Dokter lalu memeriksa tubuh Hyuna dengan seksama hingga tersenyum dan pandangannya dia alihkan ke arah Bagas. Bagas yang melihat raut wajah dokter tidak mengerti dengan maksud dari senyumannya itu.
"Bagaimana dengan kondisi menantuku Dokter?" tanya ibu Sulistiawaty yang tidak sabar menunggu hasil pemeriksaan dari Dokter.
Dokter pun berdiri dan merapikan kembali peralatan medisnya ke dalam tasnya.
"Selamat Nyonya, menantu Ibu hamil Sudah dua bulan," jawab Ibu Dokter.
Pernyataan dari dokter membuat mereka tidak menyangka dengan apa yang mereka dengar.
"Apa!!, itu tidak mungkin Dokter?" teriak mereka secara bersamaan.
Bagaikan petir di siang bolong, informasi yang barusan mereka dengar dari mulut Ibu Dokter membuat mereka shock dan terkejut dalam waktu yang bersamaan.
"Syukur Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah Engkau telah mengabulkan doa-doaku selama ini," ucapnya dengan penuh kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.
Menantu kesayangannya akhirnya bisa hamil juga. Dia sudah lama menunggu berita dan kabar gembira ini. Beliau selalu tersenyum setelah mendengar kabar tersebut.
Beliau pun berencana untuk segera mengabari suami dan keluarga besannya.
Bagas pun maju kehadapan Dokter dan ingin memperjelas apa maksud dari perkataannya.
"Maaf Dok, apa Dokter bisa mengulang perkataan dokter?" tanya Bagas dengan wajah yang sangat serius.
Dokter heran baru kali ini dirinya menemui seorang suami yang Istrinya hamil, tapi reaksinya seperti Bagas yang tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.
Dokter segera menjabat tangannya Bagas lalu tersenyum penuh kehangatan.
"Seperti yang tadi Saya katakan, selamat Pak istri anda hamil sudah tiga bulan," jelasnya lagi.
Wajah Bagas tidak bisa dibaca. Dia antara bahagia karena ada alasan yang sangat bagus untuk menuntut cerai dari Hyuna. Tapi, disisi lain ada secuil rasa sedih dan kecewa kenapa pria lain yang merenggut mahkota istrinya.
Diandra sedari tadi tersenyum penuh arti dan kelicikan.
"Ada cara dan alasan yang sangat bagus untuk Mas Bagas, agar segera meminta cerai kepada Hyuna secepatnya."
"Sepertinya Dokter salah, coba Dokter periksa ulang lagi, Saya yakin ada kesalahpahaman di sini," pinta Ibu Sulistiawaty di hadapan Dokter.
Beliau gembira sekali mendengar Hyuna hamil. Berarti rencananya berhasil untuk memberikan tiket liburan dan bulan madu ke Bali kurang lebih tiga bulan lalu.
Ibu Sulistiawaty ingin memastikan apa kah berita itu benar adanya atau hanya kesalahan dalam mendiagnosis saja.
"Kalau Nyonya kurang yakin dengan hasil pemeriksaan yang Saya lakukan, Anda bisa secepatnya ke Dokter untuk mendapat hasil pemeriksaan yang lebih akurat lagi," terangnya dengan senyuman yang sedari tadi terbit dari wajah Ibu dokter.
"Makasih banyak dokter," ucap Ibu mertuanya Hyuna.
"Sama-sama Nyonya."
Beliau pun mengantar Ibu Dokter hingga ke depan pintu. Dokter pribadi Bagas yang sudah lama menjadi dokternya itu.
Diandra segera mendekati Bagas, setelah melihat ibu mertuanya sudah tidak terlihat lagi tubuhnya yang berjalan ke luar mengantar Dokter.
"Mas ini berita yang sangat bagus loh, kalau perempuan itu hamil bukan Mas yang menghamilinya itu sangat bagus Mas, Kamu punya alasan yang kuat untuk menceraikan dia," ucap Diandra yang sangat sumringah dengan info itu.
