Ketika seorang laki-laki tidak tidak bisa bersyukur, dia tidak akan mendapatkan rumah tangga yang sakinah. Begitu juga istrinya. Ketika suami tidak bisa mensyukuri keadaan istrinya, selalu membandingkan istrinya dengan wanita lain maka yang di dapat bukan kesenangan dalam rumah tangga, tetapi justru tekanan dan penderitaan.
Begitu juga istri, ketika selalu membandingkan suaminya dengan orang lain dan meremehkannya maka yang terjadi adalah kehancuran.
Diandra sangat bahagia setelah mengetahui dirinya telah hamil. Diandra bahkan baru menyesal selama ini sudah memakai alat kontrasepsi secara diam-diam tanpa sepengetahuan dari Bagas.
"Kenapa bukan dari dulu yah saya memilih hamil saja, pasti Mas Bagas tidak akan menikahi saya secara sirih," Diandra memperhatikan dirinya di dalam cermin dan membayangkan dirinya hamil besar.
Keesokan harinya Bagas dan Diandra memilih cuti satu hari, karena akan mengantar Diandra ke Rumah Sakit untuk memeriksakan kehamilannya. Mereka ingin memastikan apakah Diandra benar-benar hamil.
Bagas terlebih dahulu kebagian pendaftaran untuk mendaftarkan nama Diandra di dalam antrian yang cukup panjang itu. Saat itu banyak sekali ibu-ibu hamil yang juga datang memeriksakan kehamilannya.
Sedangkan Diandra duduk di kursi tunggu bagaikan Nyonya besar saja, dibandingkan dengan ibu hamil lainnya. Bagas sangat bahagia setelah mengetahui jika Diandra hamil dan awalnya Ia akan memberitahukan berita bahagia tersebut kepada kedua orang tuanya, tapi dicegah oleh Diandra.
Diandra beralasan jika saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahukan berita tersebut kepada mertuanya.
Beberapa saat kemudian, Perawat memanggil nama Diandra dan gilirannya lah yang akan diperiksa di dalam ruangan pemeriksaan dokter khusus kandungan.
Dokter pun memerintahkan kepada Diandra untuk berbaring di atas ranjang.
"Silahkan berbaring ibu, Saya akan memeriksa kondisi ibu," perintah dokter dengan suara yang begitu lembut dan pelan.
"Coba diangkat sedikit pakaiannya karena Saya akan mengoleskan jel ini ke atas perut ibu sebelum kita periksa," titah Dokter.
Dokter segera mengoleskan jel ke atas perutnya Diandra. Setelah diolesi jel, Dokter pun mengarahkan alat deteksinya ke atas perut Diandra yang masih datar itu.
Dokter pun berkata, "coba lihat ke layar bayi Ibu dan Bapak masih sangat kecil sebesar biji kacang, usia kandungan ibu baru jalan dua bulan."
Dokter yang memeriksa Diandra menjelaskan beberapa hal yang sangat perlu diketahui oleh Ibu muda maupun ibu yang sudah berulang kali mengandung.
"Makasih banyak Dok," ucap Bagas dan Diandra.
Mereka sangat bahagia dengan kehamilan Diandra. Terutama Bagas yang sedari dulu menantikan saat-saat seperti sekarang ini. Sedangkan Diandra tersenyum licik dan bangga karena mendapat cara dan taktik baru untuk membuat hati Hyuna hancur berkeping-keping.
Mereka pun duduk di hadapan Dokter, dokter menuliskan beberapa resep obat dan vitamin yang baik khusus untuk Ibu hamil.
"Dokter berikan obat dan vitamin yang paling terbaik untuk istriku," ucap tiba-tiba Bagas sambil sedari tadi menautkan tangannya dengan tangan Diandra.
Dokter hanya tersenyum menanggapi perkataan dari Bagas.
"Ini resepnya sesuai dengan permintaan suami Nyonya, tolong dijaga baik kandungannya dan jika butuh untuk berkonsultasi silahkan datang saja ke sini," ucap dokter.
"Makasih banyak Dok," ucap Diandra.
Mereka pun meninggalkan ruangan dokter tersebut. Wajah mereka selalu berseri-seri saking bahagianya. Mereka tidak tahu ke depannya kehidupan mereka yang dijalaninya akan seperti apa.
Mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya, karena Bagas tidak ingin membuat Diandra capek dan akan berakibat tidak baik untuk kehamilannya.
"Ingat mulai hari ini Kamu resing dari Kantor dan hanya fokus menjaga dan merawat calon bayi kita," ucap Bagas sambil mengelus lembut perut datar Diandra.
Bagas kemudian melajukan mobilnya untuk segera pulang.
"Siap sayang itu pasti, aku akan menuruti semua permintaanmu apapun itu demi kesehatan calon bayi kita," jawabnya yang sedari tadi tangannya masih setia menggenggam lengannya Bagas.
