Chereads / Kemurnian Cinta Hyuna / Chapter 22 - Kenyataan Tak Seindah Khayalan

Chapter 22 - Kenyataan Tak Seindah Khayalan

Keikhlasan mengantarkan kamu ke pintu yang dinamakan kesuksesan.

Bukan karena dia kuat, tapi karena Tuhan yang maha kuat bersama dengan langkahnya.

Terkadang cobaan menghampiri hidup kita, agar kita menjadi orang yang lebih sabar dan ikhlas untuk menghadapi segalanya.

Hal yang paling sulit dari hidup ini adalah menerima kenyataan pahit, percuma disesali jadikan saja pelajaran.

Kenyataan yang baru saja di dengar oleh ke dua telinganya membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

Hanya kata tidak mungkin yang hadir dan menghiasi pikiran dan hatinya. Rasa kecewa dan sedih bercampur aduk menjadi satu bagian yang siap menjatuhkannya ke dasar jurang terdalam.

Setelah mengetahui jika, pria yang merenggut mahkotanya adalah orang lain bukanlah Bagas Suaminya sendiri. Bahkan lengkap sudah kehancuran itu, disaat dirinya dinyatakan positif hamil anak pria lain.

"Ya Allah ini tidak mungkin!! apa yang harus Aku lakukan??, aku sudah sangat berdosa, maafkanlah Aku ya Allah."

Hanya air mata yang mampu menggambarkan dan mewakili perasannya saat itu juga.

Hyuna memukul kecil seluruh tubuhnya, bahkan dia sudah menarik rambutnya sangat kuat.

"Aku sudah kotor, tubuh ini sudah tidak suci lagi penuh dengan dosa," ucapnya lalu menggosok seluruh tubuhnya dengan sekuat tenaganya.

Ibu Sulistiawaty yang melihat Hyuna yang terduduk di lantai. Ia melihat Hyuna menyiksa dirinya sendiri langsung berjalan ke arahnya, kemudian berusaha untuk menahan tangannya dan mencegahnya untuk berhenti untuk menyiksa dirinya sendiri.

"Hyuna sayang, stop jangan seperti ini, apa yang Kamu lakukan ini tidak menyelesaikan masalah malahan akan memperparah kondisi kamu," ucapnya dengan memohon.

Ibu Sulistiawaty sangat sedih melihat kondisi menantunya itu, beliau ikut teiris hatinya. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa memberikan masukan, mencegahnya berbuat nekat.

Ibu Sulistiawaty memeluk erat tubuhnya Hyuna. Dia ikut menangis tersedu-sedu melihat Hyuna yang sudah sangat berantakan.

Apa yang dilakukan oleh Hyuna membuat Diandra semakin bahagia dan tertawa penuh kemenangan. Dia bahagia di atas penderitaan adik sepupunya itu.

"Rasakan, inilah akibatnya jika tidak mau bercerai dari Mas Bagas, aku sangat bahagia melihat kamu seperti ini, sepertinya ini harus dirayakan dengan berpesta pora."

Senyuman liciknya terbit dari ujung bibirnya Diandra. Andai saja Dia hanya berdua dengan Hyuna pasti dia akan terang-terangan tertawa terbahak-bahak. Tapi, itu tidak mungkin dia lakukan mengingat Bagas dan mertuanya ada di sana.

"Mas kalau seperti ini faktanya, apa Mas tidak malu memiliki istri yang katanya Sholeha itu tapi, ternyata hamil dengan pria yang tidak jelas asal usulnya," terang Diandra.

Ia berusaha untuk menghasut suami sirinya, agar Bagas segera mengambil sikap untuk segera menceraikan Hyuna.

"Mas, aku sebagai kakak sepupunya sangat malu dengan kejadian ini, aku pun tidak sanggup menghadapi orang luar jika mereka nantinya tahu, pasti tetangga akan menggunjing kita Mas," ucap Diandra.

Diandra mulai berpura-pura dan memerankan aktingnya. Dia mulai terisak dan meneteskan air matanya. Yang merengek dan bermanja-manja di lengan tangan kanannya Bagas.

"Ibu pikirkan baik-baik jika seluruh keluarga besar mengetahui jika, dia ternyata mengandung bayi dari pria lain, apa ibu tidak akan nantinya malu?" terang Diandra yang semakin menaruh minyak tanah di atas api.

"Jujur saja, Aku sangat malu dengan hal ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa jika Pak RT dan Pak RW mengetahui kebenaran ini," tuturnya lagi.

"Apa yang dikatakan oleh Diandra ada benarnya juga tapi, Aku harus bagaimana? tidak mungkin jika aku harus mengusirnya dari sini."

