Ibu Sulistiawaty berdiri di hadapan anak-anaknya. Betapa shock dan tidak percayanya dengan apa yang dia dengar.
Bagaikan petir di siang bolong, berita tersebut mampu membuat lututnya bergetar, dan tidak mampu berdiri kokoh saking tidak percayanya dengan berita yang beliau dengar itu. Dia sangat tidak ingin mempercayai hal itu.
"Bagas jelaskan pada ibu, apa yang terjadi sebenarnya di sini?" ucap ibunya yang tiba-tiba itu dengan wajahnya yang penuh dengan tanda tanya.
Bagas dan Diandra menoleh ke arah ibunya. Bagas tidak tahu jika ibunya menguping pembicaraan mereka.
"Ibu," ucapnya singkat.
"Bukan perkataan seperti itu yang ibu ingin dengar Bagas, tapi Ibu menginginkan Kamu menjelaskan kepada Ibu, apa sebenarnya yang terjadi di dalam rumah tanggamu?"
Diandra tersenyum bahagia karena akhirnya mertuanya mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di dalam rumah tangganya.
"Ini yang aku tunggu-tunggu sedari dulu."
"Bagas, Ibu mohon jujurlah nak kepada Ibu," pinta ibunya menggoyangkan tubuhnya Bagas agar segera berbicara.
Bagas ingin sekali berbicara, tapi dia tidak tahu harus berbicara dari mana dulu. Dia tidak ingin membuat terlalu dalam rasa kecewa yang ibunya rasakan.
"Mas Bagas!! ayok jawab pertanyaan dari Ibu, kenapa Mas hanya terdiam saja," ucapnya yang heran melihat Bagas yang membisu.
Ibu Sulistiawaty melihat tajam ke arah Diandra. sedangkan yang ditatap malahan cuek saja dan tidak perduli dengan arti tatapan mertuanya itu.
"Diamlah!! aku tidak ingin mendengar apa pun dari Kamu, ibu ingin mendengar dari mulutnya Bagas, bukan orang luar seperti kamu" sarkas Ibu Sulistiawaty.
Diandra menatap jengah ke arah mertuanya itu.
"Dari pada nungguin Bagas membuka mulutnya, lebih baik Saya yang jelaskan pada Ibu apa sebenarnya yang terjadi di dalam rumah ini,"
Bagas menatap ke arah Diandra dan seakan-akan memohon untuk tidak berbicara apa pun lagi.
Diandra yang ditatap seperti itu tidak gentar sedikitpun dan menyurutkan niatnya untuk membuka mulutnya.
Bagas berdiri seperti orang yang linglung saja, dia sangat tahu apa yang terjadi pada nasibnya Hyuna, Tapi di sisi lain, dia tidak ingin ada orang lain lagi yang tahu masalah yang mereka hadapi.
"Dari awal pernikahan Mas Bagas dengan Hyuna hingga detik ini, Mas Bagas tidak pernah sedikit pun menyentuh Hyuna apa lagi untuk berhubungan badan dan menunaikan kewajibannya Mas Bagas,"
Bagas menatap ke arah Diandra dengan wajah memelas agar tidak melanjutkan perkataannya. Diandra kembali cuek dan tidak ingin berhenti menjelaskan semuanya. Menurutnya tidak ada juga gunanya untuk menutupi semuanya di hadapan Ibunya Bagas.
"Bukan Mas Bagas yang menghamili Wanita itu, tapi pria lain yang Kami tidak ketahui siapa orangnya," ucap Diandra lalu menunjuk ke arah Hyuna yang berbaring lemah.
"Apa!!! itu tidak mungkin Diandra, Hyuna itu perempuan baik-baik yang akan selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya, tidak seperti Kamu yang akan melakukan apa pun untuk melancarkan keinginanmu," sanggah Ibunya.
Diandra hanya tersenyum meremehkan saja.
"Kalau gitu, kenapa Dia bisa hamil sedangkan Mas Bagas sama sekali tidak pernah tidur bersamanya, bahkan waktu Kami ke Bali, Mas Bagas selalu bersamaku sedikit pun tidak pernah meninggalkan Aku," jelasnya.
"Gimana putraku bisa pergi jauh dari Kamu? Kamu selalu menempel ke mana pun Bagas pergi, bahkan saking takutnya Kamu jika Bagas pergi ke kamarnya Hyuna," terang ibu mertuanya.
"Tapi putramu suka dengan apa yang aku lakukan, kalau Ibu keberatan yah ngomongnya sama putra ibu bukan sama Saya," tutur Diandra.
