Chereads / Cinta Seumur Jagung dan Semanis Gula / Chapter 11 - 011 Dukun Sakti

Chapter 11 - 011 Dukun Sakti

Anggun masih dalam upayanya menemukan titik terang menyelesaikan misinya. Dia menghampiri Rangga sekali lagi ketika waktu istirahat tiba. Rangga baru saja keluar dari ruang OSIS. Namun Anggun belum menemukan sosok Mila di manapun.

Lalu usut punya usut, Mila ternyata sedang praktik di luar sekolah.

"Hai, Kak!" senyum Anggun melebar secara otomatis setiap kali dia melihat sosok Rangga mendekat ke arahnya.

"Ada apa, Gun? Tumben kamu kemari? Kamu mencari kakakmu?"

Anggun menggeleng.

"Mana mungkin Anggun mencari Kak Sonny. Kak Sonny 'kan sama seperti Anggun. Tidak mau berurusan dengan OSIS. Dia pasti sedang asyik bermain basket di lapangan."

Rangga mau tak mau tertawa. Karena terkadang dia berpikir bahwa sifat Anggun dan Sonny mirip.

"Jadi, itu artinya kamu datang untuk mencariku?"

Anggun mengangguk yakin. Dia menyodorkan minuman baru untuk Rangga. Botolnya sudah berbeda. Namun Anggun bisa pastikan bahwa isinya adalah sama. Hanya wadahnya saja sengaja Anggun ganti untuk tidak memberikan kesan janggal.

"Anggun datang untuk mengantarkan minuman. Kak Rangga pasti haus setelah bicara panjang lebar. Jadi, ini. Ambillah. Dan tidak perlu mengucapkan terima kasih."

Mata Rangga membulat, "Kamu sengaja datang hanya untuk mengantarkan minuman?"

Anggun tersenyum sekedarnya. Dia tak bisa berkata jujur bahwa dia punya tujuan dan rencana nakal.

"Ah, hal itu pasti tidak mungkin. Ayo, jujur sama kakak! Kamu pasti ingin minta bantuan, bukan? Jika ada, kamu tinggal sampaikan saja."

Anggun menahan kesabarannya.

"Anggun kemari memang untuk berbaik hati pada kakak. Apa itu tidak boleh atau aneh? Lagipula, anggaplah ini sebagai balas budi karena kakak sudah mau berteman baik dengan Kak Sonny yang aneh itu!" Anggun diam-diam menggigit bibirnya. Sambil dalam hati meminta maaf pada kakaknya karena sudah mengatainya aneh. Tapi, terkadang itu memang benar.

Anggun buru-buru menyerahkan botol minumnya ke tangan Rangga.

"Sudahlah. Terima ini. Dan habiskan. Ingat, ini ada masanya. Harus diminum hari ini. Kakak juga tidak boleh memberikannya pada orang lain. Harus kakak seorang yang menghabiskannya!!"

Anggun berniat berbalik dan pergi. Namun ketika dia bahkan belum sempat berbalik dan mengucapkan perpisahan. Beberapa pria berlarian di sekitarnya. Membuatnya tersungkur ke depan. Hingga akhirnya tak sengaja jatuh ke pelukan Rangga.

Jantung Anggun berdegup cepat. Dia bersyukur karena Rangga tak menghindar. Aroma parfum yang Rangga kenakan bahkan menembus masuk ke dalam rongga hidung Anggun. Dia benar-benar dibuat mabuk kepayang.

Oh,Tuhan Maha Adil! Kapan lagi moment langka ini akan terjadi lagi?!

Suara Mila mengejutkan Rangga yang sedang berjuang keras menahan Anggun agar jangan sampai jatuh akibat dorongan kasar dari samping.

"Rangga..."

Mungkin karena praktiknya di luar sekolah telah selesai. Mila telah kembali ke sekolah. Tak sengaja melihat Rangga memeluk Anggun jika dilihat dari kacamata seseorang yang baru saja tiba dan belum tahu apa yang sedang terjadi. Mila yang belum mempersiapkan hati, memilih untuk melarikan diri.

Mencari tempat berlindung untuk menutup mata dan menenangkand diri.

Dia melangkah pergi tanpa mempedulikan panggilan Rangga. Pelukan antara Rangga pada Anggun menjadi bubar. Rangga yang tidak berharap Mila salah paham, mengejar Mila. Anggun berdiri lemas di tempatnya semula.

"Kak Rangga... Kenapa Anggun ditinggal?" ucapnya lirih. Rangga yang sudah tidak dapat mendengarnya, sama sekali tidak menoleh. Kecewa teramat besar memenuhi wajah Anggun yang bertekuk muram.

Anggun memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Mengabaikan seluruh kebahagiaan sesaatnya yang sudah ditinggikan. Lalu dijatuhkan dengan kejam akibat kehadiran sosok Mila yang telah mengacaukan segalanya.

Anggun diam-diam mengingat kembali perkenalannya dengan Rangga.

