Bintang sudah lama sekali menyukai Mars, sejak awal masuk pertama sekolah hatinya sudah tertuju pada Mars. Mars adalah cinta pertamanya, sulit baginya untuk melupakan Mars. Namun, Bintang tahu, bahwa bukan hanya dia saja yang menyukai Mars, adiknya Bulan pun sangat tergila-gila dengan Mars.
Sifat Bintang yang cuek, membuat teman-temannya serta Bulan tidak menyadari bahwa Bintang sudah lama menyukai Mars. Padahal banyak sekali yang mengagumi Bintang, bahkan tak jarang yang menyatakan perasaannya kepada Bintang, saking banyaknya pengagum, Bintang sampai kebingungan alasan apalagi untuk menolak perasaan para pengagumnya itu.
Berbanding terbalik dengan saudari kembarnya, Bulan malah lebih welcome terhadap para pengagumnya, bahkan Bintang sudah banyak menerima perasaan para pengagumnya. Dari awal pertama masuk SMA, Bintang tidak pernah mempunyai kekasih, sedangkan Bulan Sudah 3 kali ganti pasangan kekasih. Bulan gambaran wanita playgirl, sering memberi harapan palsu, namun pada kenyataannya, hatinya itu tetap tertuju kepada Mars.
"Dor!"
Aster pun tiba-tiba muncul entah dari mana dan mengagetkan Bintang yang sedang melamun.
"Pak Sriyanta nyuruh kamu ke kantor sehabis pulang sekolah," ujarnya.
"Mau ngapain?" tanya Bintang singkat.
"Mana ku tempe," jawab Aster ketus.
Ning Nong Ning Nong….
Bell pun berbunyi, pertanda kegiatan belajar dan mengajar akan segera di mulai.
Bintang pun segera beranjak dari tempat duduknya, dan pergi ke kantor untuk menemui Pak Sri.
Dari arah ruang kelas 11A, Bulan sedang berjalan menuju kantor untuk memanggil guru mata pelajaran hari itu, dengan ekspresi wajah yang selalu ceria.
"Aduh," Pekik Bulan yang tidak sengaja menabrak punggung seorang guru di depannya.
"Punggung berbentuk balon seperti ini aku kenal sekali! Sial, ini punggungnya Pak Atom ," seringai Bulan dalam gumamnya.
"Maaf Pak! Saya tidak sengaja!" ujarnya meminta maaf.
"Kebetulan kamu disini! Bisa ikut Bapak ke kantor dulu," kata Pak Sriyanta dengan raut wajah datar, salah satu guru fisika sekaligus gulu killer diskolahnya itu.
"Saya memang mau kekantor Pak, ai bapak gimana gitu! Lupa yah, kalo saya sekertaris teraktif di kelas yang kerjaaanya manggil guru, nulis di papan tulis atau mendikte, bahkan saya sampai di musuhi satu kelas, karena suka mengingatkan Ibu dan Bapak guru tentang PR!" jawab Bulan dengan bawelnya.
"Sudah-sudah, ada yang menunggumu di kantor! Mari ikut Bapak!" ujar Pak Sriyanta dan langsung pergi berjalan menuju kantor.
"Apah! Orang yang menunggu? Mamah or Papah? Tumben ada yang menungguku di kantor," gumam Bulan sembari berdiri mematung.
"Bul! Bulan!" teriak salah seorang wanita di belakangnya, suara yang tidak asing bagi Bulan.
"Bintang? Kamu tumbenan banget belum ada di kelas, inikan sudah bel!" tanya Bulan heran.
"Pak Sriyanta manggil aku barusan, suruh ke kantor! Kamu mau ngapain?" tanya balik Bintang.
"Mau ke kantor juga, katanya ada yang nungguin aku di kantor," jawab Bulan heran.
"Nah loh, ada apa ini! Jangan bilang nambah masalah lagi kita Bin, baru saja kita di bikin heboh dengan perjodohanmu itu Bintang!" sambung Bulan, yang langsung berfikiran negatif.
Tanpa basa basi Bulan dan Bintang pun pergi bersama-sama ke ruang kantor, akan tetapi ketika mau memasuki ruang kantor, Bulan dan Bintang berpapasan dengan seorang lelaki tampan, di tangannya itu sedang memegang sebuah kertas, Bulan pun memberikan senyuman, sedangkan bintang hanya menunduk. Ya, laki-laki itu adalah Mars.
"Makhluk ini benarkah ia manusia, atau malaikat berwujud manusia," umpat Bulan di dalam hatinya.
"Ekhem! Pangeranku baru saja lewat tuh Bint," bisik Bulan kepada Bintang.