Diandra menyandarkan kepalanya di pundaknya Bagas. Diandra semakin bersikap mesra karena merasa sudah berhasil membuat Bagas semakin bertekuk lutut di hadapannya.
Mobil yang mereka pakai pun sudah terparkir di Garasi Rumahnya. Diandra yang melihat Hyuna saat sudah berada di dalam ruangan tamu yang sedang membersihkan beberapa furniture dan barang-barang rumah mereka sengaja berteriak dengan suara yang cukup keras.
"Sayang aku haus nih dedek bayi kita ingin minum jus alpukat sayang," ucap Diandra lalu berbaring di kursi panjang di ruang tengahnya.
Diandra berulah lagi dan sengaja melakukan hal itu agar menarik simpati dari Bagas dan menjadikan Hyuna sebagai perawat dan pembantunya untuk selalu siap melayaninya setiap saat.
Bagas segera memanggil Hyuna, meminta Hyuna untuk membuatkan minuman yang diinginkan oleh Diandra sesuai dengan permintaannya.
"Hyuna!!" panggil Bagas dengan suara yang cukup keras yang menggema ke seluruh ruangan.
"Iya Mas tunggu," Hyuna berjalan tergopoh-gopoh setelah mendengar teriakan dari Bagas.
Hyuna berjalan cepat karena tidak tidak ingin mendapatkan omelan dari Diandra ataupun Bagas.
"Tolong!! buatkan jus alpukat untuk Diandra, ini permintaan dari bayi kami," ucap Bagas yang sama sekali tidak menghiraukan perasaan dari Hyuna.
"Baik Mas, Saya akan segera buatkan sesuai dengan permintaan Diandra," ucap Hyuna lalu berjalan ke arah dapur untuk membuat minuman sesuai dengan pesanan dari Diandra.
Baru beberapa langkah kakinya Hyuna melangkah harus terhenti dengan suara yang mampu mengitrupsinya.
"Hei jangan pergi dulu dong aku kan belum selesai ngomong," ucap Diandra.
Hyuna kembali memutar balik badannya yang berdiri mematung di hadapan Diandra dan Bagas, sedangkan Bagas yang hanya asyik memainkan hpnya tanpa perduli sedikitpun kepada Hyuna yang sudah nampak kelelahan.
" Aku juga minta roti bakar dengan topping coklat, tapi tidak pakai gula jusnya pun jangan ditaruh gula sedikitpun," perintah dari Diandra.
"Iya,"ucap singkat Hyuna.
Seperti itulah setiap hari kebiasaan baru Hyuna yang melayani semua kebutuhan suaminya dan juga Diandra dengan penuh kesabaran.
Tidak terasa usia kandungan Diandra sudah jalan empat bulan. Tubuh Diandra juga sudah berubah seperti buntalan karung goni dan sudah sudah sangat susah untuk berjalan. Hal itu terjadi karena Diandra hanya duduk dan berbaring kerjaannya saja setiap harinya. Hyuna akhir-akhir ini merasa ada yang aneh dengan bentuk tubuhnya yang naik beberapa kilo.
Beberapa hari kemudian kedatangan ibu mertuanya membuat momok baru untuk Diandra dan Bagas. Pasalnya ibu Sulistyowati tanpa sengaja melihat kenyataan yang begitu pahit dan memilukan yang tidak pernah dia sangka dan dia duga sebelumnya.
Ibu Sulistyowati tidak mengetahui jika pernikahan putranya begitu menyimpan aib yang membuatnya terpukul begitu kerasnya. Kedatangan mertua Hyuna tanpa ada kabar atau pemberitahuan sebelumnya, jika beliau akan datang berkunjung ke rumahnya Bagas.
Mata kepala dan telinganya menjadi saksi bisu dari perselingkuhan putra tunggalnya yang selama ini dia bangga-banggakan. Air mata ibu Sulis menetes membasahi pipinya yang nampak keriput itu di usianya yang sudah menginjak kepala ini enam.
Beliau tidak menyangka, jika pernikahan anaknya menyimpan duri dan aib yang begitu membuatnya kecewa dan terjatuh ke dalam dasar sakit hati yang paling terdalam.
Terlampau sering kau buang air mataku
Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku Tak banyak inginku, jangan kau ulangi Menyakiti aku sesuka kelakuanmu
Aku bukan manusia yang tidak berfikir Berulang kali kau lakukan itu padaku
Jika cinta dia, jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia, aku coba mengerti
Teramat sering kau membuat patah hatiku Kau datang padanya, tak pernah ku tahu
Kau tinggalkan aku disaat ku butuhkanmu Cinta tak begini selama ku tahu
Tetapi ku lemah kar'na cintaku padamu
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia aku coba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku.