Tok, tok, tok ....
"Yang Suci, apakah Anda ada di dalam?"
"Masuk saja."
Empat wanita yang berpakaian layaknya pelayan muncul setelah pintu dibuka. Kedua tangan ketiga pelayan itu menggenggam ember-ember yang berisikan air panas. Diletakkan oleh mereka ember-ember tersebut ke lantai. Mereka pun menyatakan tujuan, yaitu untuk memandikanku.
Eh, tak terasa hari telah pagi ....
Mereka yang membawa ember berjalan ke kamar mandi, sedang yang membawa tebah kasur dan seperangkat alat pembersih ruangan menutup pintu dan mulai menjalankan tugasnya. Semarak fajar menerpa wajahku begitu pelayan itu menyibak tirai. Bebarengan dengan hal itu, seorang pelayan yang bertugas di kamar mandi menghampiriku dan berkata, "Yang Suci, airnya sudah siap. Tolong ikuti saya."
Aku beralih dari tempat tidur dan berjalan mengikutinya. Aku bisa saja membuat diriku sebersih dan sewangi seperti habis mandi hanya dalam kurun satu detik. Namun, siapa, sih, yang tidak ingin menikmati pijatan bertaraf kerajaan? Aku terbiasa menjalani kehidupan penuh kemiskinan, mana mungkin aku menikmati pelayanan spa bintang lima ....
Selama ini aku juga terus berdiam diri di gua, keluar hanya memimpin ibadah. Bayangkan saja, kamu datang ke sebuah dunia yang jauh berbeda dengan duniamu sebelumnya dan hampir tidak memiliki satu pun petunjuk. Novel Romansa dalam Kuil Suci lebih fokus pada lika-liku kisah cinta tokoh utama perempuan dan laki-laki, tidak terlalu banyak menceritakan tentang Kuil Suci dan latar belakang dunia. Karakter yang aku masuki adalah Aeris, sebuah karakter sampingan. Parahnya lagi, aku tidak mewarisi sekeping pun fragmen memorinya.
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu berada dalam posisiku?
Aku tidak tahu seberapa kuat pengendalian oleh 'hal itu'. Mencari informasi kepada penghuni Kuil Suci lain? Terlalu ekstrem. Aku ingin bermain aman saja, tidak ingin menimbulkan kecurigaan mereka. Siapa tahu pengendalian oleh plot tidak sekuat itu? Aku keluar dari karakter dan mereka menyadarinya. Siapa tahu bahwa mereka menganggap Aeris telah terkontaminasi oleh iblis, lalu membakarnya hidup-hidup?
Meskipun Aeris adalah orang suci, dikeroyok semua penghuni Kuil Suci yang memiliki kesaktian kiranya akan membuatnya kewalahan juga. Aeris bukan salah satu dari tokoh utama. Seumpama Aeris binasa, aku yang berada dalam tubuhnya juga akan ikut!
Belum ingin mati!
Pikiranku terputus begitu hidungku diisi oleh sedapnya aroma kembang dan rasa basah di kedua telapak kaki.
"Yang Suci, tolong rentangkan tanganmu."
Aku menuruti permintaannya. Pelayan itu memapas pakaianku dengan kalem.
Di depanku, ada sebuah kolam yang sekiranya dapat menampung tiga manusia dewasa.
Aku menceburkan diri ke dalamnya tanpa ba-bi-bu dan menyesuaikan posisi. Ada dua pelayan yang tinggal di sini untuk memandikanku sambil memberikan pijatan super nyaman yang berlangsung cukup lama.
"Yang Suci, izinkan kami mengeringkan tubuhmu."
Aku keluar dari kolam dan berdiri dengan tangan dan kaki yang sedikit terlentang. Gerakan pelayan-pelayan itu masih sama subtilnya.
Dia memakaikan jubah mandi seraya berkata, "Yang Suci, apakah Anda masih ingin beberapa pijatan?"
Tentu saja aku menjawab, "Ya."
