Chereads / Kemurnian Cinta Hyuna / Chapter 24 - Pilihan Yang Sulit

Chapter 24 - Pilihan Yang Sulit

Hyuna berjalan tertatih kembali ke dalam kamarnya. Apa yang barusan dilihatnya membuatnya akan mengambil keputusan yang sangat penting dalam hidupnya.

"Aku harus pergi dari sini, Aku tidak ingin membuat mereka menanggung beban dan malu hanya karena gara-gara diriku."

Hyuna menutup pintu kamarnya dengan sangat hati-hati. Hal itu dilakukannya agar tidak ada yang mengetahui, jika dia mendengar semua apa yang orang-orang itu katakan. Tujuan kedatangan mereka ke rumah Suaminya untuk mengusirnya.

Ia naik ke atas ranjang kecilnya lalu duduk menselonjorkan ke dua kakinya. Dia tidak lupa mengunci rapat pintunya. Air matanya tidak berhenti menetes walaupun sesaat saja.

"Ya Allah tolonglah hambaMu ini, Aku harus berbuat apa?"

Tubuhnya bergetar,air matanya menetes membasahi pipinya, kepalanya sedikit pusing. Seharian ini, belum ada sedikit pun makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Perutnya kadang bergejolak ingin muntah jika harus mencium bau aroma dari bumbu makanan.

Sedangkan di luar ruangan kamarnya, tepatnya di dalam ruang tamu. Bagas, ibunya serta Diandra bersitegang.

Mereka berdebat tentang apa kah harus segera mengusir dan menceraikan Hyuna atau bagaimana.

"Aku tidak sanggup mengusir bahkan untuk menceraikannya, gimana pun juga Hyuna adalah wanita yang baik."

Diandra yang melihat suaminya berdiri mematung dan tidak berbicara sedikit pun sedikit curiga.

"Apa Mas Bagas mulai tertarik dan tersentuh dengan nasibnya wanita jalang itu?"

Namanya juga Diandra, dia tidak kehabisan akal dan cara untuk melaksanakan ide dan taktiknya selama ini.

"Mas Bagas,kok diam saja, ayok bicara dong?" Dyandra menggoyang tubuhnya Bagas.

"Mas, apa Kamu tidak perduli dengan semua ultimatum yang diberikan oleh orang-orang tadi? Aku takut Mas gimana kalau gara-gara Hyuna membawa pengaruh jelek kepada calon bayi kita nantinya."

Ibu Sulistiawaty ingin sekali membuat Diandra terdiam sesaat dan tidak perlu repot-repot ikut campur dan membuang tenaganya untuk mengusir Hyuna.

"Diandra ibu mohon diamlah, apa hati nurani Kamu sedikit pun tidak merasa iba dan kasihan dengan kondisinya Hyuna?"

Diandra menunduk karena tidak ingin memperlihatkan wajahnya yang sudah kesal dan jengkel dengan sikap dan perkataan dari ibu mertuanya.

"Diandra!!! Hyuna itu sepupu Kamu, apa Kamu sudah melupakannya dan Kamu perlu tahu semua ini terjadi karena Kamu, hanya Kamu lah letak kesialan rumah tangga Bagas dan Hyuna."

Ibu Sulistiawaty menatap ke arah Diandra dengan penuh amarah. Diandra pun demikian bahkan semakin membenci Hyuna.

"Diam!!!" teriak Bagas.

Tangannya mengepal kuat, hingga urat-urat di buku tangannya terlihat dengan jelasnya. Matanya memerah dan membulat sempurna. Jakungnya berdenyut dengan kuat.

"Aku mohon diamlah!!!, tolong jangan menambah beban pikiranku, kalau Kalian seperti ini terus sama saja membuatku pusing."

Ibunya terdiam mematung dan menunggu keputusan dari anak sulungnya. Apa pun yang diputuskan oleh Bagas, itu yang terbaik untuk mereka terutama untuk Hyuna.

Diandra kembali mendekati suaminya dan berharap apa yang dia inginkan sesuai yang diputuskan oleh suaminya.

Mereka saling bertatapan satu sama lainnya. Mereka sama-sama memiliki keinginan yang berbeda.

"Untuk sementara biarkan Hyuna tinggal di sini sampai dia melahirkan, kasihan sama anaknya yang tidak berdosa itu."

"Apa!! Apa yang dipikirkan Mas sebenarnya? apa Mas Bagas tidak mengindahkan peringatan dan perkataan dari orang-orang tadi?"

Diandra tidak menduga jika suaminya mengambil keputusan seperti itu. Bahkan apa yang dia pikirkan berbeda dengan apa yang dia dengarkan.

"Tapi Mas!!! bagaimana jika gara-gara keputusan Mas membuat calon bayi kita nantinya ikutan sial dan pihak kepolisian datang ke rumah kita."

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa yang belum terjadi, Mas yakin kalau masyarakat pasti mengerti dengan jalan yang aku ambil, aku akan berbicara dengan Pak RT setempat."

