Jam alarm ponsel Neti berbunyi, Neti masih berada di atas pangkuan Isaac dan menungganginya. Ia mengerang dan nafasnya tidak beraturan, tubuhnya terguncang oleh hentakan Isaac yang berbaring di bawahnya. Mereka menginap di apartement Isaac, setelah pulang makan malam, Isaac merengek untuk mengajak Neti menginap di tempatnya. Tangan mereka saling berkaitan, Isaac menahan tubuh Neti yang terguncang dengan indah di atasnya. Ketika di rasanya ia hampir mencapai puncaknya, Neti meremas tangan Isaac dan mengeram menutup matanya, Isaac pun semakin cepat bergerak menyusul Neti agar mereka bisa bersamaan. Neti menjerit kecil dan melenguhkan kepalanya, selang tak lama kemudian Isaac menghentak Neti keatas yang membuat Neti menjerit kembali. Isaac bangkit duduk dan memeluk Neti, tubuh mereka basah oleh keringat tanpa sehelai kain di tubuh mereka. Hangat dari tubuh merekalah yang seakan melindungi mereka dari dingin.
Isaac menelusupkan kepalanya di dada Neti,tersenyum mendengar detak jantung Neti yang terdengar sangat merdu di telinganya. Mereka bersama mengatur nafas sampai kembali teratur, Neti mengelus rambut Isaac dan mengelus punggungnya, tubuhnya masih terasa penuh karena Isaac masih berada di dalamnya, ia tersenyum merasakan sensasi luar biasa ketika tubuh Isaac masih berada di tubuhnya. Isaac mengadahkan kepalanya dan tersenyum melihat Neti, ia mencium Neti dengan lembut, tangan mereka saling membelai satu sama lainnya. Ciuman Isaac turun ke leher Neti, menjilat setiap jengkal tubuhnya yang membuat Neti tertawa geli lalu ia melihat jam di meja nakas ranjang Isaac yang menunjukkan pukul 6 pagi.
"sayang, sudah jam 6" bisik Neti tapi tidak menghentikan Isaac menciumi kedua payudara Neti
"sayang, udah ah.. ayo siap-siap" Neti menarik wajah Isaac dengan mulutnya yang memerah, ia melihat ke arah jam
"baiklah 5 menit lagi, no debat" kata Isaac dan kembali dengan kegiatannya yang membuat Neti tertawa dan membusungkan dadanya.
Mobil Isaac melaju cepat karena mereka sudah sangat terlambat menuju ke RS. Neti menggelengkan kepalanya dan sesekali memperingatkan rambu-rambu kepada Isaac. Neti menyuapkan sepotong roti untuk Isaac yang sedang menyetir dan ia tersenyum dengan perlakuan Neti padanya. Hatinya sungguh sangat bahagia hari ini, ia memulai harinya dengan seks yang hebat bersama gadis yang di cintainya dan kasih sayang Neti padanya untuk setiap hal kecil yang Isaac lakukan. Dan ia ingin hidupnya seperti ini setiap hari, dengan Neti di sampingnya atau Neti di atasnya seperti tadi pagi, mengingatnya saja membuat tubuh Isaac berdesak ketat. Ia menarik tangan Neti dan menciumya, Neti tersenyum dan kembali menyuapinya..
Neti merapihkan ruangan Lydia,menaruh map pasien di mejanya lalu keluar ruangan. ia melihat Lydia datang, tapi ia tampak aneh, raut wajahnya tampak kesal, seorang laki-laki berkemeja abu-abu dengan kacamata tak berbingkai mengikuti Lydia di belakangnya. Lydia berpesan pada Neti untuk mengoper sebagian pasiennya kepada Dr. Paskalis karena ia sedang ada tamu. Neti mengangguk dan meninggalkan ruangan Lydia begitu pintu di depannya tertutup rapat.
Neti kembali ke pos perawat, ia menyusun pasien-pasien Lydia yang akan di alihkan ke Dr.Paskalis. Ia merasa janggal dengan sikap Lydia hari ini,tidak biasanya Lydia datang dengan wajah aneh seperti itu. Neti melihat ke arah pintu ruang praktek Lydia dimana beberapa orang sudah ramai menunggu antrian dokter.
Sheila menghampiri Neti dan duduk di sebelahnya. Neti meliriknya, ia kenal dengan perawat itu tapi ia tidak akrab dengannya. Neti hanya akrab dengan beberapa perawat dari bagian poli spesialis.
