Bastian menghela nafas nya panjang, "Tadi saya ketemu sama cewek, temen sekelas kita, tapi saya nggak tau namanya, nah tadi itu saya berinisiatif untuk menawarkan tumpangan soalnya tadi saya lihat dia sendirian, eh dia malah ngomong kasar ke saya," jelas Bastian menceritakan kejadian tadi.
Bastian kesal menatap kearah Rama, Rama yang mendengar itu hanya bisa terkekeh.
"Eh malah ketawa kamu," jelas Bastian yang tadi nya kesal kini juga tambah kesal.
Rama masih saja tertawa tanpa memperhatikan Bastian yang tengah kesal kepadanya itu. "Lagian lu juga ngapain nawarin tumpangan ke cewek itu? Kalo lu Sendiri udah tau kalo ceweknya nggak mau?" Tanya Rama yang masih saja terkekeh.
Bastian membolakan matanya. "Saya nggak kenal sama dia dan nggak tau juga kalo sikap dia kayak gitu, emangnya saya salah menawarkan tumpangan?" Tanya Bastian dan membuat Rama melongo.
"Ha? Lu nawarin dia? Sedangkan lu sendiri nggak tau dia siapa?" Tanya Rama memukul jidatnya, Rama sendiri bingung mau menjelaskan nya bagaimana.
"Kenapa?" Tanya Bastian yang tak tau letak kesalahan nya dimana.
"Masa lu nggak kenal sih? Emangnya ciri-ciri orangnya kek gimana sih? Dia temen sekelas kita kan?" Tanya Rama memastikan terlebih dulu bahwa perempuan yang di maksud Bastian itu adalah teman sekelasnya.
Karena Rama juga bisa mengenalinya jika Bastian menyebutkan ciri-ciri dari orang itu. "Saya juga nggak tau pasti sih, apakah dia bener satu kelas sama kita," balas Bastian yang tak tau pasti.
Rama semakin melotot mendengar nya, "Lah lu Sendiri gimana sih? Tadi ngomong nya temen sekelas kita, kenapa sekarang jadi nggak yakin?" Tanya Rama tak habis pikir.
Bastian juga ikut terkekeh dengan ucapan nya tadi itu, "Pokok nya ciri-ciri nya itu dia tinggi, badan dia bagus dan cantik juga," balas Bastian menyebutkan kriteria wanita yang dia maksud itu.
Rama mengernyitkan dahinya, "Siapa ya?" Tanya Rama menggaruk bagian belakang kepalanya itu, ia berpikir sejenak di benak otaknya dan mencocokkan kriteria yang di ucapkan Bastian itu dengan teman sekelasnya.
Namun usaha Rama nihil, Rama sama sekali tidak mengingat siapa wanita itu dan kriteria mana yang cocok dengan teman sekelasnya.
"Lu yakin nggak sih kalo dia temen sekelas kita?" Tanya Rama memastikan nya.
Bastian mengaggukan kepalanya, "Iya saya yakin itu, tapi saya nggak ingat siapa dia," balas Bastian membuat Rama semakin bingung.
***
Bella tengah menonton TV di ruang keluarga nya, begitu sunyi dan hanya ada dirinya seorang saja di rumah ini, mengingat dulu begitu ramai di rumah ini.
Dan kini hanya ada tinggal Bella seorang, ayah dan bundanya terlalu sibuk memikirkan pekerjaan nya, sehingga pulang saja tidak ada waktu.
Bella tertawa terhibur melihat kartun yang ada di tv nya, namun tanpa di sadari handponenya dari tadi berdering, dan tertera nomor tidak di kenal.
"Siapa sih ini? Ganggu orang ajah," balas Bella dan mengambil handphonenya dan mengangkat telpon itu.
"Halo? Bidadari surgaku," ujar seseorang dari seberang telpon itu membuat Bella mengernyitkan dahinya dan sangat membingungkan.
"Dito?" Ujar Bella yang sangat mengenali suara itu.
"Iya kenapa? Ini gue, kita keluar yuk, gue jemput nanti malem," jelas Dito membuat Bella mengehela nafasnya kasar.
