Kok airnya panas banget!" Teriak Amanda langsung kembali ke tepi kolam saking pansnya.
"Ngapain lo langsung terjun, sih? Udah tahu airnya agak panas," tawa Nabila meledek.
"Mana gue tahu airnya gini. Kok airnya panas, sih? Tanya Amamda meringis.
"Di sini memang terkenal airnya yang panas. Memangnya lo nggak baca surat izin kalau tujuan kita itu pemandian air panas? Ujar Irma yang ikut duduk bersama Nabila dan Amanda.
Gimana mau baca surat itu kalau gue buang. Ngapain juga pakai surat izin kalau keluarga gue nggak anggap gue anak, batin Amanda sedih.
"Woi, Da, bengong aja. Entar kesambet tahu rasa lo," tegur Nabila.
"Eh, nggak, gue nggal lihat surat izin itu," ucap Amanda.
"Lah, kok, bisa? Memangnya lo nggak baca sebelum ditandatangani orangtua lo? Kita nggak bisa pergi tanpa surat izin itu," ucap Nabila membuat Amanda terkejut.
"Jadi kita harus kumpul surat izin itu dulu baru bisa pergi ke sini?" Tanya Amanda lalu Nabila mengangguk.
"Kenapa, sih?" Tanya Irma.
Surat izinnya, kan, udah gue buang. Tapi, kok, gue bisa ikut? Siapa yang gantiin surat izin gue? Batin Amanda bingung.
"Lo tahu siapa tahu siapa yang pegang surat izin itu?" Tanya Amanda.
"Kalau nggak salah si Gilang,"jelas Irma.
Amanda langsung bangkit dan mulai mencari keberadaan Gilang. Gadis itu menghampiri Gilang yang tengah asyik mengobrol dengan Gadis. Amanda mendekati mereka dan mendengar percakapan mereka.
"Kamu, kan, yang isi surat izin Amanda dan akhirnya dia bisa ikut?" Tanya Gadis.
"Aku lakuin itu demi Mama,"jawab Gilang.
"Kamu ngapain, sih, urusin dia. Lagian kamu lihat sendiri dia buang surat itu dan akhirnya dia nggak mau ikut!" Bentak Gadis.
"Aku cuman lakuin kewajiban aku, nggak lebih," jawab Gilang lembut.
"Kewajiban apa? Kamu suka, kan, sama dia?"
"Kok kamu ngomong gitu, sih? Aku cuma lakuin itu sesuai keinginan Mama."
"Aku nggak percaya, memangnya dia siapa sampai Mama pedulu?" Tanya Gadis.
"Aku bakalan ngomong ke kamu saat waktunya telah tiba. Udah, aku capek, nggak mau bahas itu lagi." Gilang berlalu meninggalkan Gadis yang masih berdiri.
Amanda dengan cepat bersembunyi ketika mereka lewat. " Dia yang isi surat izin itu? Tapi kenapa? Dan huhungan gue sama Mama dia apa?" Amanda semakin bingung dengan semua ini.
Berbagai pertanyaan berputar diotaknya. Amanda mengahampiri Gilang dan ternyata dia tidak sendirian, di sana ada Roy, Fadli, dan Riko.
"Eh, Amanda, lo ngapain ke sini?" Tanya Fadli tak sengaja melihat Amanda.
Roy yang bersandar di dinding kolam renang langsung menoleh begitu pula dengan Gilang. Dia bodoh atau gimana, sih, nggak sadar apa kalau baju dia sangat tipis? Batin Roy yang melihat pakaian Amanda.
Roy bangkit mengambil jubah mandinya lalu mendekati Amanda." Lo cariin gue,ya?" Goda Roy lalu membungkus tubuh Amanda dengan jubah mandinya.
Amanda tersentak dengan perlakuan Roy. Kenapa dia paham kenapa dia melakukan itu." Lo lupa jangan ngomong sama gue dulu?" Amnada menekan setiap kata-kata membuat Roy mengangguk dan kembali ke kolam.
"Syukur! Kena amukan macan lo." Riko menepuk keras air kolam hingga mengenai wajah Roy.
"Ehm! Gue di sini mau ngomong sesuatu sama Gilang ," ucap Amanda, membuat Gilang menoleh dengan alis terangkat.
