Chereads / (TANPA) RESTU / Chapter 10 - Pengakuan Rasa

Chapter 10 - Pengakuan Rasa

Kuda besi yang dikemudikan oleh Keanu bergerak dengan sangat pelan membelah jalanan Ibukota. Bukannya mengumpat atau pun mengeluarkan sumpah serapahnya hal ini justru adalah hal yang paling disyukuri oleh Azura saat ini. Bisa berada dalam jarak yang sangat dekat dan juga dalam waktu yang lama bersama Keanu adalah candu yang paling candu untuknya. 

Azura mengerjapkan kedua manik matanya saat dia menyadari kalau arah yang Keanu ambil saat ini adalah arah yang sangat berlawanan dari arah rumahnya. 

"Loh ... ini bukan jalanan ke rumah gue, Nu!" kata Azura sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut jalan. Dan semakin waktu berlalu semakin Azura yakin kalau saat ini jalan yang Keanu ambil memang berlawanan dari arah menuju rumahnya. 

"Memang bukan, Ra." Sangat enteng. Mungkin dua kata itu yang paling pantas untuk menggambarkan sosok seorang Keanu Dhirgham Mananta. Kedua alis milik Azura lalu saling bertautan satu sama lain, dia tetap  saja tidak mengerti dengan ke mana arah pikiran milik Keanu. 

"Lalu kita mau ke mana?" Mungkin pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Azura adalah tanda kalau dia pada akhirnya memilih untuk menyerah dalam memahami pola pikir yang ada dalam diri Keanu. 

"Tempat yang pastinya akan selalu menjadi favorit lo, Ra. Lo nggak usah berpikir keras di mana tempat itu. Lo cukup duduk manis aja." Azura adalah tipikal orang yang mudah menurut apa yang orang lain katakan, jadi dia akan menurut saja tanpa adanya perlawanan yang berarti. Sungguh ini adalah nilai plus untuk seorang Azura Salsabila Mahatma. 

"Nu ... ini seperti jalan menuju makam mama," ucap Azura dengan penuh keyakinan. Dia yakin untuk saat ini dia tidak keliru dengan hal tersebut. 

"Iya, San Diego Hills," jawab Keanu mempertegas apa yang sebelumnya dikatakan oleh Azura. 

"Jadi benar kita mau ke makam mama?" tanya Azura sekali lagi dan kali ini dengan wajah yang berbinar sangat cerah seakan-akan dia baru saja mendapatkan harta karun yang tidak ternilai harganya. 

"Lo mau 'kan?" Mungkin apa yang barusan dipertanyakan oleh Keanu adalah pertanyaan konyol yang seharusnya tidak dia pertanyakan lagi. Namun percayalah, itu semua di luar kendali dia. 

"Nu ... atas dasar apa gue harus berkata tidak, hah?" Hanya senyum tipis yang Keanu sunggingkan di kedua bibir ranumnya. Hal tersebut bisa dengan sangat jelas Azura lihat di kaca spion motor lelaki yang memiliki manik mata sangat teduh tersebut. 

Dan sekarang di sinilah mereka di San Diego Hills. "Kita  masuk?" tanya Keanu. Kalau dilihat dari antusias yang Azura perlihatkan seharusnya pertanyaan itu tidak lagi dipertanyakan, tapi Keanu berpikir kalau setiap perpisahan pastilah memiliki lukanya masing-masing. 

"Iya," jawab Azura dengan memperlihatkan raut wajah yang notabenenya sulit untuk Keanu terka saat ini. 

Keanu dan juga Azura lalu jalan saling bersisian menuju makam mama dari gadis cantik itu berada. 

"Assalamualaikum, Ma," ucap Azura tepat di hadapan makam yang bertuliskan Dinanti Azura Maraya. 

Meskipun tidak mendapat jawaban, Azura tetap menyunggingkan senyum terbaik yang dia miliki saat ini. 

"Zura datang, Ma." Masih tak ada jawaban, tapi senyum manisnya belum juga luput di sana. 