"Aku, Rangga Antonio. Senang bertemu denganmu. Dan kamu ternyata sangat tidak mirip dengan kakakmu." Itu adalah ucapan singkat Rangga saat pertama kali mereka bertemu.

Rangga punya ekspresi wajah yang ramah. Pembawaannya yang tenang dan dewasa juga menambah daya tariknya. Lalu, terakhir. Jika kakaknya sering sekali menggodanya. Rangga justru berani maju ke sampingnya untuk membelanya meski mereka tak punya hubungan darah.

Rangga adalah pria ramah. Dan juga sopan. Dia juga rajin mengerjakan tugas sekolah dan OSIS. Dia terkenal dengan keaktifannya menjadi panita dan seksi repot setiap acara yang diadakan oleh sekolah mereka.

Saat itu Anggun masih belum tahu kalau Rangga ternyata sudah memiliki seorang pacar. Jika dia tahu, Anggun tak mungkin memupuk perasaannya sampai setinggi ini. Berangan-angan besar bahwa dia bisa menjadi kekasih Rangga dan mendengar panggilan manis darinya.

Pertemuannya dengan Mbah Bija pun bagai sebuah petunjuk dan harapan. Segera setelah dia telah hampir putus asa.

"Anak muda. Aku lihat kamu sedang kasmaran. Tapi tujuanmu belum tercapai. Dia mungkin adalah jodohmu. Tapi saat ini dia sedang dititipkan pada jodoh yang lain."

Anggun mundur satu langkah ke belakang. Dia baru saja keluar dari rumahnya. Berniat mencari angkutan umum di jalan raya. Dalam perjalanan menuju ke jalan umum, dia tak sengaja bertemu dengan seorang nenek tua.

Penampilannya begitu mengkhawatirkan. Mengenakan pakaian rusuh. Bertubuh pendek dan bungkuk. Mengenakan tudung hitam dan tongkat panjang untuk membantunya berjalan.

Anggun dengan cepol khasnya menoleh ke kanan dan ke kiri. Berpikir mungkin saya nenek tua itu sedang bicara dengan orang lain.

Pemikirannya itu ternyata salah.

Nenek tua itu bukan sedang bicara dengan orang lain. Tapi dengannya. Anggun sontak menelan ludah sebelum akhirnya bertanya.

"Nenek bicara dengan saya?"

Tawa melengking nenek itu sedikit memekakkan telinga Anggun. Dia mulai ketakutan. Namun belum berencana untuk menghindar. Nenek itu menatapnya dalam.

"Jangan panggil aku nenek. Panggil saja aku Mbah Bija. Semua orang memanggilku begitu. Aku juga cukup terkenal di sini. Namun sayang, kamu belum mengenalku?"

Anggun terdiam di tempatnya. Dia berpikir keras.

"Nenek... eh, tidak. Maksudku, Mbah Bija. Apa Mbah Bija tinggal di komplek ini?"

Mbah Bija membenarkan.

"Tentu saja. Semua orang di sekitar komplek ini banyak yang sudah mengenalku. Namun kamu ternyata belum tahu apa-apa. Karena itu, Mbah akan beri sedikit kisi-kisi untukmu. Mbah biasa memberikan bantuan kecil pada mereka. Tapi tanpa henti mereka mulai sering datang untuk mencari Mbah."

Awalnya Anggun belum tahu apa yang mbah Bija lakukan. Entah apa yang dia bicarakan dan bantuan apa yang sering dia berikan pada orang-orang komplek. Namun, setelah lewat beberapa waktu dan mencari informasi. Anggun akhirnya tahu apa yang Mbah Bija lakukan ketika sedang bercakap-cakap dengan ibunya.

"Nenek tua yang tinggal di ujung komplek? Ah... dia adalah dukun sakti yang kabarnya baru pindah ke komplek kita. Menurut sebagian besar orang, kemampuan dia hebat. Dia juga bisa menyembuhkan penyakit. Jadi, setelah mengetahui cerita itu. Banyak orang mulai mendatangi rumahnya. Namun, karena sudah tua dan terkadang sakit-sakitan. Mbah Bija terpaksa hanya bisa menerima beberapa tamu dalam satu hari. Dia hanya memilih tamu yang dia inginkan. Dan tidak ada seorangpun yang tahu, tamu semacam apa yang dia inginkan."

Mariam menghentikan ceritanya kemudian menatap Anggun serius.

"Kenapa kamu tiba-tiba saja membicarakannya? Anggun, kamu harus ingat pesan ibu!"

"Jangan terlibat dengan dukun itu dan jauhi dia sebisa mungkin! Karena ibu tidak suka sesuatu yang tidak realistis!"

Awalnya Anggun juga berpikir demikian. Dia sama seperti ibunya. Tak berharap akan berurusan dengan dukun tua itu. Namun, siapa yang dapat menduga pada saat itu. Bahwa ramuan ajaib dari Mbah Bija akan ada di tangannya saat ini.

***