"tumbler kamu lucu ya,kayak pernah lihat" celetuknya. Neti berhenti mengetik dan menoleh ke arahnya, ia tahu pasti ada sesuatu yang ingin di katakan orang ini. Sheila mencondongkan tubuhnya dan berbisik pada Neti
"sudah berapa lama kamu jadi pelacurnya Isaac?" Neti membelagakan matanya dan melihat ke arah Sheila yang menyunggingkan senyumya
"aku sih ngasih tau demi kebaikan kamu saja ya. Hampir 70% perawat disini mantan dokter Isaac, dan mereka hanya berhubungan dengan tempo sesingkat-singkatnya tidak lebih dari 2 bulan." Neti mengangguk dan menahan senyumnya
"terima kasih masukannya kak" senyum Neti, tak lama sebuah lampu panggilan perawat dari kamar praktek Dr.Lydia menyala. Neti menghembuskan nafas leganya karena bisa pergi dari orang di sampingnya.
"permisi kak, ada panggilan dari dokter Lydial" Neti membereskan mapnya dan hendak berjalan meninggalkan pos dan Sheila yang masih merenggut kesal dan mencibirkan bibirnya.
Neti membuka pintu ruang praktek Lydia dan melihat Lydia yang bersimpuh berlumuran darah. Seorang pria asing yang tidak di kenalnya berdiri di depannya sambil mengepalkan tangannya yang penuh darah, pria itu melihat ke arah Neti di depan pintu, Neti berteriak dan pria tersebut langsung mendorong Neti hingga jatuh tersungkur. Para pasien berkerumunan di depan pintu, pria itu hendak melarikan diri tapi di tahan oleh beberapa pasien Lydia.
Neti bangkit berdiri, menekan bel perawat dan berteriak minta tolong. Ia menghampiri Lydia yang tidak sadarkan diri dan menangis sambil memeriksa keadaannya. 2 orang security datang dan langsung meringkus pria tersebut lalu membawanya keluar. Neti memanggil IGD dan membawa Lydia yang berlumuran darah. Ia menangis melihat Lydia yang tak sadarkan diri di ruang IGD. Semua dokter dan perawat panik, tak lama ia melihat dokter Toni berlari dengan panik ke IGD. Kepala perawat memanggil Neti untuk membereskan para pasien Lydia. Ia kembali ke ruangan Lydia yang berantakan dan penuh darah. ia dan kedua perawat lainnya membereskan ruangan Lydia, tak lama ia baru merasakan tangannya sakit, kedua perawat lainnya menyuruh Neti agar memeriksakan dirinya ke IGD.
Isaac baru selesai dengan operasinya, ia mencuci tangannya dan berjalan keluar menuju pos perawat yang ramai dengan para perawat dan dokter jaga sambil berbisik-bisik. Isaac menghampiri mereka dan membuka sebuah map untuk di tanda tanganinya.
"kalian ini, ngegosip terus setiap hari" celetuk Isaac tanpa berpaling dari mapnya
"ada keributan di bawah dok, ada orang tidak di kenal masuk ke ruangan dokter Lydia dan memukulinya sampai berdarah" kata salah seorang perawat yang membuat Isaac menaikan kepalanya
"ya aku dengar ada satu perawatnya yang jadi korban juga." Sambung yang lainnya, seketika lutut Isaac menjadi lemas,pulpennya terjatuh dan ia sampai harus berlutut untuk mengambil pulpennya
"lho..dok, kenapa?" kaget mereka, Isaac berusaha mengendalikan dirinya, ia bangkit berdiri dan tersenyum pada mereka
"Tidak apa-apa cuman kesemutan." Senyumnya. Ia segera menandatangani map tersebut dan berjalan melewati mereka. Saat ini yang ada di pikiran Isaac hanya Neti, hatinya serasa di remas dan terasa kecut, tangannya gemetar ketika menekan tombol lift dan segera berlari ketika pintu lift terbuka di lantai dasar. Ia melihat IGD yang di kerubuti banyak orang, Ia khawatir dengan sahabatnya Lydia, tapi saat ini ia hanya mencemaskan Neti. Ia melihat Toni dan Stephanie keluar dari ruang radiologi dengan Lydia yang terkapar di atas ranjang dengan wajahnya yang habis babak belur. Ia tidak sempat bertanya karena mereka langsung berlari menuju ruang operasi.
