Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jangan Membenci Jodoh

🇮🇩Roka_Rabbani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
44k
Views
Synopsis
Bulan dan Bintang, bukanlah Satelit atau Asteroid, mereka adalah sepasang anak kembar indentik, berusia 17 tahun dan masih mengenyam pendidikan dibangku SMA. Bintang, tidak pernah menyangka bahwa dirinya adalah anak yang akan di jodohkan dengan pria yang cukup teraput jauh dengan umurnya, masa remajanya harus ia ikhlaskan untuk menikah dengan Galaxi Andromeda, pria berusia 25 tahun itu, tidak lama lagi akan meminangnya. Bulan, yang melihat kembarannya itu akan menikah, ia pun berusaha keras untuk membatalkan perjodohan Bintang. Alasannya cukup sederhana, Bulan tidak ingin menjadi adik ipar dari kakak kelasnya yang sangat ia cintai, Mars adalah pria yang sangat di cintai oleh Bulan, begitupun Bintang yang juga sama menaruh hati kepada Mars. Kendati demikian, Mars adalah adiknya Galaxi, pria yang akan di jodohkan dengannya. “Beri aku satu tahun sampai aku lulus sekolah, maka aku akan menerima Abang!” Bintang melontarkan syarat itu kepada Galaxi, dan Galaxi pun menyetujuinya. Selama satu tahun pula itulah, Bulan dan Bintang merencanakan banyak hal konyol, demi membuat Galaxi menyerah dengan perjodohan itu dan tidak melanjutkan ke jenjang pernikahan. Akankah Bintang berhasil membatalkan perjodohan itu dan membuat Galaxi menyerah? Atau Galaxi malah tetap melanjutkan niatnya untuk menikahi Bintang?
VIEW MORE

Chapter 1 - Sapaan Pertama

Di sekolah bergengsi, sepasang anak kembar baru saja menginjakkan kakinya di halaman sekolah. Libur sekolahpun sudah berakhir, keduanya menyambut dengan gembira tahun di ajaran baru.

Sepasang anak kembar itu memang selalu menjadi pusat perhatian di sekolahnya, tidak heran jika masa-masa sekolah selalu di rindukan oleh keduanya, terlebih lagi setelah libur sekolah yang panjang membuat mereka menyambut hari pertama sekolah itu dengan penuh suka cita.

"Selamat pagi kembar….," sapa teman-temannya yang sedang beriringan masuk gerbang sekolah.

"Pagi guys! Semoga hari ini menyenangkan…," jawab kedua anak kembar yang sangat kompak itu.

Hari senin adalah hari di mulainya sekolah di awal minggu bulan januari setelah libur panjang tengah semester.

"Kangen banget sama gedung sekolah ini," gumam Bintang sembari menatap bangunan sekolah yang menjulang tinggi di hadapannya itu.

"Apa kabar gedung? Apakah liburanmu menyenangkan?" tanya Bulan.

"Adikku memang gila," gerutu Bintang di dalam hatinya, sembari menatap adiknya yang bertanya kepada gedung sekolah.

Tiba dari arah garasi motor wajah tampan seorang laki-laki, yang tak lain adalah senior mereka yang begitu memesona itu pun datang sehingga menambah hari pertama sekolah mereka itu semakin berwarna.

"Pangeran!" sahut Bulan dengan polosnya.

"MasyaAllah… Kak Mars memang tambah ganteng ajah ya Bul, setelah hampir satu bulan kita tidak menlihatnya, dia semakin bening saja, lihatlah giginya itu sangat kilau sekali," ujar Bintang sehingga keduanya terhenti dari langkahnya dan membicarakan Mars yang sedang melangkah berjalan bagaikan seorang model.

Senyuman yang indah, rambut yang ikal tertiup angin serta tatapan mata yang tajam bagai elang, berjalan searah dengan gerak langkahnya kedepan tanpa menoleh sedikit pun ke arah kanan atau kiri yang akan berpapasan dengan Bulan dan Bintang.

"Hai! Selamat pagi!" sapa Mars dengan suara penuh kelembutan bagaikan kapuk putih tertiup angin malam yang hening nan sejuk.

Ya, Mars Andromeda adalah seorang laki-laki kelas 12 MIPA yang terbilang cukup populer karena wajahnya yang tampan, siapa yang tidak suka dengan laki-laki keturuan campuran Indonesia Arab itu? Sungguh sangat di idolakan para junior-juniornya terutama bagi para kaum hawa.

"Pa-pagi!" balas Bulan dan Bintang dengan kompaknya, sembari menambahkan senyuman yang agak di paksakan dan lambaian tangan setengah-setengah seperti ragu untuk membalas lambaian tangan dari kakak kelasnya itu.

Bulan dan Bintang pun tetap berjalan searah menuju kelasnya masing-masing tanpa berkata-kata sedikit pun, seakan tidak terjadi apa-apa.

Baik Bulan maupun Bintang, hanya terdiam membisu setelah mendapat sapaan dari Mars, laki-laki yang keduanya sukai itu.

Keduanya tampak merasa heran dengan sikap kakak kelasnya itu yang sangat tidak biasa, walaupun kakak kelasnya itu terbilang ramah dan murah senyum, Bulan dan Bintang merasa sapaan yang di berikannya itu tidak mungkin terjadi pada mereka berdua.

