Chereads / Cinta Seumur Jagung dan Semanis Gula / Chapter 12 - 012 Singa Ngamuk

Chapter 12 - 012 Singa Ngamuk

Segalanya seharusnya berjalan baik dan lancar jika saja dia tak memiliki seorang pengganggu tak berperasaan.

Anggun menatap lurus ke depan setelah kembali ke kelasnya. Dia baru saja pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya, sebelum mengantuk di dalam kelas dan serba salah akan ditegur keras oleh gurunya.

Botol tidak asing yang Badai teguk habis membuat Anggun tercengang.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa botol itu ada di tanganmu? Dan kenapa kamu meminumnya habis?" Anggun terbelalak tak percaya. Dia juga mengacak-acak rambutnya.

Dia sudah sangat frustasi akibat ulah Rangga yang lebih memilih mengejar Mila dan melupakannya. Namun merasa jauh lebih baik setelah dia mengingat ulang botol minum yang dia siapkan masih digenggam erat oleh Rangga sembari berlari pergi.

Badai membangkitkan kembali rasa pahit dalam nasib Anggun yang malang.

Anggun berjalan gusar ke meja Badai. Dia merebut botol kosong milik Badai yang seharusnya menjadi milik Rangga dan diminum habis oleh Rangga. Minuman berkhasiat itu justru sudah masuk ke perut Badai tanpa bersisa.

Anggun terpaksa bersikap kejam. Dia menepuk-nepuk keras punggung Badai agar dia kesakitan dan bisa memuntahkan seluruh isi perutnya. Luna, Maia, Winda dan sebagian teman sekelas Anggun. Mereka terkejut melihat aksi kasar Anggun.

Winda berteriak kaget.

"Anggun! Apa yang kamu lakukan pada Badai?"

Anggun mengacuhkan Winda sepenuhnya.

"Muntahkan! Siapa yang bilang kamu boleh minum isinya? Dan siapa yang sudah mengizinkanmu menghabiskannya!!" Kesabaran Anggun telah menghilang.

Dia telah menguasai beberapa seni bela diri. Jadi kekuatannya saat memukul punggung Badai pasti dua kali lipat lebih menyakitkan dari gadis lain pada umunya. Hingga bahkan Winda yang bertumbuh gempal dan punya kekuatan besar di atas rata-rata merintih kesakitan saat Anggun memukulnya dengan sengaja karena berselisih paham.

Badai terbatuk keras dan menderita. Dia berjuang menyingkirkan tangan Anggun yang berusaha melukainya.

"Anggun! Kamu ini apa-apaan? Apa kamu sudah tak waras? Kenapa kamu memukul punggungku? Dan kenapa aku harus minum atas izin darimu?"

Anggun masih memasang wajah kesal.

"Minuman itu milik Ketua OSIS. Jadi kenapa kamu merebut itu darinya?"

Badai tercengang.

"Aku tidak merebutnya dari siapapun. Aku mendapatkan ini dari Ketua OSIS. Dia menyuruhku untuk menghabiskannya. Karena merasa bersalah pada seseorang yang memberikan minuman itu padanya. Lalu, kenapa kamu harus marah dan menyalahkanku?"

Anggun terdiam. Dia tidak bisa mengatakan bahwa minuman itu sudah dia campur dengan sesuatu. Dan serba salah, Badai mungkin saja jadi memiliki perasaan tertentu padanya.

Anggun menggeleng. Dia tidak mau ada skenario terburuk dalam hubungan mereka. Anggun buru-buru membuyarkan lamunan masa depannya yang kacau. Dia bergandengan tangan dengan Badai. Lalu, mereka berjalan bersama mengitari koridor sekolah.

Perut Anggun tiba-tiba saja mual. Demi Apapun dan demi cinta sepihaknya pada Rangga! Anggun tak akan membiarkan hal itu sampai terjadi. Dan pilihan terbaik adalah menemui dukun itu kembali. Meminta obat penawar. Dan menceritakan seluruh kemalangannya ini padanya agar mendapatkan kompensasi.

***

Anggun berdiri kaku di depan rumah kosong Bija. Awalnya dia yakin, pintu gerbang depan rumah Bija tidak pernah kunci serapat ini. Bahkan ada rantai kuat yang mengikat kedua sisi gerbangnya dan menghalangi siapapun yang berencana untuk masuk.

Pelihatan Anggun tidak salah.

Paranormal itu memang sudah tidak ada di rumahnya. Bahkan kesaksian dari sang tetangga menambahkan beban di atas pundak Anggun. Gadis malang itu bertanya sekali lagi dengan ragu dan penuh harap.

"Tante Rosa. Apa Tante yakin nenek yang tinggal di rumah tua itu sudah pindah? Kenapa mendadak? Dan kenapa dia harus pindah?"

Wanita separuh baya. Mengenakan dress panjang dan sedang kebetulan lewat setelah membeli sesuatu di warung depan. Wanita berambut hitam sebahu dan sedang menjinjing plastik belanjaan mengulang perkataannya.

"Tante juga kurang tahu, Gun. Itu yang Tante lihat dan dia sepertinya pergi dengan sangat terburu-buru sekali untuk meninggalkan rumah. Dia menaikkan barang-barangnya ke dalam truk pengangkut barang. Kemudian pergi bersama supirnya entah kemana."

Anggun menyentuh keningnya. Dia berharap semua ini adalah mimpi. Lalu dia bisa terbangun dalam keadaan lebih baik. Jika perlu sehari sebelum semua ini terjadi, yaitu kemarin sore.

Anggun mengelus perutnya yang malang setelah kepergiaan Rosa.

"Bagaimana ini? Aku sudah minum setengah ramuan itu sesuai petunjuk saat pagi hari. Lalu, sekarang apa yang akan terjadi padaku dan Badai?"

Anggun berjalan gontai melewati pagar rumahnya. Dia melangkah lemah memasuki rumah. Kemudian menunduk dalam tanpa menyapa siapapun. Sonny yang kebetulan sedang bersiap-siap akan pergi lagi untuk bermain futsal dengan teman-temannya. Pria itu mencegat Anggun dengan tiga baris pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Apa yang terjadi padamu? Apa kamu baru saja dibully oleh seseorang? Atau ada yang berani mengataimu itik buruk rupa?"

Anggun beringsut tanpa semangat masuk dalam kamar. Dia mengabaikan candaan kakaknya yang sama sekali tidak lucu. Sonny yang segera tahu bahwa suasana hati Anggun sedang sangat buruk, berinisiatif mengambil jalan tengah.

Dia menarik secarik kertas dan spidol merah dari dalam laci di samping pintu kamar Anggun. Sonny langsung menuliskan sebaris kalimat.

'SINGA NGAMUK! JANGAN DIUSIK! JIKA TIDAK, RUMAH INI AKAN RUNTUH!"

Sonny pergi dengan perasaan puas setelah dia sudah menempelkan kertas itu di daun pintu kamar Anggun.

Aturan penting dalam rumah adalah mereka harus menjaga privasi masing-masing dan punya tolerasi tinggi dalam menghadapi mood buruk penghuni rumah yang sedang ingin menyendiri. Mereka harus membiarkan siapapun dalam keluarga mereka belajar mengontrol diri. Lalu kembali membaik setelah beberapa jam atau hari telah berlalu.

Akibat peringatan genting itu, hingga tengah malam. Tak seorang pun bahkan berani mendekat atau membuka pintu itu. Semuanya terasa begitu hening sampai esok hari.

***