"Kenapa kalian berdua ada di sini?" sela Pak Sriyanta heran, karena Bulan dan Bintang ada di kantor.
"Loh, bukannya Bapak yang nyuruh kami berdua ke kantor?" tanya Balik Bulan.
"Bapak cuman ingin memanggil Bintang, karena ada orang yang menunggunya," jelas Pak Sriyanta.
"Hah! Siapa Pak?" ujar Bulan memindai ruangan kantor itu, sesaat pandangannya tertuju kepada Pria yang tak asing lagi, bagi Bulan dan Bintang.
"Gawat Bint! Bang Galaxi! Sampe nyusul kamu ke sekolah, gawat ini mah!" bisik Bulan.
"Astagfirullah… baru saja aku mau bernafas hari ini, kenapa Bang Galaxi sampe menyusulku ke sekolah, ini pasti di suruh sama Mamah dan Papah!"
"Bint! Aku ikut! Pokokknya aku ikut temenin kamu untuk bertemu dengan Bang Galaxi, aku akan berada di garda terdepan untuk membantumu dari Abang yang gemar sama bocil itu!" tukas Bulan sembari menulak kedua tangannya di atas pinggang.
Klek!
Bintang menelan air liur kasarnya, mencoba untuk menemui laki-laki yang merupakan jodohnya itu.
"Bulan! Kenapa kamu ngintil di belakang Bintang terus, Bapak dan Pak Galaxi tidak ada urusan denganmu," ujar Pak Sriyanta dengan kasarnya.
"Kasar banget Bapak ini kalo bicara, Bintang saudari Bulan Pak! Ya, sebenarnya Bulan sama Bintang itu satu ovum, tapi karena terjadi pembelahan sel telur yang tidak sempurna akhirnya Bulan dan Bintang terpecah jadi dua, nah jelaskan Pak, kalo Bulan dan Bintang adalah satu orang!" kekeuh Bulan yang tetap ingin berada di samping Bintang.
"Gak papa yah Pak, Bulan nemenin Bintang?" tanya Bintang memohon, seraya matanya melirik kearah Galaxi dengan raut wajah yang takut.
"Pak Sri, tidak papa dan biarkan mereka berdua ada di sini," sanggah Galaxi dengan santainya.
"Dih! Caper banget nih cowok," gerutu Bulan sembari mendelik kearah Galaxi.
Pak Sriyanta menghela nafas panjang sembari menurunkan sedikit kacamatnya, di tangannya itu sudah memengang beberapa lembara kertas.
"Mau ngapaian Bang Galaxi kesini, sampai dia berurusan dengan Pak Sri? Duh, firasatku gak baik tentang hal ini," batin Bintang resah.
"Karya tulis yang kamu kirimkan kemarin sangat menarik, dan Bapak berencana akan membawa tulisanmu itu ketingkat Nasional, oleh karena itu Bapak sudah menyiapkan seorang guru pembimbing karya tulis untuk kamu."
"Kenalkan, dia adalah Pak Galaxi Andromeda, seorang dosen di perguruan tinggi ternama di kota ini, beliau juga lulusan magister jurusan kesehatan masyarakat, jadi sangat cocok untuk tema karya tulis yang kamu angkat itu!"
"Apah!" sahut Bulan dan Bintang dengan serentak, terkejut kaget sembari matanya membola besar, dan mulutnya menganga.
Klek!
Bintang lagi-lagi di buat kaget dengan apa yang ia dengar barusan itu, Bulan pun sama kagetnya dengan Bintang, keduanya terdiam mematung sejenak, berusaha untuk bernafas.
Ya, antara senang dan tidak senang yang di rasakan oleh Bintang saat itu, di sisi lain karya tulisnya akan di lombakan di tingkat Nasional, lalu di satu sisi yang lainnya ia harus berhubungan dengan guru pembimbing yang sangat ia benci itu.
"Pak! Ini seriusan?" tanya keduanya sekali lagi, seakan tidak percaya dengan perkataan gurunya itu.
"Ya Bapak serius! Kalian kira Bapak bercanda, apakah kalian sudah mengenal Pak Galaxi sebelumnya?" tanya Pak Sriyanta.
"Tidak Pak? Kami berdua tidak mengenalnya, iya kan Bul?" sanggah Bintang sesegera mungkin untuk menjawab pertanyaan dari gurunya itu.
"Iya Pak, kami baru pertama kali lihat Bapak ini, hehe," jawab Bulan.
Galaxi pun hanya diam saja, melihat tingkah laku dua gadis itu yang mencoba membohongi gurunya.