Bagas juga memikirkan berbagai macam pertimbangan. Dia juga tidak mungkin langsung memutuskan apa yang harus dia lakukan.

Bagas dilema dan kebingungan apa yang harus dia lakukan. Walaupun Dia sama sekali tidak mencintai Hyuna tapi, Dia masih punya hati nurani.

"Mas, ayok lah Mas ambil segera keputusan jika dibiarkan seperti ini terus Aku takut jika ada tetangga yang mengetahui hal tersebut dan nantinya akan berakibat fatal," ujar Diandra.

Beberapa saat kemudian, Ibu Sulistiawaty angkat bicara mengenai kemelut yang dialami oleh anak dan menantunya.

"Diandra ibu mohon diamklah, jangan memperkeruh suasana dan semakin menambah permasalahan menjadi besar," tegur Ibu Sulistiawaty.

"Apa yang dikatakan oleh Ibu ada benarnya, Mas mohon dengan sangat tolong jangan bicara lagi, Mas akan mencari solusi yang terbaik untuk masalah yang dihadapi oleh Hyuna," jelasnya.

Diandra sangat marah mendengar perkataan dan penjelasan dari Bagas dan mertuanya itu.

"Aku tidak akan tinggal diam sampai Kamu berhasil ditendang dari sini, aku akan mencari seribu cara untuk membuat Kamu diceraikan dan diusir dari sini."

Diandra menyunggingkan senyum licik khasnya. Sedang Hyuna terduduk seperti Orang yang kehilangan akal sehatnya saja. Menggoyangkan tubuhnya dan sesekali menyiksa dirinya dengan cara mencakar atau menarik rambutnya dengan sangat kuat.

"Aku harus segera bertindak dan tidak boleh menunda lebih lama lagi."

"Stop Nak, jangan seperti ini terus kasihan tubuh dan calon bayi Kamu," ujar Mertuanya yang semakin terisak dan sedih melihat Hyuna tidak hentinya menyiksa dirinya sendiri.

"Bagas bantu ibu bawa Hyuna ke dalam kamarnya," pinta ibunya.

Bagas segera melaksanakan perintah dari ibunya itu. Ibu Sulistiawaty dan Bagas memegang masing-masing tangannya Hyuna agar segera berjalan ke kamarnya.

"Kamu harus banyak istirahat Nak, Kamu sedang hamil, Ibu mohon jangan banyak pikiran."

Ibu mertuanya berusaha untuk menasehatinya agar Hyuna tidak berniat melakukan hal yang tidak baik yang nantinya akan merugikan dirinya sendiri.

Ibu Sulistiawaty ingin memanggil dokter untuk segera datang dan memeriksa keadaan Hyuna. Dia baru ingin menekan layar HPnya tapi, dicegah oleh Hyuna.

"Aku sebaiknya menelpon Dokter Ananda agar beliau bisa memeriksa kondisi dari Hyuna," ucapnya.

"Ibu, tidak usah menelpon dokter, Aku baik-baik saja kok," jelasnya.

Hyuna memegang tangan ibu mertuanya dan menggelengkan kepalanya. Perlahan Hyuna harus segera menguatkan dirinya sendiri. Dia tidak boleh terus berkubang dalam penyesalan dan kesedihan.

"Tapi, Nak," ucap Ibunya yang terpotong.

"Insya Allah Aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatir dengan keadaan Hyuna."

Hyuna memegang kedua tangan ibu mertuanya yang mulai terlihat tanda keriput di kulit ibunya.

"Maafkan ibu yah nak, ini semua terjadi gara-gara ibu yang menyarankan agar kalian berbulan madu ke Bali andai saja IB....," ucapan ibunya terpotong karena langsung dicegah oleh Hyuna.

"Ibu tidak punya salah apa pun sama Hyuna, semua ini sudah ditakdirkan dan menjadi garis tanganku," ujarnya.

Mereka saling berpelukan menyalurkan satu sama lain rasa yang ada di dalam dada mereka.

Pintu rumahnya tiba-tiba digedor dengan sangat kuat oleh seseorang. Mereka saling bertatapan tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Hingga suara ribut yang cukup keras membuat mereka terkejut dan segera berjalan ke arah luar. Ibu Sulistiawaty terperangah melihat apa yang terjadi sebenarnya di depan pintu.

Sincerity leads you to the door called success.

Not because he is strong, but because the all-powerful God is with his steps.

Sometimes trials come to our lives, so that we become more patient and sincere people to face everything.

The most difficult thing in life is to accept the harsh reality, it's useless to regret it and make it a lesson.