Sebulan setelah kejadian tersebut, Amanda dan Roy telah saling mengenal meskipun sesekali Roy masih menyebalkan. Keduanya sudah cukup akrab, jika orang lain melihat mereka mungkin akan salah paham mengira keduanya pacaran.
Hari ini, semua penguris OSIS berkumpul di sekertariat untuk membahas persiapan lampion dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Republik indonesia. Dan persiapan sudah selesai delapan puluh lima persen, sisanya adalah persaipan untuk nanti malam karena malam nanti adalah acara puncak, diana lampion itu umum untuk diikuti. Malam lampion telah tiba, semua pengurus OSIS berkumpul di rumah pak Ikhsan, karena lpaangan merdeka dekat dari rumah pak Ikhsan.
"Duh, si Roy mana, sih? Kok nggak muncul juga," gerutu Amanda dari tadi menunggu kedatangan Roy.
"Anak-anak, sebelum kita berangkat mari kita makan dulu," kata Pak Ikhsan memanggil kamu untuk makan malam. Semuanya mengantre dan mengambil nasi kotak, kemudian mereka dusuk mekingkar. Baru saja Amanda ingin makan, tiba-tiba ada Roy datang entah dari mana lalu duduk dekat Amanda membuat gadis itu terkejut.
"Mau gue suapin, nggak?"tanya Roy yang baru datang.
"Dari mana aja lo?" Tanya Amanda.
"Cie, cariin gue. Kangen, ya?"
"Siapa juga ynag kangen. Gue cariin karena dari tadi gue yang pegang tongkat lmpion lo, pegal nih tangan gue," kesal Amanda menunjukan tangannya yang terlihat bengkak.
"Sini gue pijitin tangan lo. Gue telat karena habis dari bengkel mobil," ujar Roy terkekeh tanpa dosa.
"Kasih kabar kek supaya gue nggak capek pegang tongkat lo. Untung ada Fadli yang bantuin gue," lanjut Amanda tidak sadar kalau tangannya sudah dipijit Roy.
"Whui, nggak usah mesra-mesraan kali."ujar Riko mulutnya sudah penuh dengan nasi hingga muncrat kemana-mana.
"Telan dulu tuh makanan, baru lo bicara," jengkel Roy karena bajunya juga terkena muncratan.
Muncratan Riko bukan hanya mengenai Roy akan tetapi semuanya.
Apalagi semua peserta lampion memakai baju putih dan jeans biru.
"Habisnya lo baru datang udah mesra-mesraan aja."
"Siapa yang mesra-mesraan?" Tanya Gilang yang baru datang dan ikut duduk dekat Amanda.
Gadis menatap tajam Amanda, dia tidak rela kalau Gilang duduk di sana harusnya, kan, Gilang duduk bersamnya.
"Tuh, yang di dekat lo pegangan tangan. Romantis banget. Kan," ucap Riko.
Amanda seketika sadar dan langsung menepis tangan Roy yang sementara memijitnya." Ye, gue nggak mesra-mesraan kali. Gue pijiti tangan Amanda karena pegangi tongkat lampion gue terlalu lama," jelas Roy.
"Bilang aja, sih, lo suka sama Amanda," sinis Gadis.
"Eh, gue tuh nggak ngomong sama lo, ya," balas Roy.
"Udah, udah, mending kita makan yang cepat. Pak Ikhsan bilang jam tujuh malam kita otw," lerai Gilang karena jika itu berlanjut persebatan tak ada habisnya .
"Gue ambil makanan dulu," Amanda mengangguk dan Roy mulai mengambil makanan dan kembali duduk dekat Amanda.
"Sini gue suapin," kata Roy.
"Eh, nggak usah," tolak Amanda.
"Kan tangan lo capek".
Nggak parah, kok, masih bisa makan sendiri."
Gilang yang melihat mereka berdua merasa curiga dengan sikap Roy yang sangat perhatian kepada Amanda. Sebagai cowok dia tahu arti tatapan dan semua perhatian yang diberikan Roy kepada Amanda.
"Jangan sampai kalian langgar pasal," guman Galih.