"Sudah cukup ya Dito, lu nggak ada habis nya ganggu hidup gue, sekarang gue minta jangan ngajak gue aneh-aneh, atau kalo enggak gue blokir nomor lu," jelas Bella membuat Dito terkekeh dari seberang sana, sedangkan Bella hanya mengernyitkan dahinya.
"Yaelah, gue nggak takut sama ancaman lu, sebelum gue belum bisa dapetin hati lu, gue nggak bakalan berhenti ganggu hidup lu," jelas Dito.
"Dan jika lu mau ngeblokir nomor gue, terserah, itu hak lu, tapi gue pastikan gue bakalan terus nelpon nomor lu dan jika lu ganti nomer, gue akan terus cari nomor lu," balas Dito.
Dan tanpa pikir panjang Bella langsung mematikan teleponnya dan langsung memblokir nomor Dito.
Bella mengatur nafasnya yang sempat tak karuan itu, "Apa ini? Kenapa itu anak selalu mengusik hidup gue terus?" Tanya. Bella yang tak habis pikir dengan Dito yang selalu mengusik nya.
Bella semakin takut jika saja Dito selalu mengusik hidup nya seperti ini, dan untung saja si Dito itu tidak tau dimana rumah Bella saat ini.
Jika saja Dito tau, entahlah apa yang terjadi dengan Bella, anak seperti Dito itu bisa saja berbuat yang macam-macam namun Bella masih bisa mengontrol teman sekelas nya itu untuk tidak memberitahukan alamat rumah nya dengan Dito.
Karena Bella tau dari informasi cerita teman-teman nya yang sudah menjadi korban nya Dito, mereka mengatakan bahwa Dito akan terus mengejar wanita yang dia suka.
Jadi apapun resiko nya dia berani, dan lebih parah nya lagi, Dito tidak melakukan nya itu sendiri, melainkan dengan geng motornya.
Bella semkain takut saat ini, bisa di katakan bahwa Bella menjadi incaran Dito dan teman-teman nya hanya Karena Bella tidak mau menjadi kekasih Dito.
Bella langsung mengambil handponenya dan cepat-cepat menelpon Jessy, dia takut jika Dito akan bermacam macam kepadanya dan nekat datang kerumahnya.
Maka Bella hanya bisa berjaga jaga bahwa dirinya harus minta temani Jessy untuk sementara waktu ini.
"Hallo Jess lu bisa nggak hari ini tidur di rumah gue? Plis ya? Gue butuh banget bantuan Lu," jelas Bella begitu antusias.
Jessy mengernyitkan dahi nya. "Lah? Ngapain gue tidur disana? Orang gue punya rumah," jelas Jessy terdengar menertawakan Bella.
Bella memajukan bibirnya selayaknya merajuk, "Eh ini serius ya Jess, gue nggak bercanda, gue takut banget ini, gue minta tolong ya sama lu, kali ini ajah ya?" Pinta Bella terdengar begitu memohon.
"Yaudah iya-iya deh, tapi gue ada satu syarat buat lu," jelas Jessy membuat Bella mau tidak mau harus bisa sabar menghadapi Jessy.
"Iya apa?" Tanya Bella langsung.
"Gue ada tugas rumah nih, matematika, gue pusing mikirin ini terus dari tadi, gue minta lu kerjain tugas-tugas matematika gue ya? Nanti gue mau deh tinggal di rumah lu semau lu," Jelas Jessy membuat Bella melotot.
"Ha? Yaudah iya-iya, gue tunggu lu sekarang cepet nggak pakai lama," balas Bella langsung mematikan telepon nya agar Jessy tidak selalu mengomel di seberang telpon sana.
meskipun ia sedikit kesal dengan yang barusan dikatakan oleh Jessy itu. namun Bella masih tetap bersabar menghadapi sosok makhluk satu ini.
Bella mengehela nafasnya panjang, bagiamana ini? Dirinya juga tidak pandai dalam mata pelajaran matematika, sekarang Jessy malah minta bantuan nya? Ah sudahlah.
Bersambung...