"Ra, ini," kata Keanu sambil memberikan sebotol air mawar dan juga satu ikat bunga. 

"Makasih, Nu." Keanu hanya mengangguk sambil mengulum senyum yang selalu menjadi alasan untuk Azura selalu jatuh cinta padanya. 

"Sama-sama, Ra." 

Tidak ada lagi percakapan yang melibatkan keduanya. Azura sibuk dengan aktivitas yang berhubungan dengan makam sang mama dan Keanu tanpa rasa bosan terus saja memandangi Azura. Kata bosan dalam hidup Keanu tidaklah berlaku jika itu ada kaitannya dengan Azura. 

"Sudah, Ra?" tanya  Keanu memastikan dan Azura hanya menjawab dengan anggukan kepala yang sangat mantap tanpa ada ragu sama sekali yang mengiringinya. 

"Gue mau ada yang mau dibicarakan ama tante Dina, Ra." Dengan sangat cepatnya kening milik Azura lantas mengernyit saat mendengar apa yang Keanu katakan. Dia tidak ingin untuk mempercayainya, tapi sayang kedua telinga milik Azura masihlah berfungsi dengan sangat baik. 

"Lo mau ngomong apa?" tanya Azura dengan memperlihatkan raut wajahnya yang polos. 

"Tante ... aku Keanu. Aku hanya ingin bilang terima kasih sudah mau melahirkan Azura. Tahu nggak, Tan? Aku tuh senang banget bisa kenal ama anak Azura." 

Kalau ditanya apakah Azura mengerti atau tahu ke mana muara dari percakapan ini naka dengan sangat gamblangnya gadis cantik kesayangan Danu Gerhana Mahatma itu akan berkata tidak tahu. Namun meskipun demikian Azura tak sedikit pun memiliki niat untuk menyela apa yang dikatakan oleh Keanu. 

"Ra, kamu tahu nggak? Beberapa orang jatuh cinta bukan karena hati, buka juga karena raga, tapi karena waktu yang telah mereka lewati bersama."

Keanu sepertinya butuh jeda untuk melanjutkan apa yang dia katakan sebelumnya. Dan Azura pun menyanggupi hal tersebut. Untuk beberapa hal yang terpenting adalah jeda memahami. 

"Ra, will you be my happiness?" Mendengar apa yang dikatakan oleh Keanu dengan sangat cepatnya Azura merasa kalau dirinya saat ini sedang merasakan tremor yang teramat sangat. Tidak selesai sampai di situ, bahkan dia merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya. 

"Lo bercanda 'kan, Nu? Lo lagi lagi berusaha untuk ngeprank gue? Udah, Nu, gue udah terkesan. Ayo kita pulang aja." Tapi sayangnya apa  yang menjadi keinginan Azura tersebut tidak dengan mudahnya dituruti oleh Keanu. Layaknya  Azura yang masih kekeh mengatakan kalau ini hanya bualan dari Keanu maka cowok dengan manik mata sangat teduh itu pun tanpa rasa bosan meyakinkan Azura kalau dia tidak sedang bercanda. 

"Ra ... kita ini sudah kenal berapa  lama sih? Lo nggak mungkin nggak tahu 'kan kalau gue ini sangat jujur tentang apa yang gue rasakan."  

"Gue suka ama lo, Azura Salsabila Mahatma," sambung Keanu atas apa yang dia katakan sebelumnya. Tidak ada raut dusta yang bisa Azura tangkap di kedua manik mata milik Keanu. 

"Di sini, di tempat favorit lo sekaligus peristirahatan terakhir mama lo, gue mau jujur tentang apa yang gue rasakan ama lo."

Ini adalah momen yang paling Azura inginkan di mana semua rasa yang dia miliki untuk Keanu bersambut dengan sangat manisnya, tapi saat itu terjadi entah kenapa Azura merasa gamang. 

"Ra ... lo mau 'kan jadi pacar gue?" tanya Keanu yang mengulang lagi pertanyaan untuk Azura.