Chereads / DAISIES / Chapter 6 - Welcome Her

Chapter 6 - Welcome Her

Alarm kamar Neti berbunyi pukul 5.20 pagi, Neti meraih ponselnya dan mematikan alarm tersebut. Ia mengelus paha Isaac yang masih mengaitkan kakinya dan membangunkannya. Isaac masih tertidur pulas meringkuk dan memeluk punggung Neti tanpa sehelai kainpun. Neti membalik tubuhnya dan menindih Isaac untuk mengambil kaos dan celananya, tangan Isaac bergerilya dan menarik Neti kedalam pelukannya kembali yang membuatnya tertawa

"jam berapa sekarang?" bisik Isaac

"bangun dong yang udah jam setengah 6, nanti keburu siang banyak orang yang lihat" Neti memukul pelan tangan Isaac yang kini menindihnya

"biar aja banyak yang lihat,sebentar lagi ya please…" Isaac mencium leher Neti yang tertawa tapi Neti segera membalik tubuh Isaac dan bangkit berdiri.

"kamu ada operasi pagi hari ini dokter Isaac" Neti memakai bajunya dan menggelengkan kepalanya melihat Isaac yang berbaring telentang tanpa busana seperti lukisan Vitruvian Man.

"I hate morning.." keluh Isaac lalu bangkit dari kasurnya,ia mencium pipi Neti sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Neti menatap Isaac yang sedang bersiap di depan kaca, ia tersenyum dan menyiapkan kopi Isaac di tumbler.

"sayang.. how about we sleep at your house Tonight?" Tanya Neti, Isaac membalik tubuhnya,menghampiri Neti,menarik pinggangnya dan mengambil tumbler dari tangan Neti sambil tersenyum

"kita sudah bersama lebih dari 6 bulan, we're having a sex, dan kamu udah menginap di sini 5 malam, tapi bahkan aku tidak tahu rumah kamu dimana" Isaac melipat mulutnya dan membereskan barang-barangnya

"aku suka di sini, kamu bilang lebih nyaman kalau di kamar kamu sendiri, dengan barang-barang kamu yang sangat eksotik ini" Isaac menunjuk tumpukan baju dan barang-barang Neti lalu tersenyum. Neti membuat wajah cemberut dan melipat tangan di depan dadanya

"hanya saja aku tak tahu apapun soal kamu, rumah kamu dimana, temen-temen kamu,siapa saudara kamu. Kamu tau soal Monica, side job aku, and we having sex every night and that so important to me." Isaac menghembuskan nafasnya,kepalanya terasa gatal mendengar ocehan Neti

"Sayang… kita sudah menjalani hubungan ini sampai sekarang dan kita baik-baik saja, aku nyaman dengan semua ini, bisakah kita perlahan lahan saja menjalani ini." Neti menghampiri Isaac dan menegakkan tubuhnya

"okeh.. baiklah kita kembali ke setingan awal ya, aku juga tidak masalah kalau kamu maunya jalanin perlahan. Kalau begitu.." Neti mengambil sebuah paper bag dan memasukkan semua baju-baju Isaac dan barang-barangnya

"you can't stay at here anymore and NO SEX." Neti memberikan paper bag tersebut ke Isaac yang membuatnya terkejut

"Sayang....please…" Isaac mengeluh tapi Neti tidak mau melihat wajah Isaac yang memelas.

"you're gonna be late Doc" Isaac melihat jam tangannya dan memaki kesal

"at least gimme a kiss please" Neti menahan senyumya dan menghampiri Isaac yang sudah memajukan bibirnya tapi Neti hanya mengecup pipinya

"seriously.." sebal Isaac tapi Neti hanya mengangkat bahunya dan meminum kopinya. Isaac mendengus sebal dan keluar membanting pintunya.