Isaac berjalan memasuki IGD,jantungnya serasa makin di remas, ia membuka satu demi satu tirai melihat apakah Neti ada di salah satu ranjang di sana. Isaac menyingkap sebuah tirai dan melihat Neti yang sedang di pasangkan gips oleh seorang dokter. Neti menoleh dan melihat wajah Isaac yang terlihat pucat, dokter tersebut menoleh melihat kebingungan kearah Isaac
"apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Isaac pada dokter tersebut
"ya tidak ada yang parah,lengannya hanya keseleo dan perlu di gips beberapa hari saja, tidak ada luka yang serius dok" jawabnya, Isaac menghembuskan nafas lega dan melihat kearah Neti yang masih berusaha tersenyum padanya. Dokter tersebut memberikan beberapa intruksi dan nasehat pada Neti agar tangannya cepat pulih, Neti mengangguk dan tak lama dokter tersebut meninggalkan mereka berdua. Isaac menarik tirai ranjang tersebut lalu berjalan memeluk Neti
"ya Tuhan,jantungku rasanya mau berhenti ketika mendengar kau terluka" Isaac menelusupkan wajahnya ke leher Neti, ia tidak dapat membendung dirinya dan air mata keluar di pelupuk matanya. Neti tersenyum dan mengusap punggung Isaac, ketika Isaac mengeratkan pelukannya, Neti merintih kesakitan yang membuat Isaac melepaskan pelukannya
"kamu tidak apa apa sayang?" Tanya Isaac, Neti mengangguk pelan lalu teringat dengan Lydia dan kembali menangis
"dokter Lydia gimana keadaannya?" Tanya Neti, Isaac mengusap air mata Neti, ia mencium pipinya dan kembali memeluknya
"ia sudah di tangani oleh Toni dan Stephanie, dia juga pasti akan baik-baik saja." Isaac mengusap kepala Neti dan menciumya. Isaac menyadari satu hal pada dirinya saat ini, gadis ini telah mencuri hatinya dan dia membiarkan Neti menyimpannya. Saat ini bagi Isaac gadis ini lebih berharga lebih dari apapun.
Seorang wanita memasuki sebuah klinik di komplek ruko perkantoran 3 lantai berdominasi warna ungu dengan lambang TIUR SKIN CLINIC CENTER terpampang mewah dan anggun. Ia memasuki klinik tersebut dan menyapa seorang reseptionis di depan. Dia masuk ke sebuah ruangan yang bernuansa ungu dan silver yang terlihat mewah, ia duduk di sebuah sofa berwarna senada yang terletak di sebelah pintu masuk. Tak lama pintu terbuka dan Tiur masuk sembari membuka maskernya, ia mengenakan scrub berwarna ungu, rambutnya di kuncir kuda. Ia menatap ke arah sofa dan mengerang sebal.
"hai sis…." Senyumnya kepada Tiur yang duduk di kursinya. Ia melihat teh yang sudah di siapkan di mejanya ketika wanita itu berjalan dan duduk di depan Tiur dan mengawasinya dengan matanya.
"tumben banget kau kesini, pasti ada maunya kan" sindir Tiur yang membuat wanita itu tertawa
"aku cuman mampir aja,sekalian lewat mau ke BSD jemput anak-anak" Tiur mengibaskan rambutnya dan melepas kacamata tak berbingkainya
"eh, kau tau siapa pacar terbaru suamimu?" tanyanya pada Tiur
"kau masih aja stalkerin dia ya" Tiur menggelengkan kepalanya
"beberapa bulan yang lalu, aku dan suamiku pergi makan di sebuah hotel mewah, aku melihatnya bersama seorang gadis, mereka membuat kehebohan karena ia memberikan surprise ulang tahun gadis itu. Bunga di mana-mana dan para pelayan yang bernyanyi untuk gadis itu. Dan gadis itu tampak berbeda, aku dapat melihatnya dia tidak seperti cewek bule yang di bawa waktu ke pesta pernikahan Jason Panggabean?" jelasnya, Tiur menggelengkan kepalanya melihat temannya menjelaskan dengan heboh
"cewek bule waktu itu namanya Sarah dari Kazakhstan" jawab Tiur seakan bangga dengan pengetahuannya yang membuat temannya heran kenapa Tiur tau nama bule tersebut.