"Mau ngomong apa?" Tanya Gilang.
"Bisa ke sini bentar, nggak? Ada yang mau gue tanyain," pinta Amanda. Akhirnya Gilang bangkit dan mengikuti Amanda agak menjauh dari kolam supaya mereka tak mendengarnya.
"Lo yang kumpulin surat izin, kan?" Amanda to the point.
"Iya, gue," jawab Gilang terkejut. Dia tidak tahu jika Amanda mengetahui Gilang hanya mengangguk.
"Dan kita nggak boleh ikut kalay nggak ada surat itu, kan?" Lagi-lagi Gilang hanya mengangguk.
"Gue baru tahu tentang surat izin itu dari teman gue. Tapi gue nggak pernah kumpulin surat itu. Kok gue bisa lolos ke sini?" Tanya Amanda.
"Masa, sih? Surat izin lo ada, kok, pas gue periksa," kata Gilang menjawab dengan santai.
" Tapi gue nggak pernah kumpulin, masa surat itu muncul kaya setan? Pasti ada seseorang yang isi suratnya dan kumpulin ke elo." Amanda berusaha mancing Gilang untuk menjawab dengan jujur.
"belum waktunya lo tahu, da," batin Gilang.
"Gue nggak tahu, pas gue cek udah ada. Lagian lo kenapa, sih, masalah surat aja kayak wartawan tanya ke gue," ucap Gilang terkekeh.
"Kenapa dia masih mengelak, sih? Jelas-jelas gue dengar kalau dia yang isi surat izin itu," batin Amanda.
"Bukan gitu, gue penasaran aja siapa orang itu?"
"Udahlah, nggak usah dipikirin. Lagi pula lo udah sampai ke sini, memangnya surat itu ada atau nggak, lo tetap mau ikut, kan?"
"Iya, dan gue juga nggak tahu kalau itu harus di isi jadi gue buang aja," ceplos Amanda tak sadar.
"Hah? Memangnya kenapa lo buang? Lo tahu, kan, perjalanan kita itu jauh, dan kita butuh surat izin?" Tanya Gilang penasaran dia juga penasaran kenapa Amnada membuang surat izin itu.
"Eh, nggak, kok, gue pikir itu nggak penting aja, ya udah gue buang," bohong Amanda.
Jelas banget kalau lo bohong, sebenarnya kehiduan lo seperti apa,sih, batin Gilang.
"Ya udah balik, gih, ganti baju, nanti lo masuk angin," kata Gilang, membuat Amanda mengangguk dan melangkah pergi.
"Siapa pun, orang yang sudah isi surat uzin itu, artinya orang itu peduli dan sayang sama lo," kata Gilang.
Amanda mentap Gilang yang sudah kembali ke kolam Renang, " dan orang itu adalah Lo, Gil lo itu siapa sih, sebenarnya?" Gumam Amanda.
Setelah berenang cukup lama, Amanda beserta teman-teman yang lain bersiap untuk tidur, ketika sudah ganti baju dan lainnya. Akan tetapi saat tengah malam, Amanda ingin sekali buang air kecil dan dia teringat pesan Gilang agar tidak keluar sendirian.
akhirnya dia membangunkan Nabila dan Irma, tapi mereka sedang lelapnya tidur, dan susah untuk di bangunkan.
"Nab, temani gue dong," Amnada berada di tengah antara Nabila dan Irma.
"Engh.. mau ke mana?" Tanya Nabila belum sepenuhnya sadar.
"Temani gue pipis bentar," pinta Amanda memegang perutnya.
"Aduh, badan gue sakit banget, Da. Gue nggak bisa nih," tolak Nabila karena tubuhnya sangat lelah..
"Ya eoah, bentar doang kali. Ayolah, udah kebelet nih gue," desak Amanda.
"Ajak Irma sna," kata Nabila.
Akhirnya Amanda beralih ke Irma yang sudah tidur dengan mulut menganga, lalu kakinya dia lebarkan dengan posisi terlentang.
"Nih anak.. untung gue balik, kalai nggak udah gue taruh kaos kaki di mulut dia," gumam Amanda cekikikan melihat posisi tidur Irma.