Mobil Dr.Toni memasuki halaman parkir RS, ia melihat sebuah spanduk terpampang di depan RS, spanduk ucapan selamat ulang tahun ke 88 untuk pendiri RS tersebut. Toni memiringkan kepalanya membaca namanya Dr. Kho Budi Santoso, ia merasa tidak asing dengan namanya. Ia masuk ke dalam kantor dokter dan melihat beberapa dokter dan perawat sedang mendiskusikan acara ulang tahun pendiri RS mereka.

"pagi bro.." Toni menyapa Isaac yang sedang berkutat dengan ponselnya,Neti hanya membaca chat Isaac sejak 10 menit yang lalu dan belum membalasnya. Isaac sudah mencoba menelponnya tapi tidak di angkat juga,entah kenapa hanya Neti yang bisa membuatnya uring-uringan bila tidak membalas pesannya. Isaac menaikan tangannya seraya balas menyapa Toni

"sedang ada keributan apa kali ini?" tanyanya, Isaac menaikan kepalanya dan sekilas memandang ke arah Toni

"oh, acara ulang tahun Mr.Budi, akan ada banyak bingkisan untuk dokter,perawat,dan para staff RS,tahun lalu aku mendapatkan tv 40 in. Lydia akan menyeleksi siapa employee of the month dan hadiahnya lumayan besar" jelas Isaac

"kenapa Lidya yang menyeleksi?" bingung Toni. Isaac menatap Toni dengan tatapan 'apa kau pura-pura bodoh?'

"kau masih menanyakan kenapa? Lydia? Dr.Kho Lydia Santoso?" Isaac berkata sambil melototkan matanya. Isaac mengetikkan sesuatu di ponselnya lalu mengirimkan ke ponsel Toni,seketika Toni membelagakan matanya setelah membuka pesan dari Isaac.

Dr. reza masuk dan memimpin meeting pagi itu, beliau menyampaikan pesan dari pemimpin RS mereka yakni Dr. Kho Budi Santoso agar dokter-dokter meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,lebih peduli dan berbelas kasih. Setelah membahas permasalahan dokter-dokter spesialis ia menutup rapat pagi itu lalu memanggil Toni dan Isaac ke ruangannya.

"seperti yang kalian tahu, acara akbar tahunan RS kita berlangsung minggu depan. Acara ini di adakan di kediaman Mr.Budi, dan hanya perwakilan saja yang hadir." Dr.reza duduk di kursinya dan memberikan Isaac & Toni kartu undanganya

"Dr. David dan Dr.Budi sangat ingin bertemu dengan kalian. Kesempatan ini digunakan untuknya untuk menilai kinerja kalian untuk menjadi kepala bedah. Saya harap kalian bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin." Jelas Dr.Reza. Mereka menganggukkan kepala dan berjalan keluar tapi ia tiba-tiba memanggil Isaac kembali

"Dr.Isaac, saya sudah mendengarnya dari Dr.David. saya sangat senang dengan keputusan anda, seperti yang kita ketahui kau adalah dokter bedah terbaik di RS ini dengan tingkat kematian terendah. Tapi saya harap kau juga jangan menyepelekan Toni begitu saja, dia salah satu dokter bedah terbaik di Malaysia, sangat menyenangkan memiliki kalian bedua disini."

"saya akan pastikan mendapatkan posisi itu sir."senyum Isaac yakin

"hanya selang waktu beberapa bulan, apa yang menyebabkan dirimu berubah pikiran? Bukankah selama ini kau selalu mengatakan tidak ingin terikat?" Isaac hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya

Isaac berjalan ke bagian perawat poli penyakit dalam,ia mencari di mana Neti tapi tidak menemukannya. Sudah lebih dari 3 jam dan gadis itu bahkan tidak mengabarinya sama sekali. Isaac lalu berjalan melewati sebuah kamar praktek dengan pintu terbuka,ia melihat Neti berada di dalam bersama seorang dokter penyakit dalam tapi bukan Lydia. Seorang dokter laki-laki yang di kenalnya,ia tersenyum kepada Neti dan Isaac tahu senyum macam apa itu. Neti melihat sebuah kertas dan balik tersenyum pada dokter tersebut. Akal sehatnya tidak bekerja,seperti ada sebuah ulat dan dadanya gatal,ia berjalan ke ruangan tersebut dan membukanya dengan kasar hingga membuat semua orang terkejut.