Bagas yang diajak berbicara tidak merespon apa pun perkataan dari istri sirinya. Bagas sibuk dengan pemikirannya sendiri yang kecewa dengan kenyataan yang ada.
"Hey Mas!!" teriak Diandra dengan menggoyang lengannya Bagas yang berdiri mematung seperti patung bundaran Hi saja.
Diadra sudah nampak kesal dengan sikapnya Bagas yang seperti orang linglung saja. Diandra sudah emosi melihat tingkah Suaminya.
"Kalau Hyuna hamil, siapa yang menghamilinya? Kapan hal itu terjadi? selama Kami menikah sekalipun tidak pernah keluar rumah atau dia bertemu diam-diam dengan pria itu di luar sana di saat Aku tidak ada di rumah."
Berbagai macam pertanyaan muncul dibenaknya Bagas. Dia sangat tidak percaya dengan semua kenyataan yang ada.
"Apa jangan-jangan Mas yang menghamili perempuan bodoh itu? Mas Bagas sedari tadi terdiam dan menghayal."
Diandra kembali berusaha untuk menyadarkan Bagas sebelum terlambat. Diandra melihat ke sekelilingnya, mencari sesuatu benda yang bisa dipakai olehnya untuk membangunkan Bagas dari mimpi di siang bolongnya.
"Itu dia, ada buku yang cocok dipakai untuk memukulnya."
Diandra kemudian berjalan ke arah rak buku yang berdiri kokoh di dalam kamar minimalis itu. Kamar yang hanya berukuran 4x5 itu menjadi saksi bisu setiap luka, tangis sedihnya selama ini.
Diandra tanpa segan memukul kuat tangan suaminya dengan sebuah buku.
"Aauuhhh," keluhnya Bagas dengan mengelus lembut tangannya yang dipukul itu, lalu menatap tajam kearah Diandra yang sudah berwajah jutek melebihi nenek lampir.
"Makanya kalau diajak bicara telinga dipasang baik tuh, biar saya tidak bicara seperti orang gila."
Dia sangat kesal melihat sikap suaminya itu.
"Kenapa sih dia seperti itu? Aku harus bertanya padanya apa benar itu calon anaknya atau milik laki-laki lain."
Hyuna sedari tadi tertidur dan sedikit pun tidak terusik dengan perdebatan yang dilakukan oleh suami dan selingkuhannya itu.
"Mas tolong jawab yang jujur, apa benar bukan Mas yang menghamilinya atau Pria lain yang gak jelas orangnya?" tanya Diandra yang sangat ingin mengetahui kebenarannya.
"Apa Kamu sudah gila Haaa, tidak mungkin aku yang menghamilinya Diandra, Satu kali pun Aku tidak pernah menyentuhnya seujung kuku pun nggak," ucapnya dengan nada suara yang cukup tinggi dari biasanya.
Ibu Sulistiawaty yang mendengar perkataan dari mulut putra tunggalnya itu membuatnya shock dan terkejut dengan kenyataan yang ada.
"Bagas!! apa maksud dari perkataan kamu?" tanya ibunya
Ibu Sulistiawaty tadi tidak sengaja mendengar percakapan mereka tentang apa yang dialami oleh menantu kesayangannya itu.
Bagas dan Diandra bersamaan menoleh ke arah pintu, di mana keberadaan ibunya dengan wajahnya keheranan saking tidak percaya dengan kenyataan yang ada.
Diandra tersenyum ke hadapan mertuanya itu dengan senyuman khasnya yang selalu merendahkan orang lain itu.
Beliau pun berjalan ke arah Bagas lalu berkata,"Kenapa kamu bisu Bagas?, tolong katakan pada Ibu sejujurnya, apa yang terjadi pada menantu kesayangan ibu," tanya Ibu Sulistyowati yang berdiri di depan putra sulungnya itu.
Bagas seperti seseorang yang tidak tahu bicara apa pun. Lidahnya keluh seketika dan tidak menyangka jika ibunya yang akan mengetahui jika putranya bersikap seperti itu kepada Hyuna.