Istri adalah tulang rusukmu. Ia bukanlah wanita yang bisa engkau suruh-suruh. Perlakukan lah ia dengan kelembutan, maka Ia akan lembut dari perlakuanmu.
Hyuna pamit ke dalam kamarnya saat ibu dan Ayah mertuanya sudah beristirahat di dalam kamar mereka.Hyuna ingin melaksanakan sholat ashar.
"Ya Allah bagaimana caranya Aku bisa hamil dan memiliki seorang anak? sedangkan disentuh saja belum pernah sedikit pun apa lagi untuk melakukan hubungan suami istri."
Wajah Hyuna nampak sedih dan murung di saat kedua mertuanya membahas tentang anak, tetapi hyuna tidak ingin memberikan beban fikiran untuk ke dua orang tuanya.
Hyuna memilih jalan itu karena Hyuna sangat menyayangi ke kedua mertuanya layaknya orang tua kandungnya sendiri.
Hyuna pun tidak membuat orang tua yang seharusnya hidup dengan nyaman harus terbebani dengan permasalahan rumah tangganya.
Hyuna juga tidak ingin ada orang lain yang yang mengetahui hubungan rumah tangganya yang tidak sehat dan biduk rumah tangga nya yang bermasalah sejak awal mereka menikah.
Walaupun Bagas mendiamkan dirinya bahkan sikap Bagas terkesan kasar dan arogan kepadanya, tetapi Hyuna tidak ingin hal tersebut sampai tercium keluar dari rumahnya. Kekurangan tersebut adalah aib dalam kehidupannya.
Untuk Hyuna permasalahan tersebut cukup lah dia saja yang tahu walaupun tidak ada seorang pun yang bisa menyembunyikan yang namanya bau bangkai. Ada pepatah yang mengatakan sepintar-pintarnya seseorang menyimpan sesuatu apapun itu, lambat laun pasti akan terendus juga ke khalayak umum.
" Bu, Hyuna pamit ke kamar dulu ya soalnya hyuna belum sholat ashar," ucap Hyuna saat berpamitan kepada ibu mertuanya.
Hyuna berjalan dengan lunglai dan gontai sedang pikirannya tertuju kepada apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya yaitu sudah menginginkan kehadiran seorang bayi di tengah-tengah mereka.
"Ayah, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Hyuna?" tanya Ibu Sulistiawaty saat sedang bersantai di dalam kamarnya.
"Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, Saya melihat Hyuna baik-baik saja kok, yakinlah sama mereka kalau mereka itu tidak memiliki batu sandungan dalam rumah tangganya," Jawab Pak Handoko.
"Semoga saja apa yang Ayah katakan sesuai dengan kenyataannya, dan Ibu berharap kita segera diberikan cucu," jelasnya.
"Amin, sini baring bersama Ayah," ucap Pak Handoko lalu menepuk ranjang kosong yang ada di sampingnya.
"Iya, Ibu pun tidak sabar ingin segera menimang cucu dari Hyuna pasti cucu kita kan cantik seperti maminya dan cakep seperti papinya jika Hyuna yang melahirkan," ucap ibu sulistyowati di hadapan suaminya.
"Iya, Ayah pun sama dengan pemikiran ibu, tapi mau diapa jika Allah belum memberikan mereka rezky dan kepercayaan, kita bisa apa bu, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka jangan memberikan beban kepada mereka," terang pak Handoko.
"Betul sekali yang dikatakan Ayah, kita hanya bisa berdo yang terbaik untuk keduanya," ucap ibu Sulistyowati.
Wajarlah mereka berharap segerah memiliki seorang cucu, karena pernikahan kedua anaknya sudah hampir berjalan satu tahun, tapi hingga saat ini tidak ada tanda-tanda jika menantunya akan segera hamil juga.
" Bagaimana kalau kita sarankan kepada mereka untuk berbulan madu saja," kata ibu sulistyowati kepada Pak Handoko.
" Kalau menurut Ayah sih, itu ide yang bagus dan mudah-mudahan sepulangnya mereka dari sana, bisa membawa kabar baik untuk kita," tutur Pak Handoko Ayahnya Bagas.