"ada yang bisa di bantu dokter Isaac?" Tanya dokter tersebut. Isaac melihat nama dokter tersebut dan menggeram dalam hati teringat akan percakapannya ketika mereka bersama di lapangan futsal

"suster Neti,pasien 302 yang kamu tanganin kemarin sepertinya bermasalah"

"bukannya bisa memanggil perawat lain dok? Saat ini Neti tugas di poli bukan di bangsal." kata Dr.Paskalis dengan tegas yang membuat logika Isaac hilang kini kembali. Isaac bisa melihat tatapan menantang dari dokter tersebut

"ya memang, tapi setidaknya dia harus bertanggung jawab karena dia yang merawat pasien itu semalam,obat apa yang di berikan ke pasien tersebut,dan mengapa dia tidak memberitahu obat apa yang diberikannya." Nada Isaac sudah mulai meninggi,Neti memahami situasinya ia lalu menepuk tangannya

"ah..maaf dok sepertinya saya memang lupa memberikan catatan semalam." terang Neti kepada Dr.Paskalis, Isaac mengangguk dan menunjuk Dr.Paskalis

"okeh,tapi bukan berarti anda bisa seenaknya mendobrak ruang praktek saya!" Ia melipat tangannya di depan Isaac yang terlihat kesal. Isaac melihat ke arah Neti yang memberi tanda dengan menggelengkan kepalanya

"I'm so sorry before,karena keadaan ini mendesak dan kami sudah mencari-cari Neti dari tadi" kata Isaac lalu menatap Neti

"jangan lupa pasien 302 suster Neti" Isaac lalu keluar dari ruangan tersebut yang membuat Dr.Paskalis mendengus dan menggelengkan kepalanya. Neti meminta maaf pada Dr.Paskalis dan mengatakan memang salahnya karena tidak membuat laporan dengan benar. Ia tersenyum yang membuat Dr.Paskalis meleleh dan mengijinkan Neti untuk mengurus laporannya.

Neti berjalan kearah lift untuk menuju bangsal VIP dan menemukan Isaac yang menunggunya di depan lift sembari melipat tangannya. Isaac menarik tangan Neti dan membawanya ke tangga darurat dengan wajah kesal

"kamu gak bilang kalau di pindahin di tempat dia?" Tanya Isaac dengan sebal

"aku sudah bilang kan kalau dokter Lydia cuti dan aku di rolling"

"tapi kamu tidak bilang kalo sama dokter cowo"

"sebelumnya aku juga sama dokter Hendrix" jawab Neti kesal

"iya tapi dokter Hendrix sudah 68 tahun"

"trus ada apa dengan dokter Paskalis?"

"kamu tau kenapa aku tidak ijinin kamu pergi ke acara amal RS waktu itu? itu karena dia! Dia tuh suka sama kamu!"

"kamu ngomong apa sih,aku tidak pernah mikir kearah situ ke semua dokter" jawab Neti ketus

"kesemua dokter?" Isaac bertolak pinggang di depan Neti dan menatapnya yang membuat Neti menggigit bibir bawahnya

"maksud aku, semua dokter kecuali kamu" senyumnya yang membuat Isaac luluh dan menarik Neti ke pelukannya. Ia merengkuh Neti ke dalam pelukannya dan mengusap punggung Neti

"baiklah kalau kamu mau ke rumahku, aku tidak kuat kamu cuekin kayak gini" bisik Isaac dan mencium kepala Neti

"aku gak cuekin kamu, aku kan cuman bilang tidak boleh nginap lagi and.. no sex"kata Neti seraya melepas pelukannya

"tapi kamu tidak angkat telepon dan balas chat aku" sejenak Neti tersadar dan tertawa melihat Isaac

"handphone aku ketinggalan yang di rumah" Neti tertawa geli melihat Isaac yang kini melongo melihat Neti yang tertawa. Ia menggigit bibirnya dan bertolak pinggang merasa dirinya benar-benar menjadi orang bodoh karena gadis satu ini.

