Chereads / Sebuah Takdir Tuhan / Chapter 21 - Bersama Om-om di Hotel

Chapter 21 - Bersama Om-om di Hotel

"Bastian?" Gumam wanita itu yang sangat terkejut dengan orang yang ada disana, Bastian memalingkan wajahnya agar tidak melihat Rama dan wanita nya itu.

Bastian masih bingung kenapa Rama bisa-bisanya dengan wanita yang tak berpendidikan seperti itu, kenapa Bastian mengatakan itu? Karena Bastian tau benar bagaimana kebodohan dari wanita itu.

Flashback on...

Bastian dengan senangnya berjalan dengan sahabatnya yang masih ada di Bandung, Dimas, dia adalah teman Bastian dari SMP.

Waktu SMP Bastian masih menetap di Bandung, dan mulai menginjak kelas 11 SMA Bastian kembali lagi ke Jakarta untuk pekerjaan papahnya.

Kejadian ini waktu Bastian masih kelas 10 SMA di Bandung. "Eh Bas, itu bukan nya si Sindy ya?" Tanya Dimas sambil menunjuk kearah Sindy yang tengah berduaan dengan seorang pria.

Dan lebih parahnya lagi, Bastian lihat bahwa pria yang bersama Sindy itu sudah dewasa, kira-kira umur 29 tahun sedangkan Sindy masih berumur 16 tahun.

Mereka nampak begitu Mesra, bersenderan antara bahu mereka berdempetan, "Astagfirullah, itu siapa nya Sindy?" Tanya Bastian yang tak menyangka apa yang barusan dia lihat dengan matanya itu.

Dimas menggelengkan kepalanya, "Nggak tau, tapi itu kelihatannya pria itu udah tua deh Bas, tapi kok mesra banget sama Si Sindy?" Tanya Dimas yang sama-sama tak mengerti.

"Bas apa jangan-jangan, om-om itu pacar nya si Sindy lagi? Kan lu tau sendiri Kalo si Sindy sukanya sama om-om yang berdompet tebal," jelas Dimas dan membuat Bastian melongo mendengarnya.

Memang benar, sindy terkenal sering gonta-ganti pacar, yang isi dompetnya tebal, Sindy adalah anak dari keluarga yang sederhana yang berkebutuhan seadanya.

Ketika sindy bersama teman-temannya, Sindy selalu merasa malu karena diantara teman-temannya, Sindy lah yang dari kalangan orang tidak mampu untuk mengikuti perkembangan jaman.

Jadi sekarang bisa dikatakan bahwa sindy hanya mencari pacar yang kaya agar bisa menuruti semua keinginannya, dan sindy tidak malu lagi jika bersama teman-temannya.

"Eh eh itu si Sindy mau di bawa kemana?" Tanya Dimas melihat sindy dan om-om itu pergi dari tempat sebelum nya yang tengah duduk berdua di sebuah bangku.

Bastian yang melihat itu pun memiliki firasat yang tak enak, dan ternyata lebih parahnya lagi, Bastian melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Sindy masuk kedalam mobil om-om itu.

"Mas? Kita ikutin ajah mobil itu, ayo" ajak Bastian yang masih tidak yakin, Bastian masih memiliki firasat buruk tentang ini.

"Yaudah ayo," ajak Dimas Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Bastian, dengan secepat mungkin mereka mengikuti mobil yang ada di depan mereka.

Dan tanpa disadari mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah hotel, Mereka melihat Sindy dengan Om itu juga berhenti di depan hotel itu.

Hotel yang cukup besar, mungkin hotel itu terkenal dengan bintang 5, "Ngapain Sindy sama orang itu datang kesini?" Tanya Dimas yang masih saja belum mengerti begitu pun juga dengan Bastian.

"Eh-eh, mereka masuk kedalam lagi, ayo Kita ikutin," jelas Dimas dan Bastian pun mengaggukan kepalanya.

Bastian masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini, Bagaimana tidak? Bastian dan Dimas melihat seorang Sindy yang masih berumur 16 tahun masuk ke dalam hotel bersama om-om yang berumur 29 tahun.