Ya, bagaimana keduanya tidak merasa terheran-heran, karena memang kakak kelasnya itu jarang sekali menoleh atau melihat mereka berdua, jangankan menyapa bahkan menoleh ke arah mereka pun sepertinya mustahil.

Bintang Qiandra yang akrab di panggil Bintang, memiliki karakter yang kalem, cuek serta susah menyesuaikan diri dengan orang lain. Walaupun Bintang seorang kakak, Bintang memiliki sifat yang cengeng, mudah baper dan fisik yang lemah di bandingkan Bulan adiknya, bahkan Bintang terlihat seperti seorang adik.

Sedangkan Bulan Qiandri yang akrab di panggil Bulan, memiliki karakter yang sangat ceria, cerewet, mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, memiliki sifat yang tidak mudah cengeng dan tidak baperan serta fisiknya yang kuat dan lebih berisik, tentu beda jauh dengan karakter yang dimiliki Bintang. Bahkan dalam paras wajah pun Bulan lebih cantik dari Bintang, mungkin karena wajah yang selalu ceria di bandingkan Bintang yang kebanyakan diam, terkesan cuek itu membuat kecantikannya tertutup.

"Haaah," helaan nafas panjang Bulan terdengar sayup itu menandakan hari yang melelahkan bagi seorang pelajar yang sangat fokus berfikir.

"Hari pertama sekolah memang menyenangkan, tapi kenapa Bu guru malah langsung memulai kegiatan belajar mengajar, padahal hari ini aku pengen nongkrong sama temen-temen, sambil gibahin senior-senior kita yang ganteng itu," ujar Bulan bar-bar.

"Bin! Kok kamu diam saja sih, gak asik banget!"

"Bengek loh kambuh lagi ya!"

"Sial luh Bul, aku diem bukan karena penyakit kambuh yah, tapi aku kepikiran sama sapaan Kak Mars tadi, tidak biasanya dia menyapa kita," ujar Bintang.

"Eumm… kayaknya tuh anak memang menyukai kita deh sejak awal, cuman gengsi saja. Dan sepertinya selama liburan kemarin, dia mendapatkan hidayah untuk segera menyapa kita, mengingat sebentar lagi dia akan lulus sekolah," balas Bulan dengan santainya sembari membersihkan upil di matanya.

"Lah, apa hubungannya sama kelulusan Bul," balas Bintang Heran.

Dert…. Dert…. Dert….

Suara ponsel Bulan berdering, lalu Bulan pun segera mengambil ponselnya di dalam tasnya yang ia jinjing-jinjing itu.

"Halo Mah, Assalamualaikum, ada apa? Bulan dan Bintang sedang di jalan, ini haus sebenarnya. Tapi Bulan dan Bintang tetap berjalan, sambil gibah, oh ya… Bulan dan Bintang mau nyeblak dulu Mah, Mamah jangan khawatir."

Tut!

Bulan pun langsung mematikan teleponya itu, tanpa mendengar perkataan mamahnya terlebih dahulu.

"Bul, Mamah belum ngomong loh! Kok kamu langsung matiin sih?"

"Ah… Mamah paling cuman mau nanya kab-"

"Bentar, ponselku berdering Nih!" sela Bintang, sesaat Mamahnya itu menghubungi nomor teleponnya.

"Assalamu'alaikum Mah, Iya ada apa Mah?"

"Kamu segera pulang Bintang, ajak bulan juga dan jangan nongki-nongki di warung seblak dulu, langsung pulang yah," jawab Bu Asa-mamahnya Bulan dan Bintang.

"Iya Mah, Bulan dan Bintang akan segera pulang sekarang."

Tut!

"Mamah nyuruh kita pulang Bul, hari ini gak usah makan seblak dulu yah, kayaknya ada yang penting deh di rumah! Gak biasanya Mamah nelpon kita suruh pulang cepet," pikir Bintang.

"Kok aku punya firasat gak baik yah Bul, ada apa yah di rumah?" gumam Bintang bertanya-tanya.

"Ya Sudah lah di bungkus ajah seblaknya. Aku gak tahan ya Bin, kalo sehari gak makan seblak," jawab Bulan kekeuh.

"Yaudah iya iya.. ayo gerak cepet!" kata Bintang sambil melangkah pergi dan menarik tangan adiknya itu.

***

Setelah beberapa menit menghabiskan waktu menuju perjalanan pulang hingga berbelok sebentar ke warung seblak, keduanya pun sampai di rumahnya. Tampak ada yang aneh dengan rumah mereka, ada dua mobil berjejer di halaman rumahnya.

"Papah beli mobil baru yah Bin, kok ada mobil di samping mobil Papah?" ujar Bulan heran.

"Sepertinya ada tamu deh, ayo cepetan kita masuk!" ajak Bintang bergegas masuk.

"Assalamu'alaikum…," salam keduanya sembari membuka pintu rumah itu.

"Wa'alaikumussalam!" orang-orang yang ada di dalam ruang tamu itu pun menjawab salam Bulan dan Bintang.

Namun, alangkah terkejutnya Bulan dan Bintang, bahwa diantara orang-orang yang mejawab salam keduanya salah satunya adalah Mars, laki-laki yang keduanya kagumi itu tiba-tiba berada di dalam rumahnya.

"Kak Mars!" sahut keduanya secara bersamaan dengan mata membola besar dengan terbelalak kaget, hingga kedua mulut pemilik wajah yang sama itu menganga.