Isaac mengendarai mobil dengan Neti di sampingnya. Mereka melalui sepanjang jalan Sudirman dan berbelok ke sebuah bangunan apartement. Isaac membukakan pintu untuk Neti dan menggandeng tangannya menuju pintu masuk lobby apartement yang terlihat mewah berlapis marmer. Mereka menuju pintu lift penghuni dan masuk ke sebuah lift dengan akses kartu. Isaac memeluk pinggang Neti dan mengelus pinggangnya . pintu liftpun terbuka di sebuah pintu apartement bewarna coklat

"welcome to my house" Isaac membukakan pintu dan mereka masuk ke dalam. Ruangan berdominasi warna putih dan minimalis. terdapat dapur mewah bermarmer putih begitu masuk sebelah kanan. Sebelah kiri terdapat kamar yang berukuran lebih besar dari kostan Neti dengan kamar mandi dalam. Di depan dapur terdapat meja makan dari marmer yang berukuran kecil dengan 2 kursi dan sebuah ruang tamu dengan satu sofa panjang bewarna abu-abu dan tv layar lebar di depannya.

Neti menuju kaca di dekat ruang tamu yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta, ia teringat apa yang mereka lakukan di hotel sebelumnya, ia memegang kaca tersebut dan memikirkan apakah Isaac akan melakukanya lagi di kaca ini? tapi sepertinya kaca ini terlalu tipis. Isaac memeluk Neti dari belakang dan mencium kepalanya,pelukan tangannya sangat erat di tubuh Neti yang membuatnya tidak bisa bergerak.

"gimana? Udah puas lihat rumah aku?" Tanya Isaac

"aku punya satu kakak dan dia sering datang ke sini, Lydia dan Stephanie adalah sahabatku, kami sudah bersahabat sejak kecil, lalu..apa lagi ya pertanyaan kamu" Neti tertawa dan memutar tubuhnya melihat wajah Isaac yang tersenyum padanya

"oh, seperti yang kamu ketahui,aku dokter bedah yang paling hebat di Jakarta, lalu I love football but I hate my team, terutama si Paskalis itu" Isaac mendengus sebal yang membuat Neti makin tertawa

"and then, I love sleeping in Sunday morning, especially with you, lalu aku suka nasi goreng, terutama nasi goreng kostan kamu, and .. I like you.. the one who always makes me crazy.." Neti tersenyum sumringah yang memperlihatkan lesung pipinya yang membuat Isaac ikut tersenyum. Isaac mengangkat Neti ke pelukannya, ia menangkup wajah Isaac lalu mengecup pipinya. Isaac membawa Neti ke kamar depan, membuka pintunya dan naik ke atas ranjang.

Neti mengaitkan kakinya di pinggang Isaac saat Ia menidurkannya. Mata mereka bertemu,Isaac tersenyum dan mengelus pipi Neti dan mengecup pipinya berkali-kali yang membuat Neti tersenyum. Isaac berguling dan menarik Neti ke pelukannya,merengkuhnya dan menarik satu kaki Neti ke perutnya. Tangannya mengelus paha Neti,dan menariknya untuk berdekapan dengannya. Neti dapat merasakan nafas Isaac di kepalanya,dan tak lama ia mendengkur dan tertidur. Neti mengangkat kepalanya dan melihat Isaac yang tertidur pulas, ia mengangkat pahanya dan tiba-tiba Isaac membuka matanya dan mengeram,ia menarik kembali paha Neti dan mengelus punggung Neti ke pelukannya.