Bagas yakin dengan pilihannya, Bagas juga tidak boleh egois Apa lagi selama ini keluarga angkatnya Hyuna, sangat banyak membantu hidup keluarganya hingga detik ini.

"Alhamdulillah makasih banyak nak, Ibu sangat bersyukur dan bahagia dengar apa yang Kamu pilih."

Ibunya sedikit bisa tersenyum lega mendengar penuturan putra tunggalnya itu.

"Tapi Mas!!"

Diandra terdiam sesaat mendengar suaminya yang berteriak di depannya. Diandra ingin menyanggah penjelasan Suaminya, tapi pasti akan sia-sia belaka.

"Stop Diandra!!!"

Diandra terdiam sesaat dan tidak berniat untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Mas mohon hormati keputusanku kali ini, Mas lakukan ini demi kebaikan kita sendiri, jadi Mas mohon jangan coba-coba untuk menentang semua ini."

Bagas berlalu dari hadapan Diandra setelah berbicara seperti itu. Diandra mengepalkan tangannya saking marahnya. Diandra sangat marah dengan sikap Bagas yang tidak seperti biasanya.

Ibu mertuanya juga sudah pergi dari tempat tersebut. Tinggallah Diandra seorang diri berdiri mematung. Ia pun mengambil hpnya lalu segera menelpon antek-anteknya.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Hyuna masih terjaga dan belum tertutup matanya.

Sedari tadi dia berusaha untuk memejamkan matanya tetapi, tidak berhasil. Hyuna lalu melirik ke arah jam yang terpasang di dinding kamarnya.

"Sudah jam 12 malam, mungkin mereka sudah tertidur."

Hyuna membuka lemari pakaiannya dan mengambil tas ransel kecilnya yang berada di rak paling bawah lemarinya.

Hyuna mengambil semua berkas penting di dalam laci lemarinya. Buku tabungan dan beberapa potong pakaiannya.

Air matanya terus menetes membasahi pipinya.

"Maafkan Hyuna Bu, ini jalan yang terbaik untuk kalian, aku tidak ingin gara-gara kehadiran dan kehamilanku membuat Ibu dan Mas Bagas sial dan menderita menahan malu."

Hyuna menatap mengelilingi seluruh ruangan kamar tidur yang hampir setahun ini dia tempati.

"Maafkan Hyuna Mas, maafkan Hyuna Bu, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, ini jalan yang terbaik untuk kita bersama."

Hanya sedikit pakaian yang dia bawa. Barang-barang yang dibelikan oleh Ibu mertua dan suaminya.

Hyuna menarik laci meja nakasnya. Dan mencari buku dan balpoin karena akan menulis surat khusus untuk ibu mertua dan suaminya.

"Ibu makasih banyak atas kasih sayang dan perhatian yang ibu berikan khusus untuk Hyuna, maafkan Hyuna ibu, belum bisa membalas kebaikan ibu dan bapak. Maafkan Hyuna sudah mengecewakan ibu dan belum bisa memenuhi keinginan ibu dan bapak."

Hyuna melipat kertas yang khusus untuk ibu mertuanya. Air matanya seakan tidak berhenti menetes membasahi wajahnya. Hyuna merobek selembar kertas lalu kembali menulis surat untuk Suaminya.

"Maafkan Hyuna Mas, setelah Mas baca surat ini, mungkin Hyuna sudah pergi jauh dari sini dari kehidupan mas dan yang lainnya. Jika mas ingin menceraikanku, Hyuna tidak marah, atau pun akan dendam. Aku tidak ingin menyusahkan Mas dengan kehadiranku terus di rumah ini, kalau Mas ingin bercerai dengan Hyuna, perlihatkan saja kertas ini insya Allah mereka akan mengabulkan keinginan dan tuntutan Mas Bagas di Pengadilan. Selamat tinggal Mas, aku bahagia sudah menikah dengan mas, maafkan Hyuna mas atas banyaknya masalah yang ditimbulkan olehku, semoga kepergian Hyuna membuat kalian bisa tenang dan bahagia."

Hyuna menyimpan dua buah kertas itu ke atas mejanya. Lalu perlahan berjalan ke arah luar. Hyuna celingak-celinguk melihat keadaan di sekelilingnya, dia tidak ingin ada yang melihatnya kabur dari sana.

"Maafkan bunda sayang, ini yang terbaik untuk Kita berdua, bunda janji akan menjaga dan merawat kamu dengan baik."

Dia mengelus perutnya yang sudah perlahan membesar diusia Kehamilannya yang sudah jalan tiga bulan.

Hyuna menutup pintu kamarnya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara apa pun.

Untungnya, Hyuna memiliki satu kunci cadangan yang bisa dia pakai minggat dari sana.

Berat hatinya untuk meninggalkan rumah yang begitu banyak memberinya sejuta kenangan.

Baru beberapa langkah Hyuna meninggalkan rumah besar itu, seseorang masuk ke dalam kamarnya.

By Kasma Sayang