Peserta lampion sudah berada di lapangan merdeka, mulai murid SD, SMP, SMA dan SMK telah memenuhi lapangan, menampilkan lampion hasil mereka. Amanda berada di barisan paling depan untuk memegangn lampu yang mereka hias sendiri menggunakan batang pisang yang di balut kertas minyak merah putih serta disekelilingnya ada lidi yang sudah di filox warna -warni lalu di tancapkan di batang pisang tersebut.
Roy beserta dua temannya berada di depan Amanda memegang sepanduk identitas sekolah mereka. Sebelum pawai, Amanda tak semgaja melihat barisan sekolah lamanya, ya itu SMA CEMPAKA. Di sana ada mantan sajabatnya, Rendy, juga Tika.
"I-tu Amanda, kan?" Tanya Sela.
"Mana?" Kata Lina langsung menyadari keberadaan Amanda yang tak jauh dari brisan sekolahnya.
"Astaga, Amnda, gue kangen banget sama dia," lirih Luna hendak menghampiri Amanda sebelum Sela mencegahnya.
"Lo nggak ingat kelakuan kita sama dia dulu? Pasti dia masih benci sama kita," bisik Ita mencegah Lina.
"Itu bukan kemauan gue, ta. Gue udah bilang sama lo, jangan dengar apa kata Tika dan Tasya. Sekarang lo sadar, kan, berharganya Amanda bagi kita, demi orang lain kita berkhianat dan percaya mereka daripada sahabat kita sendiri,"kata Lina.
"Gue tahu, dan gue juga nyesal. Kita berdua sama-sama salah karena berkhianat sama Amanda. Tapi kita bisa apa saat itu? Lo tahu sendiri keadaan kita gimana,"
Sebenarnya Amanda samar-samar pembicaraan Ita dan Lina karena jarak antara SMA CEMPAKA Dan SMA MAWAR tidak begitu jauh.
"Cih! Tuh pembawa sial ada di sini juga," sindir Tasya yang dari dulu memang tidak suka dengan Amanda. Tasya Adalah musuh Amanda di sekolah lamanya, Amanda tidak tahu apa salahnya kepada Tasya sehingga cewek itu sangat membencinya.
Mendengar 'pembawa sial' membuat Amanda mengepalkan kedua tangannya. Jika saja bukan di tempat umun sudah di pastikan dia membalas Tasya.
"Jangan emosi, Da, bisik Roy yang sebenarnya mengamati gerak-gerik Amanda sedari tadi. Roy juga mendengar ucapan Tasya.
"Gue salah apa, sih, sama mereka sampai segitunya ke gue," bisik Amanda matanya bekaca-kaca.
"Ssst.. jangan nangis. Ingat kita ada di depan umun, da," bujuk Roy mengusa punggung tangan Amanda.
"Gue bakalan cari tahu penyebab semua orang benci sama gue."
Roy merangkul bahu Amanda dan menepuknya ." Itu baru teman gue lo mesti cri tahu dulu baru bisa ambil kesimpulan.
Pawai lampion akhirnya di mulai, SMA MEKAR mendapat urutan pertama kali ini apa yang mereka tampilkan sangat di sukai masyarakat. Di iringi lagu, beserta lampu mereka yang sangat unik.
Menggunakan tongkat, ada batang pisang untuk menancapkan batang lidi yang sudah di filok warna-warni emudian di atasnya mendapat lamu yang menyala. Apalagi mereka sangat heboh, mulai strat hingga finis semuanya ikut berjoget.
"Minta air, dong," pinta Amanda dengan napas tersengal-sengal karena kelelahan. Karena kelelahan Amanda jatuh pingsan.
"AMANDA!!!!"
semua yang ada di sana langsung panik melihat Amanda pingsan terutama Roy. Smunaya langsung mengerubungi Amanda yang sudah tergeletak.
"Da.. hei, bangun," kata Roy menepuk-nepuk pipi Amanda.
"Duh, Amanda gimana nih, mending lo bawa Amanda ke rumah Pak Ikhsan.
Deh," ujar Nabila.
"Iya, bener tuh. Ayo," lanjut Irma dan Nabila yang khwatir dengan keadaan temannya itu.
"Mending kita bawa pulang aja," ujar Gilang.
"Biar gue aja."
"Lo tahu rumah dia ?" Tanya Gilang.
"Gue tahu, jawab Roy.
"Ya udah, hati-hati kabari gue kalu lo udah sampai," ucap Gilang lalu Roy menggendong Amanda menuju mobilnya.