Neti tersenyum dan membaringkan kepalanya ke dada Isaac mendengar debar jantung Isaac yang seirama dengannya. Neti terbangun tanpa Isaac di sisinya, dirinya sudah terselimuti. Ia turun dari ranjang dan mencari Isaac yang tidak ada. Ia melihat ponselnya dan terdapat pesan dari Isaac, bahwa ia akan ke gym di lantai bawah. Neti tersenyum dan berkeliing apartement tersebut. ada sebuah pintu di sebelah sofa,ia membukanya dan ternyata itu adalah walking closet,terdapat baju-baju Isaac dan sepatu serta jam tangannya tersusun rapih,Neti tersenyum mengingat perkataan Isaac tentang tumpukan bajunya.

Neti duduk di sofa, ia meringkuk dan merenggangkan tubuhnya lalu melihat sebuah pintu di pojok ruangan. Neti berjalan ke pintu itu tapi terkunci,sebuah gagang pintu elektronik terpasang di pintu tersebut, kamar apa ini,apa ini kamar seperti di film itu? Neti menutup mulutnya,tapi lalu ia berfikir,selama ini Isaac tidak pernah aneh-aneh saat melakukan seks,ini tidak mungkin kamar itu. Atau mungkin ini berisi barang-barang berharga,pintu brankas? ya itu lebih masuk akal.

Neti berjalan ke dapur dan mengambil segelas air ketika pintu depan terbuka.

"hei,siapa kau!" teriak seorang wanita dengan logat batak yang kental. Neti membalikkan badannya dan ia melihat seorang wanita cantik ,mengenakan celana pendek dan kaus hijau,rambutnya di jepit kebelakang, Ia menatap Neti dengan pandangan curiga lalu berjalan menghampirinya. Ia menaruh bungkusan plastic di meja dapur dan bertolak pinggang di depan Neti.

"saya,bersama dokter Isaac kemarin …" kata-kata Neti terputus

"ah.. kau ceweknya ya,pantas dia suruh aku jangan ke sini, buatku curiga" ia tersenyum dan mengibaskan tangannya.

"kau sudah makan? Duduklah dulu,aku bawa makanan,karena kupikir ada si bodat itu" katanya dan mengajak Neti ke meja makan.

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Isaac, ia menurunkan barbelnya dan meraih ponselnya,sebuah pesan dari Neti masuk,ia membelagakan matanya dan langsung keluar dari gym tanpa berganti pakaian. Isaac membuka pintu dengan tergesa dan menerobos masuk ke dalam melihat Neti sedang bersama Isabel-kakaknya di meja makan. Mereka tampak menikmati makanan sambil mengobrol dan Neti terkadang tersenyum menanggapi obrolan Isabel. Mata Neti melihat ke arah Isaac yang berdiri di depan pintu masuk

"ah, itu orangnya datang" kata Neti lalu Isabel berbalik dan tersenyum kemenangan kearah Isaac.

"kan sudah kubilang jangan datang,ngapain kakak ke sini"

"aku sudah curiga pasti ada sesuatu kau tiba-tiba ngomong seperti itu, ternyata benar ,instingku tidak pernah salah" senyumnya pada Neti

"kau habis olahraga?" Tanya Isabel, Isaac mengangguk dan mengambil sebuah lemper di piring

"kamu mau kopi?" Tanya Neti sambil berbisik

"boleh" jawab Isaac sambil tersenyum ke arah Neti. Isabel memperhatikan kedua orang di depannya ini dan memincingkan matanya. Neti menawari Isabel secangkir kopi tapi ia menolaknya. Neti berjalan ke kamar, mengeluarkan tasnya yang berisi tumbler dan kopi sachet Isaac. Ia sudah menyeduh air panas di teko listrik sebelum Isabel datang. Isabel memperhatikan Neti yang sedang membuat kopi, ia hanya membuat satu kopi di tumbler dan berjalan kembali ke meja makan lalu memberikannya pada Isaac.