"tapi pacarnya sekarang itu berbeda, she's YOUNG, kau mau liat?" dia menyodorkan ponselnya. Tiur melihat sebuah video perayaan ulang tahun seseorang dimana Isaac memberikan sebuah bouquet bunga dan mencium gadis tersebut. Video itu di ambil dari jarak yang tidak terlalu dekat tapi Tiur dapat melihat Isaac yang tidak bisa melepas pandangannya dari gadis itu. Tiur merasakan sedikit kesal, hatinya terasa kecut. Tiur melihat wajah gadis tersebut, hanya satu kata yang tersirat di pikirannya, MUDA. Ya gadis itu tampak sangat muda, tepat seperti kata temannya. Kulitnya mulus, apakah ia memakai make up? Tiur menyukai bentuk alisnya, membuat gadis itu terlihat dewasa walau tidak bisa menyembunyikan sinar matanya yang terlihat muda dan polos. Kata kedua yang tersirat di kepalanya, KASIHAN. Ia terlihat sangat mencintai Isaac, bagaimana bila Isaac akan meninggalkannya seperti gadis-gadis lainnya? Tiur berani taruhan beberapa bulan lagi Isaac akan mencampakkannya. Ia melihat ke Isaac yang tersenyum dan memeluk gadis itu, sedikit tersirat rasa kesal melihat senyuman Isaac, ini pertama kalinya ia melihat Isaac bersama gadis lain tersenyum sumringah, Tiur dapat melihat senyum itu berbeda dari senyum playboynya, dan Tiur tidak menyukainya,. dia mengembalikan ponsel tersebut lalu mengatur nafasnya.
"dia tampak cantik" komentar Tiur
"and YOUNG" temannya menekankan kata-katanya. Tiur tidak menyentuh tehnya, perutnya terasa kenyang setelah melihat video tersebut.
"aku tahu dia memang sering gonta-ganti pasangan,tidak perlu di besar-besarkan. Selama dia belum menceraikanku, dia akan kembali padaku" senyum Tiur, temannya tampak ragu melihat Tiur dan mengambil ponselnya
"aku tahu perpisahan kalian sangat memberatkan bagi kalian berdua. Tapi kurasa Isaac sudah move on dan bukankah dia sangat egois bila terus mengikatmu? Belum lama ini aku melihatnya kembali di sebuah mall, gadis itu benar-benar cantik, ia terlihat seperti baru berumur belasan tahun dan Isaac memberlakukannya seperti tuan putri. From my point of view Isaac yang sudah sangat tergila-gila padanya, he look different, dia bahkan tidak pernah memalingkan pandangannya dari gadis itu." Jelasnya yang kembali membuat hati Tiur berdesir. Tiur sadar bahwa ia yang memutuskan untuk meninggalkan Isaac, ia masih ingat betapa Isaac masih tergila-gila padanya dan memohon padanya untuk tidak meninggalkannya. Kini ia bak seperti anak kecil yang mainannya kini direbut orang, sebuah perasaan tak rela itu pun merayap di relung hatinya.
Isaac membukakan pintu mobil untuk Neti. Ia menggendong Neti untuk turun dari mobil yang membuat Neti malu dan meminta Isaac untuk menurunkannya. Isaac menggandeng tangan Neti yang membuat orang-orang di kost melihat mereka berdua. Neti menundukkan kepalanya karena merasa malu, Isaac tidak pernah seperti ini sebelumnya, Neti senang dengan perhatian dari Isaac,tapi perlakuannya pada Neti saat ini sedikit membuatnya tak nyaman. Ia bahkan tidak mau melepas tangan Neti walau ia sudah berusaha melepaskannya.
