Bastian masuk kedalam kelasnya, karena baru beberapa detik lalu bel masuk telah berbunyi.
"Oh iya Bas, lu nanti pulang sekolah kemana?" Tanya Rama sambil berjalan dan merangkul pundak Bastian, menuju ke bangku nya.
"Nggak kemana mana sih, emang kenapa?" Tanya Bastian yang merasa bingung. "Nanti pulang sekolah ikut gue ya? Ketemu sama cewek gue," jelas Rama membuat Bastian membolakan matanya.
"Enggak lah Ma, males saya lihat orang pacaran Mulu" jelas Bastian yang paling malas jika harus berurusan dengan orang yang di landa asmara seperti Rama itu.
"Yealah Bas gitu doang, nanti juga kalo lu udah kenal cewek bakalan sama kayak gue," jelas Rama dan Bastian langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Nggak, nggak mungkin saya sama seperti kamu, orang saya dari dulu nggak pernah Pacaran, dan nggak minat untuk berpacaran," jelas Bastian membuat Rama mengaggukan kepalanya.
Memang benar sih, apa yang di katakan Bastian, memang dari dulu Bastian terkenal dengan segala kecuekannya jika bersama wanita.
Dan jangan di tanya mengenai cinta, sama perempuan saja dia jual mahal, apalagi mau pacaran yang di minta secara gratisan?.
"Yaelah, jadi gimana nih? Mau nggak?" Tanya Rama sekali lagi, namun keputusan Bastian masih sama, jika dirinya tidak mau ya nggak mau.
"Nggak lah, kamu pergi sendiri saja sana," balas Bastian dan membuat Rama memajukan bibirnya selayaknya merajuk.
Saat Bastian duduk di bangkunya, dirinya langsung menatap kearah Niko dan Farel, Bastian merasa bingung ada apa dengan mereka, kenapa mereka selayaknya ingin memberikan kode Kepadanya?.
"Kalian kenapa sih?" Tanya Bastian merasa bingung. Namun lagi-lagi Farel dan Niko seakan-akan memberikan sesuatu kode Kepada Bastian dengan apa yang ada di dalam kolong mejanya.
Farel dan Niko sama-sama memberikan kode dengan menunjukkan jarinya kearah kolong meja Bastian, "Ada apaan sih kalian berdua aneh banget deh," jelas Bastian yang masih sama saja tak paham.
"Eh Rel, kita kodein dia gini, dia paham nggak sih?" Tanya Niko yang masih tak paham dengan apa yang Bastian selama itu.
Farel menggelengkan kepalanya, "Nggak tau juga sih, tapi anehnya kenapa kita malah ngodein dia sih? Kenapa nggak kita kasih tau ajah? Kan jarak kita Deket, gimana sih lu?" Tanya Farel dan membuat Niko berpikir.
"Eh iya ya, lu sih" balas Niko sambil memukul pelan pundak Farel, "Kok bisa gue sih? Bukannya lu yang bego?" Tanya Farel dan membuat Niko merasa terserahlah.
"Oh iya Bas, lu jarak Lu deketin dikit sini" jelas Farel dan membuat Bastian memundurkan bangkunya sedikit agar jarak mereka saat ini bisa sedikit dekat.
"Apa?" Tanya Bastian ketus karena begitu kesal dengan kode mereka apaan tuh yang tidak Bastian ketahui.
"Tadi gue sama Niko ngelihat Iva kayak gerak-geriknya aneh gitu di meja lu" jelas Farel membisikan sesuatu di telinga Bastian.
Mereka hanya bisa berbincang secara berbisik bisik, karena di depan sudah ada Miss putri yang tengah menerangkan pelajarannya.
"Masa sih?" Tanya Bastian yang sedikit tidak yakin mendengarnya. Farel dan Niko menganggukan kepalanya.
"Iya Bas, beneran, sebaiknya lu cek ajah sendiri di bangku lu, siapa tau ada sesuatu kan kita juga nggak tau kan?" Tanya Niko dan membuat Bastian menurutinya.