"Nanti kalau Bagas pulang kerja kita tanya dia saja yah," timpal ibu Sulistyowati.
Setelah melaksanakan shalat ashar Hyuna ke dapur akan membuat kue untuk kedua mertuanya. Setelah kuenya sudah matang Hyuna tak lupa membuatkan minuman dingin untuk kedua mertuanya tersebut.
Hyuna sangat bahagia karena kedua mertuanya sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri bahkan, mereka tidak pernah membedakan antara anak kandungnya sendiri dengan anak menantunya.
Ada secercah bahagia yang dirasakan oleh oleh Hyuona dari perhatian yang di curahkan oleh kedua mertuanya kepadanya. Walaupun Bagas sama sekali tidak mencintainya.
Hyuna membawa makanan yang berhasil dibuatnya serta minuman yang telah dibuatnya dengan tangannya sendiri ke hadapan kedua mertuanya. Hyuna menyuguhkan makanan tersebut di atas meja.
" Silahkan dicicipi kuenya Ibu , Ayah," ucap Hyuna sambil ikut duduk di samping Ayah mertuanya Pak Handoko.
"Kue buatanmu ini sungguh lezat dan enak kemampuan dari Mama Kamu mewariskan dengan baik," ucapan Pak Handoko.
"Benar yang Ayah katakan,
buatan Hyuna sangat lezat dan rasa kuenya sangat enak Bu, bahkan mengalahkan buatan ibunya sendiri," puji Ibu mertuanya.
"Makasih banyak ibu, Ayah kalian terlalu memuji Hyuna, padahal menurut Hyuna masakanku itu biasa saja kok, tidak ada istimewa nya cuma kue yang sering dibuat oleh ibu ibu lainnya," ucap Hyuna yang tersenyum malu-malu setelah mendengar pujian dari mertuanya.
Pandangan mata mereka tertuju kepada pintu yang tiba-tiba terbuka lebar, Hyuna tersenyum manis menyambut kedatangan suaminya. Hyuna pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Bagas, tetapi Bagas sama sekali tidak perduli dengan senyuman manis dan perhatian tulus yang diberikan oleh Hyuna.
Bagas hanya menyodorkan tas kerjanya saja dengan jasnya. Raut wajah Hyuna yang awalnya tersenyum manis langsung berubah drastis setelah melihat dengan jelas sosok perempuan ikut berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Hyuna kaget setelah mengetahui siapa perempuan yang mengekor di belakang suaminya. Hyuna bertanya-tanya kenapa bisa Diandra ikut bersama dengan suaminya tersebut. Hyuna pun melihat sekilas jika Diandra satu mobil dengan Bagas.
"Ya Allah kenapa mereka bisa satu mobil berdua, entah kenapa ada perasaan aneh dan heran kenapa mereka barengan pulangnya?"
Bagas menatap tajam ke arah Hyuna karena tidak menegur sama sekali kepada Diandra. Hyuna hanya berdiri mematung dengan penuh kebingungan seperti orang bodoh saja.
Pak Handoko mengerutkan keningnya melihat kedatangan Diandra bersama Putranya apa lagi Diandra memakai pakaian yang sangat kekurangan bahan itu.
"Kenapa hati ini berkata ada yang aneh dengan sikap putraku Bagas dan Sepupunya Hyuna, tapi semoga saja firasat aku ini salah."
Tatapan tajam yang dilayangkan oleh Bagas untuknya sehingga Hyuna langsung bergerak cepat dan mempersilahkan Diandra.
"Silahkan masuk Diandra," ucap Hyuna yang tetap tersenyum walaupun di dalam hatinya penuh tanda tanya.
Hyuna pun menoleh dan memperhatikan ke arah luar dan mencoba mencari mobil Diandra yang biasa dia pakai ke mana pun dirinya pergi, tapi Hyuna hanya melihat mobil suaminya saja yang ter parkir di garasi. Hyuna pun berjalan ke arah kamarnya untuk menyimpan tas kerja dan dan jasnya.
Hyuna mengendus jasnya Bagas setelah tanpa sengaja mencium bau parfum seorang perempuan dari jasnya Bagas. Hyuna tidak ingin berpikiran buruk dan jelek tentang hal tersebut dan segera menghilangkan pikiran negatif nya tentang kelakuan suaminya di luar sana.