Rasa penasaran Bastian semakin meningkat begitupun dengan firasat buruknya tiba-tiba bergejolak dalam dirinya, Dimas meminta Bastian untuk tetap bersamanya untuk mengecek Apa yang dilakukan Sindy bersama om-om itu di dalam hotel.

Mereka langsung bergegas masuk kedalam hotel itu, dan mengikuti langkah dua orang yang jadi incaran Bastian dan Dimas itu.

Dan sampai akhirnya Sindy dengan om-om itu masuk kedalam sebuah kamar hotel, "Astagfirullah, Mas? Mereka masuk kedalam kamar hotel?" Tanya Bastian untuk memastikan bahwa apa yang barusan dia lihat itu tidak salah.

"Wah, udah nggak bener nih, ayo bas kita grebek saja mereka berdua," jelas Dimas, namun Bastian mencegah nya.

"Jangan Mas, nanti kita yang malah di salahin, kita juga nggak ada bukti kan kalo mereka ngapa ngapain di dalam sana?," Tanya Bastian.

Dimas pun mengaggukan kepalanya, mereka berdiam sambil memikirkan rencana apa yang harus mereka lakukan saat ini.

Pyar! Sampai akhirnya mereka mendengar suara pecahan beling dari dalam kamar yang tadi nya di masuki oleh sindy, "astaghfirullahalazim," ujar Bastian dan kanannya mendobrak pintu kamar itu sehingga terbuka.

Pandangan apa ini? Apa yang di lihat oleh Dimas dan Bastian sangat mengejutkan bahkan tidak pernah ia menduga bahwa pemandangan seperti ini bisa-bisa nya di lihat oleh mata mereka.

Seorang om-om tengah berada di atas tubuh Sindy dengan keadaan tidak menggunakan Kaos maupun baju, tetapi untung nya saja om-om itu masih mengunakan celana jadi Bastian dan Dimas bisa mengehela nafasnya panjang.

Untung mereka belum terlambat dan meraka berdua masih belum melakukan apa-apa. Dan apa ini? Sindy yang berada di bawah om-om itu bukan nya memberontak malah tersenyum manis kearah om itu.

Sehingga kegiatan mereka dikejutkan oleh kehadiran Bastian dan juga Dimas. "Bastian? Dimas?" Ujar Sindy terkejut.

"Ada apa ini? Kenapa kalian masuk kamar orang tanpa ketuk pintu dulu? Dasar anak nggak tau sopan santun," jelas om-om itu dengan nada tinggi.

"Om yang ngapain masuk kedalam kamar hotel dengan teman kami, dan kenapa ini? Kenapa kalian malah bertumpukan? Dasar om-om nggak tau diri," ujar Bastian yang kini tidak bisa menerima apa yang di katakan oleh om-om itu.

"Berani-beraninya kamu anak kecil ikut ikutan urusan orang dewasa," jelas om-om itu dan menghampiri Bastian dengan tangannya mengepal begitu keras.

Tanpa aba-aba om-om itu langsung mendaratkan pukulan tepat di pipi Bastian sehingga hal itu membuat Bastian tak terima dan membalas pukulan itu.

Sedangkan Dimas dirinya berusaha mengeluarkan sindy dari dalam kamar itu, "lu apa apaan sih? Apa yang lu lakuin? Lu sadar nggak? Kalo tadi nggak ada gue dan Bastian, lu pasti udah kehilangan masa depan lu," jelas Dimas begitu kesal dengan Kelakuan Sindy.

"Seharusnya gue yang nanya sama lu, apa yang lu lakuin di sini, lu tahu nggak apa yang lu tadi lakuin sudah mengacaukan semua rencana gua, dan gue nggak bisa ngedapetin apapun yang gue mau," jelas Sindy dengan begitu angkuh nya.

"Dan ya, gue sama sekali tidak butuh pahlawan kesiangan kayak lu dan Bastian itu, ngerti nggak?," Tanya Sindy dan langsung pergi dari sana.

Flashback off...

Bastian masih saja mengingat itu di benak otak nya, kejadian satu tahun lalu apa yang sudah di lakukan oleh sindy dengan om om itu.

Bersambung...