Aku sama sekali tidak menerima ingatan milik Aeris, sehingga tidak bisa memverifikasi apakah dia dan putra mahkota memang 'teman'. Namun, aku pikir putra mahkota tidak akan berucap sesuatu yang ngawur di hadapannya, menimbang fakta bahwa Aeris adalah orang suci. Kalau mau, dia bisa saja membunuh putra mahkota, sebuah karakter yang bahkan tidak disebutkan dalam novel, sebab berbicara omong kosong.
Soal putra mahkota yang memperkenalkan diri terlepas dari pertemuan mereka yang sudah lebih dari sepuluh kali, aku pikir ia melakukannya karena formalitas sama seperti penjaga-penjaga kastel tadi. Kemudian, ia sepertinya sadar bahwa Aeris tidak akan mengingat wajahnya. Aku saja sudah lupa wajah serta nama beberapa teman sekelas SMA, padahal kami selama tiga tahun satu kelas. Apalagi Aeris dengan putra mahkota yang perjumpaan mereka hanya terjadi satu kali dalam satu tahun.
Aku membisikkan sebuah mantra dan gaun ala dewi Yunani di tubuhku pun digantikan oleh satu set piama. Aku melafalkan mantra pembersih kotoran di tubuh sebelum tergeletak di atas kasur. Lelah? Tidak. Sekedar rebahan, bertanya-tanya apakah jiwaku mulai berintegrasi dengan jiwa Aeris sebab aku entah mengapa rindu gua ....
Well, kehidupanku di gua sedikit lebih menyenangkan. Aku bisa menjadi diriku seutuhnya tanpa diintervensi oleh 'hal itu'. Aku juga dapat sesuka hati bereksperimen dengan mantra.
Aeris dalam posisinya sebagai orang suci telah bertemu dengan putra mahkota sebanyak lebih dari sepuluh kali. Ini berarti, sudah sepuluh tahun lebih kehidupannya sebagai orang suci terlewati.
Ngomong-ngomong, tokoh utama perempuan adalah satu-satunya keturunan langsung dari raja, sementara tokoh utama laki-laki adalah binatang roh kuno yang sakti serta cerdas. Ia memiliki tubuh humanoid. Tanpa peran Aeris, novel itu tidak akan berjudul Romansa dalam Kuil Suci, melainkan Cinta Rahasia dalam Istana .... Premisnya adalah hubungan gelap antara hewan peliharaan serta tuannya.
Nama ayah tokoh utama perempuan bukanlah Xavier. Tokoh ini sama sekali tidak disebutkan dalam novel. Ia haruslah generasi yang lebih tua dari ayahnya.
Orang suci harus mengabdikan dirinya pada Kuil Suci sampai kandidat baru muncul. Tokoh utama perempuan terpilih ketika dia masih remaja. Sebagai seorang gadis muda yang telah terbiasa dengan kehidupan duniawi senikmat yang bisa dia dapatkan sebagai anak satu-satunya dan dicintai oleh raja, pastinya dia mengalami gegar budaya pada tahun-tahun pertama dalam menjalankan perannya sebagai orang suci. Kehidupan orang suci digambarkan oleh tokoh utama perempuan sebagai kehidupan yang monoton dan penuh dengan tanggung jawab yang sangat besar. Aku sangat setuju!
Kemudian, pada suatu hari, tokoh utama perempuan mendapatkan pencerahan. Dia berbicara langsung kepada dewa. Kejadian itu mengakibatkan pribadinya berubah signifikan. Dia masih sama naif dan cerianya, tetapi pribadinya yang manja telah pergi. Pendapatnya tentang orang suci, Kuil Suci, dan hal-hal terkait, benar-benar berbalik 180 derajat. Dulunya dia benci dengan takdirnya sebagai orang suci karena tidak tahan dengan tugas yang teramat besar. Setelah pencerahannya, dia menjadi pengikut dewa yang saleh.
Pikiranku terpotong kala beberapa bunyi sepatu yang beradu dengan lantai di luar kamar terdengar. Pelayan yang diinstruksikan oleh putra mahkota agaknya sudah datang. Derapan itu jauh dari kata lantang, memang keenam panca indera Aeris saja yang sensitif. Kondisi fisik orang suci sudah pasti di atas orang biasa, abaikan saja tentang aku yang selalu kecapekan ketika mendaki tangga menuju gua .... Aku juga tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi. Hipotesaku hanya satu, ada yang aneh dengan tangga itu. Keistimewaannya tidak disebutkan dalam novel. Namun, sebagai satu-satunya jalan menuju kediaman orang suci, tangga itu mustahil menjadi tangga biasa. Selain itu, dunia ini tampaknya jauh lebih logis dan ruwet daripada yang dielaborasikan dalam novel, membuatku berpikir bahwa dunia ini sebenarnya ada, tetapi tidak satu alam semesta dengan bumi, dan memiliki aturannnya sendiri.
Tangga itu sepertinya dapat semacam menetralkan 'energi' dalam tubuh, sehingga apa pun yang memiliki 'energi' ketika berjalan di atasnya direduksi menjadi sesuatu tanpa 'energi' ...?
Sihir, makhluk abadi, dan makhluk-makhluk lain seperti hantu, monster dsb, tentu jauh dari kata masuk akal jika dipikir menggunakan rasionalitas bumi. Yang aku maksudkan adalah segala sesuatu di dunia ini tidak serta-merta muncul tanpa alasan yang absurd, ada hubungan sebab-akibat.
Akan tetapi, bisa jadi logika dunia ini rusak ketika plot asli dimulai ....
Mungkin akunya saja yang terlalu banyak berpikir. Dalam satu warsa belakangan ini, aku memfungsikan otak lebih keras daripada sebelumnya. Semenjak memasuki dunia ini, aku memang lebih banyak berfilosofi, terutama soal dunia paralel dan jiwa manusia.
Terutama soal eksistensi jiwaku.
Seperti;
Siapa aku sebenarnya? Jangan-jangan Aeris adalah aku versi dunia ini ....
Aku ini apa? Jangan-jangan aku adalah sebuah boneka yang menumbuhkan kesadarannya sendiri ....
Masih banyak lagi.
Lama-lama aku bisa menjadi ahli filsuf, haha.