"yang udah ah, aku tuh cuman keseleo bukan patah tulang." Neti melepaskan tangan Isaac ketika mereka sudah berada di depan pintu kamarnya. Isaac merenggut dan menarik kembali tangan Neti dan mengaitkan jari mereka yang membuat Neti tertawa
"kamu kalo begini terus gimana aku mau buka pintu ?" Isaac tertawa dan melepas tangan Neti. Isaac membantu Neti meletakkan barang-barangnya membuka pegangan gips sehingga Netii bisa meluruskan tangannya. Isaac mengambil sebaskom ember air hangat dan membantu Neti membasuh wajahnya
"banyak banget sih sabunnya, cuci muka aja sampe berkali-kali?" Isaac menggelengkan kepalanya ketika membantu Neti membersihkan wajahnya
"ya kalao cewek emang begitu yang,emang kamu cuci muka pake shampo juga jadi" Isaac tertawa sembari menggelengkan kepalanya. Setelah membantu Neti membasuh wajahnya, Isaac mengambil sebuah minyak gosok dan mengurut tangan Neti perlahan yang membuat Neti berteriak kesakitan
"sakit …sakit…sakit…. yang.." teriak Neti sembari memukul tangan Isaac
"kalau tidak di urut besok pagi bakal bengkak banget" jelas Isaac dan terus mengurut tangan Neti yang membuatnya menangis kesakitan. Isaac menghentikan pijatannya dan memeluk Neti yang menangis kesakitan, ia tidak tega melihat Neti yang menangis di depannya
"ya sudah aku stop, jangan nangis dong, kayak di apain aja ih" Isaac mengusap wajah Neti yang memerah karena menangis. Isaac tersenyum melihat betapa menggemaskan gadis di pelukannya ini, ia menyingkirkan rambut di wajah Neti dan mencium dahi, mata,hidung, pipi dan mengecup pelan bibirnya.
"kamu bukannya ngegantiin dokter Toni jaga malam hari ini" Tanya Neti, Isaac tersenyum dan merebahkan diri mereka ke atas kasur lalu mengaitkan kaki mereka
"nanti aja tunggu telpon dari IGD"sahut Isaac. Ia menarik satu kaki Neti ke perutnya dan mengelusnya perlahan. Neti menelusupkan wajahnya ke leher Isaac menciuminya perlahan, Isaac bergerak dan mennyamping memeluk Neti, ia mengelus tangan Neti yang sakit dan mencium Neti dengan lembut. Bibir Isaac memaut lembut setiap jengkal bibir Neti yang balas menyambutnya dengan kecupan-kecupan ringan. Isaac sedikit menekankan ciumannya yang membuat Neti membuka mulutnya, ia mengerang dan membusungkan tubuhnya pada Isaac yang membuat Isaac terdesak dan melepas ciumannya.
"jangan,kamu kan lagi sakit.." bisik Isaac dengan suara rendahnya lalu melihat wajah Neti yang memerah dengan nafas yang menggebu, ia menjilat bibirnya dan mengangguk pasrah pada Isaac yang membuat Isaac berdecak dan mengutuk dirinya
"jangan protes kalau sakit lagi ya" Isaac menarik Neti kembali ke dalam ciumannya yang membuat Neti kembali mengerang dan tersenyum.
Neti terbangun ketika ia merasa kasurnya bergerak karena Isaac yang terbangun. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 3 pagi, ia berusaha menghilangkan rasa kantuknya ketika Isaac sedang memakai pakaiannya. Neti bangkit duduk di kasurnya, Isaac menoleh melihat Neti yang terbangun. Ia mengambil pakaian Neti dan membantunya memakaikan pakaiannya
"kamu mau pulang?" Tanya Neti dalam kantuknya
"IGD tadi telpon ada pasien serangan jantung,aku harus balik ke RS. Kamu gak apa-apa kan aku tinggal" Neti tersenyum dan berdiri dari kasurnya
"trus kalau aku bilang jangan pergi memangnya kamu bakalan tetap di sini?" Tanya Neti, yang membuat Isaac terdiam dan tampak bingung,Netipun tertawa melihat ekspresi Isaac
"I'm just kidding,…" Isaac menghembuskan nafasnya dan menangkup wajah Neti lalu menciumnya
"see you tomorrow ya.." Neti mengangguk dan Isaac pun pergi. Neti mengunci pintu kamar kostnya, kepalanya masih sangat mengantuk dan badannya terasa pegal, ia meringkuk di kasur dan memejamkan matanya.
Sebuah suara kunci pintu di buka membangunkan Neti, ia tidak beranjak dari kasurnya karena terlalu mengantuk, ia merasakan seseorang masuk dan kasur mulai melesak. Neti membuka matanya dan melihat Isaac duduk di sampingnya. Neti tersenyum melihat Isaac lalu memejamkan matanya kembali, ia menyelimuti Neti dan mencondongkan tubuhnya untuk memeluk Neti dan mencium pipinya perlahan, ia mengelus tangan Neti yang terluka lalu kembali mencium kepala Neti hingga Neti tertidur pulas barulah ia meninggalkan kamar kost Neti.