Bastian langsung membalikan badannya dan kembali pokus ke arah bangkunya, ia menggeledah semuanya, mulai dari kursinya, dan mejanya.
Saat Bastian sampai pada kolong mejanya, ia merasa bahwa ada sesuatu yang di sentuh oleh telapak tangan nya, "Apaan nih?" Tanya Bastian dan memilih untuk mengambilnya.
Bastian melihat benda tipis itu, "Kertas apaan ya? Sepertinya saya nggak pernah meletakkan kertas disini" jelas Bastian yang merasa aneh dengan adanya kertas itu.
Farel dan Niko yang melihat dari belakang Bastian itu ikut menyaksikan kebingungan Bastian.
"Lu nemuin apaan Bas?" Tanya Niko membuat Bastian langsung menoleh kearah mereka berdua.
"Nggak ada kok," balas Bastian dan kembali pokus kearah depan.
Ia Sesekali mencoba memerhatikan Miss Putri yang tengah menjelaskan di depan, dan berusaha memancing perhatian farel dan Niko agar tidak terus memperhatikan Dirinya.
Bastian juga merasa penasaran dengan isi kertas itu, apa isinya, seingat nya jika tidak ada mata pelajaran matematika dirinya tak pernah menyobek buku milik nya hanya untuk mencoretnya.
Tapi kali ini disebabkan oleh Iva, ya benar, Bastian ingat sekali jika tadi farel dan Niko mengatakannya bahwa sebelum dirinya duduk di bangku, ada Iva yang datang lebih dulu.
Rupanya mau meletakan kertas ini, "apa isinya?" Tanya Bastian kepada dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang Bastian memilih untuk membuka kertas itu dengan mengawasi sekeliling nya agar tidak ada yang melihat nya.
Sejujurnya Bastian tidak menyukai seperti ini, surat surat apa? Bastian sama sekali tidak menyukai hal macam ini, terlalu gimana gitu bagi Bastian.
Dan tak berpikir lagi Bastian membuka nya secara perlahan tulisan yang ada di dalam kertas itu mulai terbuka dan bisa di baca sedikit demi sedikit oleh Bastian.
Bastian menoleh sekilas kearah Iva yang tengah tersenyum kepadanya, hal itu membuat Bastian langsung memasukan keras itu kedalam kolong mejanya.
Bastian langsung pokus memperhatikan kearah Miss putri, ketika situasi sedang aman Bastian langsung mengambil nya dan mukai membaca nya.
Isi surat dari Iva.
Cinta mengajarkanku bagaimana rasa berjuang, dan bagaimana pedihnya rasa sakit.
Cinta juga mengajarkan ku bagaimana rasanya memperjuangkan tanpa harus di perjuangkan.
Aku tau, sedikit lancang untuk mengirimkan surat ini tanpa sepengetahuanmu.
Tapi maafkan aku yang selama ini sudah lebih lancang dari memberikan surat ini secara diam-diam.
Maafkan aku jika selama ini aku membuat hidupmu menjadi terganggu Hanya karena aku sering memperhatikan setiap apapun yang kamu lakukan.
Maafkan aku juga yang selalu membuatmu merasa risih dengan cintaku ini.
Seandainya kau tau bahwa aku sudah mengaggumimu dalam diam, mulai dari saat aku melihat mu di sekolah ini.
Aku tidak berharap kamu membalas cintaku ini, karena aku juga sudah terbiasa dengan rasa sakit.
Namun Aku tak terbiasa dengan menyembunyikan rasa cinta kepada lelaki, maka dari itu aku mengungkapkannya Sekarang melalui surat ini.
Jika kau menerimaku maka balas lah suratku ini.
Dari, Iva Karina putri
Bastian yang membaca itu langsung melongo tak percaya dengan apa yang barusan dia baca itu.
Ia langsung melipat dengan geram surat itu yang mungkin di buat dengan sepenuh hati, namun tidak dengan rasa kesal Bastian dan melampiaskannya kepada surat itu.
Bastian dengan geram nya langsung membuang kertas itu kedalam lorong mejanya tanpa memperdulikan isi surat itu rusak atau tidaknya.
Bersambung...