"Baik, tolong ikuti saya," ucapnya sebelum menuntunku ke tempat tidur kamar.
Ah, aku harap mereka memijatku sedikit lebih lama lagi. Sayang sekali, aktivitasku dengan keluarga kerajaan belum selesai.
***
Aku pikir pemberkatan keluarga kerajaan akan berlangsung meriah. Di aula singgasana ini, pihak Kuil Suci hanya ada aku, seorang pelayan, dan seorang kesatria. Pihak kerajaan hanya ada raja, ratu, dan pangeran mahkota, serta dua penjaga istana. Pelayan dan kesatriaku berdiri di kanan kiriku, sama seperti kedua penjaga yang mengapit keluarga kerajaan. Posisiku dan keluarga kerajaan adalah duduk berhadapan.
Sebelum memulai pemberkatan, raja dan ratu berbasa-basi terlebih dahulu. Mereka memperkenalkan diri dan meminta maaf atas kelancangan mereka karena tidak menyambutku. Kebetulan pada saat aku datang, mereka masih sibuk mengurus hal-hal yang terkait dengan upacara penurunan takhta pada malam nanti. Mereka juga meminta kemurahan hatiku untuk menyaksikan penobatan raja baru di negeri ini, yang tentu saja tubuh ini tolak.
Mereka tidak berbasa-basi lebih lama lagi dan mempersilakan aku untuk memulai ritual pemberkatan. Simpel saja. Untuk pangeran mahkota, aku memberkatinya dengan kebajikan seorang raja, sedang untuk raja dan ratu, sesuai permintaan, aku memberikan berkat umur panjang yang setidaknya sampai mereka dapat melihat cucu mereka naik takhta. Setelahnya, tergantung pola hidup dan takdir mereka.
Setelah pemberkatan selesai, seorang pelayan dengan troli menyuguhi aku beberapa makanan dan minuman yang tampak lezat sekali.
Uh, respon tubuh ini sedikit menyebalkan. Suguhan itu lalu ditawarkan kepada pelayan dan kesatria yang juga menolak.
Menyadari kerlinganku yang menyiratkan untuk segera pergi, pelayanku buru-buru berkata, "Maafkan saya Yang Mulia Raja dan Ratu, tetapi Yang Suci ingin segera pamit. Terima kasih."
Keluarga kerajaan langsung bangkit dari duduknya dan berselamat tinggal. Sekali lagi, mereka mengucapkan terima kasih atas pemberkatan yang mereka terima.
***
Kegiatan menyapa seluruh kerajaan telah berlangsung selama lima belas hari. Saat ini, rombongan kami sedang dalam perjalanan kembali ke Kuil Suci.
Akan tetapi ....
"Berhenti." Tiba-tiba, sebuah perintah keluar dari mulutku dengan sendirinya.
Si kusir juga tidak siap dengan perintah ini. Kereta tidak berhenti dengan mulus.
Tak lama, tubuhku, lagi-lagi dengan sendirinya, turun dari kereta. Para kesatria yang melihat ini pun terkejut dan serentak turun dari kuda. Sebelum mereka bisa mengutarakan pernyataan, tubuh ini berperintah dengan dingin dan tegas, "Kalian kembali, jangan ikuti saya."
Tak berani memprotes, mereka hanya:
"Baik, Yang Suci. Kami akan segera pergi."
Begitu rombongan Kuil Suci tidak terlihat dalam penglihatan, tubuh ini melantas merapalkan mantra pengganti baju. Cadar dan jubah hitam besar terpasang di tubuhku. Ngomong-ngomong, soal roti, jawabannya adalah aku mencurinya. Aku menggunakan penyamaran ini.
Kupikir saat dalam penyamaran, aku dapat mengambil kontrol sama seperti terakhir kali. Namun, seberapa keras aku berusaha, kaki-kaki ini terus berjalan, agaknya kembali ke pemukiman warga yang baru saja kami lewati?