"Dasar wanita ular loh, ini semua terjadi gara-gara Kamu, hati nurani Kamu di mana? dengan teganya Kamu menggangu rumah tangga sepupumu sendiri, Kamu itu manusia atau ular yang menggigit Hyuna demi kebahagiaan Kamu," balas Ibu mertuanya.
"Aku tidak perduli sedikit pun dengan semua perkataan ibu, yang jelasnya Bagas sangat mencintaiku dan segera akan menceraikan dia," ucapnya dengan melipat tangannya di depan dadanya dengan gaya songongnya.
"Dasar perempuan tidak tahu diri, tidak punya perasaan, ibu yakin suatu saat Kamu akan mengalami hal seperti ini juga bahkan akan lebih parah dari yang di alami oleh Hyuna,"
"Aku mohon kalian diamlah, perdebatan kalian membuat kepalaku semakin pusing saja," ucap Bagas.
Bagas yang tidak tahu harus bagaimana menghentikan mereka agar berhenti untuk berbicara dan saling menyalahkan satu sama lain.
"Bagas yang salah di sini bukan siapa pun, ini semua terjadi gara-gara Bagas Bu, karena Bagas yang tidak mencintai Hyuna walaupun Bagas sudah mencoba dan berusaha untuk melakukannya, tapi hasilnya tetap sama cintaku hanya untuk Diandra bukan untuk Hyuna," jelas Bagas.
"Ibu, dengarkan baik-baik semua perkataan Mas Bagas, dua hanya mencintaiku bukan wanita itu," timpalnya.
"Diandra stop, Mas mohon diamlah, biarkan Mas saja yang berbicara di sini," tegasnya.
Ibunya semakin shock baru segitu perkataan yang terucap dari mulut putra tunggalnya itu, beliau sudah yakin apa yang telah terjadi.
Air matanya pun mulai menetes membasahi pipinya. Rumah tangga anaknya yang dia anggap baik-baik saja dan dia gadang-gadang akan berakhir dengan penuh kebahagiaan ternyata menyimpan sejuta luka dan penderitaan untuk Hyuna.
Bagas yang melihat ibunya menangis segera berjalan ke arah ibunya lalu memegang kedua tangan ibunya mulai ada tanda-tanda keriput dimakan usia.
"Ibu maafkan Bagas, Bagas tidak mencintai Hyuna, bayi yang di dalam kandungan Hyuna bukanlah milik Bagas Bu," ucapnya.
Perkataan yang terlontar dari bibirnya Bagas bersamaan dengan terbukanya ke dua mata Hyuna setelah sadar dari pingsannya. Dia tergugu dalam tangisnya.
"Itu tidak mungkin, pasti ada kesalahan di sini, pasti Mas Bagas lupa karena waktu itu mabuk saat masuk ke dalam kamarku."
Hyuna kembali pura-pura tertidur dan ingin mendengar lebih banyak dan lebih jelas lagi perkataan mereka.
"Maafkan Bagas Bu, Bagas tidak pernah sedikit pun menyentuh apa lagi untuk berhubungan intim dengan Hyuna, jadi calon bayi yang ada di dalam rahimnya adalah bukan anakku."
Jederrrrr....
Kejujuran yang baru saja Bagas ungkapkan adalah boomerang untuk Hyuna. Bagaimana tidak, begitu bahagianya setelah sepulang dari Bali. Senyuman manis sering menghiasi wajahnya.
Tapi, saat ini sebuah kenyataan yang baru dia dengar langsung dari mulut suaminya, membuatnya tersadar dari kebahagiannya. Impian melambung tinggi hingga ke ujung langit tingkat ke tujuh. Saat ini langsung dihempas ke dasar lembah penyesalan dan kecewa yang paling terdalam.
Dia langsung bangkit dari baringnya, dan berjalan terseok-seok ke arah Bagas, kepalanya yang masih pusing, rasa mual yang tiba-tiba membuatnya berjalan tertatih.
"Mas Bagas apa yang barusan mas katakan? katakan kalau itu semua bohong Mas," pinta Hyuna yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Bagas.
Bagas mengelus Wajahnya dengan gusar dan tidak menyangka, jika Hyuna sudah sadar dari pingsannya.
Hyuna tidak berhenti menggoyang tubuhnya Bagas. Agar Bagas segera membuka mulutnya untuk berbicara jujur dan menjelaskan kepadanya apa sebenarnya yang terjadi.
"Maafkan Mas Hyuna, bayi yang Kamu kandung itu bukanlah bayiku."
Deerrrrrrr...
Perkataan itu mampu membuat Hyuna berdiri mematung di tempatnya.
"Itu tidak mungkin?!!!!!