Tepat jam 07.00 malam mereka sudah berkumpul di ruang tengah untuk makan malam, mereka sudah duduk di kursi meja makan. Berbagai jenis makanan yang sudah dimasak oleh Hyuna tersaji di atas meja tersebut dan tertata dengan rapi.
Semua makanan yang dimasak oleh Hyuna selalu menggiurkan dan membuat selere makan ibu dan Ayah mertuanya semakin bertambah. Hyuna kembali mendapatkan berbagai macam pujian dari kedua mertuanya, hal ini yang membuat Diandra semakin benci dan marah kepada Hyuna, sehingga wajahnya tampak seperti nenek lampir saja.
"Seharusnya aku yang duduk di sana dan mendapatkan pujian itu bukan dia, si perempuan kampungan," Diandra bersungut-sungut kesal mendengar berbagai pujian itu sehingga membuat kupingnya terasa panas saja.
"Kamu memang pintar masak nak," puji ibu Sulistyowati.
"Iya dari kue hingga semua makanan yang tersaji di hadapan kita rasanya memang sangat enak dan pantas mendapatkan berbagai pujian dan tentunya makanan ini membuat perut kita tidak lapar lagi," ucap canda pak Handoko.
" Alhamdulillah kalau ibu dan Ayah menyukai semua masakan Hyuna, sangat senang mendengarnya," ucap Hyuna yang tersenyum malu-malu.
Diandra sejak tadi tidak menyukai dengan sikap kedua calon mertuanya yang terlalu ramah terhadap Hyuna, bahkan kasih sayang mereka curahkan hanya untuk Hyuna seorang sedangkan untuk dirinya hanya sekedar basa-basi saja.Hal itu membuat Diandra sangat marah sehingga telinganya sudah panas mendengar berbagai pujian yang dilontarkan kepada masakan Hyuna. Wajahnya Diandra sudah jutek, tetapi Bagas mengetahui hal tersebut dan langsung memegang tangan Diandra untuk menenangkannya yang berada di bawah meja makan.
" Diandra, Kamu juga makan yang banyak, tante lihat badan Kamu kok tambah kurus yah? tidak seperti terakhir tante lihat Kamu loh?" ucap ibu Sulistyowati yang mengambil makanan untuk Diandra.
" Makasih banyak tante," ucap Diandra yang ucapannya dibuat lebih lembut di hadapan ibu dari kekasihnya tersebut.
" iya Diandra badan Kamu terakhir kalinya aku juga lihat nggak kayak gini deh, ayo nambah makannya tidak usah malu-malu kok, anggap saja di sini rumah Kamu sendiri," ucap tulus Hyuna.
"Ini semua gara-gara Kamu perempuan sial, andai saja Kamu menolak perjodohan kalian waktu itu pasti aku tidak akan seperti ini."
Diandra ngomel-ngomel menahan amarahnya sambil mengaduk-aduk makanannya yang ada di atas piringnya dengan sendoknya.
Apa apa yang dilakukan oleh Diandra mendapat perhatian khusus dari Bagas, segera berusaha menghentikan reaksi dan tingkah laku dari Diandra. Bagas ketakutan jika sikap dari Diandra terus berlangsung hingga menimbulkan kecurigaan dari kedua orang tuanya.
Mereka makan malam dengan penuh nikmat, tidak ada lagi yang berbicara di antara mereka lagi, hanya menikmati makanan yang tersaji di hadapannya. Tapi, ada sedikit rasa curiga yang muncul di dalam lubuk hatinya setelah melihat interaksi antara Bagas dengan Diandra di mata ibu Sulistyowati, tapi kembali lagi ibu Sulistyowati tidak ingin suudzon terhadap putranya sendiri.
"Ya Allah semoga apa yang aku pikirkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, moga hanya kecurigaan semata saja."
Bersambung..
Makasih banyak atas dukungannya 🙏
Jangan Lupa untuk memberikan masukan dan Sarannya ✌️
by Kasma Sayang
Makassar, Senin, 06 Juni 2022