorot mata yang nyalang tajam.
"Tapi 'kan kemarin dia memperkenalkan diri sebagai sosok ratu di–"
"Endaru? Tidak, Res. Dia ratu di Ganesha bukannya Endaru," telak Aiden.
"Lalu bagaimana dengan Kay? Bukannya seminggu yang lalu lo udah nembak dia? Ingat pasal 3, Ganesha tidak boleh punya dua ratu sekaligus." Apa yang dikatakan Pasha sudah lebih dari cukup untuk membuat Aiden membeku di tempat dia berpijak saat ini.