"kau bawa kopi kemana-mana?" Tanya Isabel, Neti tersenyum geli dan mengangguk

"dia suka cerewet kak kalau soal kopi,jadi aku stok aja di tas, kalo kita lagi pergi kemana kan udah ada"

"kapan aku cerewet soal kopi?" bela Isaac

"kamu lupa waktu kita minum kopi di café kamu bilang kopinya gak enak?"

"aku tidak bilang begitu ya, aku cuman bilang lebih baik kopi sachet buatan kamu"

"ya trus apa bedanya,dokter Isaac"

"tapi tetap aja aku tidak bilang kopi di sana tidak enak,buktinya aku habisin kan" Isaac mencubit pipi Neti dan Neti menangkisnya yang membuat Isaac kembali mencubit pipinya dan Neti merengek menepis tangan Isaac. Isabel memperhatikan mereka sedari tadi, ia tersenyum bahagia melihat adiknya yang sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Ia lalu melihat kearah kamar di pojok ruangan dan senyumannya menghilang lalu menatap kearah Isaac yang tertawa sambil mengapit tangan Neti di ketiaknya.

Neti sedang mandi saat Isaac sedang memilih setelan di lemari lalu Isabel masuk ke dalam dan mengunci pintu.

"Serius do ho tu ibana manang holan mar meam meam? (kau serius atau hanya main-main dengannya?)" Isaac hanya melihat sepintas ke arah Isabel dan tidak menjawabnya.

"Nunga di paboa ho aha na adong di kamar on? (kau sudah memberitahunya isi dari kamar itu?)" Isaac berhenti memilih baju dan menatap Isabel

"kakak tidak cerita sama dia kan" Tanya Isaac dengan tatapan tajam

"Daong, Urusan mu do i, molo nunga serius ho tu ibana, ingkon paboahon mu (tidaklah, itu urusan pribadi kau,tapi kalau kau memang serius dengannya kau harus menceritakan tentang itu)"

"kurasa tidak perlu kak,aku yakin kita berdua baik-baik saja tanpa harus Neti tahu, itu sebabnya aku ingin menjual tempat ini" Isabel menghela nafas dan menepuk pundak Isaac lalu keluar dari ruangan itu.

Isaac terdiam, ia duduk di sebuah bangku kecil di ujung ruangan, ia melihat sekeliling kamar itu, terdapat 2 lemari baju besar, 2 tempat sepatu,dan 2 tempat aksesoris. Masing-masing satu sisinya sudah terisi tapi sisi lainnya kosong. Ia mengusap wajahnya dan mengambil jas pilihannya dan berjalan keluar.

Isaac berjalan kearah kamar depan dan melihat Neti yang baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk saja. Isaac membawakannya baju ganti untuknya dan melingkarkan tangannya di pinggang Neti lalu mengecup bibir Neti beberapa kali.

"kamu ngobrol apa aja sama kakak?" Tanya Isaac

"oh.. dia cuman nanya aku kerja di mana, kita udah berapa lama, begitu saja" Neti membuka handuknya dan mengeringkan tubuhnya yang membuat Isaac menelan ludahnya. Isaac menarik Neti lebih dekat ke pelukannya, mendekapnya, bibirnya mengulum bibir Neti,membuka mulutnya hingga lidah mereka bertemu saling memaut dan menggoda. Seketika ia teringat kakak Isaac masih di luar,ia membuka matanya dan melepaskan ciuman Isaac. Mereka mengatur nafas dan saling menatap,Neti bisa melihat hasrat Isaac di matanya, ia mendorong Neti ke arah ranjang tapi Neti menghentikannya.

"ada kakak di depan" bisik Neti. Akal sehat Isaac kembali,ia menggerutu lalu Neti melepas pelukannya untuk mengenakan bajunya. Isaac menarik nafasnya dan berusaha agar desakan di celananya mereda yang membuat Neti tertawa.

"seharusnya aku suruh kakak pulang dari tadi" gerutu Isaac. Neti tersenyum dan mencubit pinggang Isaac

Isabel mengajak Neti dan Isaac untuk makan siang di kediamannya yang hanya beda lantai dari unit apartement Isaac. Awalnya Isaac menolak, ia takut kakaknya akan keceplosan bicara dengan Neti, tetapi Neti langsung mengiyakan dan menarik tangan Isaac.

"kau pikir rumahku ada di ujung jalan, kasian si Neti kau tuntun macam nenek-nenek aja" ledek Isabel yang dari tadi melihat Isaac yang tidak melepaskan genggaman tangannya pada Neti. Isaac membuat raut wajah meledek Isabel yang membuat Neti tertawa melihat kedua kakak adik tersebut.

Mereka sampai di unit apartement Isabel yang tampak lebih luas dan lega daripada unit Isaac. Ia menyilahkan kedua tamunya untuk duduk dan mengatakan kedua anak dan suaminya sedang pergi ke CFD (Car Free Day). Neti melihat sekeliling ruangan tersebut terdapat foto lama yang menarik perhatian Neti, seorang anak kecil laki-laki berkacamata duduk di atas ranjang bersama 3 orang anak perempuan. Isaac menghampiri Neti dan mendengus melihat foto tersebut, Neti melihat kearah Isaac dan memincingkan matanya lalu tersenyum jahil.

"yeah, that's me,Lydia,Stephanie and her" Isac menunjuk Isabel menggunakan bibirnya yang membuat Neti tertawa. Isabel menghampiri mereka dan melihat apa yang mereka tertawakan

"ah.. lihat jelek banget kan dia dulu" cetus kakaknya kepada Neti yang membuatnya tertawa dan mengangguk

"oh.. gitu.. kamu belain kakakku ya sekarang" Isac memincingkan matanya yang membuat Neti makin tertawa.

"sudah-sudah, kalian seperti pasangan sinetron aja, ayo makan dulu aku kemarin beli bapang di lapo langganan kita." Ajak Isabel yang membuat Isaac membelagakan matanya dan tersenyum senang

Mereka menikmati makan siang bersama, Isabel bercerita tentang masa kecil Isaac yang pernah jatuh karena memanjat tiang listrik hinga dagunya terbelah yang membuat Neti tertawa dan mengelus dagu Isaac yang terbelah. Isaac pun tak mau kalah dengan mengejek Isabel yang penah hampir di kejar kawanan kambing. Isabel memberikan sebuah foto album pada Neti dan ia melihatnya bersama Isaac di ruang tamu

Neti melihat foto-foto masa kecil Isaac dan kakaknya yang begitu mengemaskan,tiba-tiba Isaac melihat mata Neti yang menerawang saat melihat foto dirinya dan kakaknya yang sedang berdiri di depan sebuah tempat wisata

"kamu kenapa?" Tanya Isaac, Neti menoleh kearah Isaac dan tersenyum janggal

"aku dulu juga punya adik laki-laki, tapi aku tidak sempat melihatnya tumbuh dewasa" senyum Neti dengan mata berkaca-kaca. Seketika hati Isaac menjadi kecut, ia merengkuh bahu Neti dan memeluknya. Neti tidak pernah menceritakan tentang keluarganya,Isaac tahu itu mungkin sebuah kenangan yang sangat traumatis,maka dari itu ia hanya menunggu sampai Neti sendiri yang menceritakannya.

Isabel melihat Isac yang memeluk Neti dari belakang sofa, ia tersenyum getir dan berharap adiknya kali ini mendapatkan kebahagian yang sejati.