Chereads / Bukan Novel Romansa dalam Kuil Suci / Chapter 13 - Ingin Cepat Menikah

Chapter 13 - Ingin Cepat Menikah

Penulis novel Si Ketos Dingin menulis latar ceritanya persis seperti di dunia nyata. Sistem juga tidak berbohong soal mengirimkanku ke dunia yang seratus persen sama dengan bumi. Dalam kebanyakan novel, makhluk itu selalu diciptakan sebagai karakter yang suka menjahili tuan rumahnya. Untung punyaku tidak begitu.

Ah! Dapat kubayangkan betapa jenuhnya kehidupanku di dunia ini ke depannya.

Defeat

Yah, kalah lagi.

"Sistem," panggilku dalam hati.

[ Panggilan diterima. Ada apa, tuan rumah? ]

"Keinginan terbesar Dewi Nur Larasati hanyalah menikah, 'kan?"

[ Pertanyaan diterima. Iya. Apakah ada pertanyaan lagi? ]

"Tidak ada catatan khusus?"

[ Pertanyaan diterima. Tidak ada. Apakah ada pertanyaan lagi? ]

"Tidak, enyahlah segera!" Aku benar-benar muak berbicara dengan sistem. Rasanya benar-benar seperti berbicara dengan robot yang jawabannya menggunakan template.

Aku juga tidak tertarik dengan dunia novel ini. Ingin rasanya cepat-cepat angkat kaki dari sini.

"Dewi!" Sebuah teriakan khas ibu-ibu yang agaknya bersumber dari ruang keluarga pun terdengar di indra pendengaranku.

"Apa?" balasku sembari menjejakkan kaki ke situ.

Yang barusan berteriak memanggilku adalah ibu dari tubuh asli bernama Siti. "Tolong ambilkan pisau di lemari ruang makan."

"Ya," jawabku pendek.

Tak lama ....

Aku menyerahkan sebilah pisau kepadanya. "Ini, Bu."

"Bu," aku mendekatkan kursi yang akan kududuki ke Bu Siti, "aku ingin menikah secepatnya. Jodohkan saja aku. Aku percaya pada pilihan Bapak dan Ibu ...."

Mendengar perkataanku, Bu Siti langsung menghentikan aktivitas mengupas pepayanya. "Ada apa denganmu? Mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?" Bu Siti menatapku dalam-dalam.

"Ya itu tadi, Bu. Aku jadi ingin cepat-cepat menikah. Sekarang aku percaya dengan calon suami yang Bapak dan Ibu pilih nanti ...."

"Dewi, kamu tahu Ibu tidak meminta jawaban itu, 'kan?" Bu Siti lalu meletakkan pisau dan pepaya yang baru setengah dikupas ke atas rak. "Sebelumnya, kamu benar-benar menolak perjodohan ini dan mengancam orang tuamu dengan cara bunuh diri," tambahnya dengan memberi penekanan pada kalimat terakhir.

"Katakan alasan yang sebenarnya!" Bu Siti berbicara dengan lirih, tetapi nadanya tegas.

"Bu ...," aku membuat nada semenyedihkan mungkin, "aku minta maaf. Anakmu yang bodoh ini baru saja menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan menjadi anak durhaka lagi ...."

Aku pun berlutut dan mencium kaki Bu Siti. "Sekarang anakmu ingin berusaha membahagiakan kedua orang tuanya, salah satunya adalah dengan menikahi jodoh pilihan Bapak dan Ibu ...."

Masih dalam posisi yang sama, aku menambahkan, "Aku ingin secepatnya, Bu. Aku sangat bersedia jika pernikahanku dilaksanakan besok!"

"Karena kamu berkata begitu, cepat ambilkan ponsel Ibu di kamar. Ibu akan berbicara dengan Bu Sulis soal proposal pernikahan."

Aku berdiri dengan senyum lebar. Aku mengangguk keras dan berlari menuju kamar Bu Siti.

"Ini, Bu," ucapku sembari menyerahkan ponsel pintar milik Bu Siti. Kemudian aku kembali ke kamar, tidak tertarik untuk mendengar pembicaraan beliau dengan Bu Sulis yang pasti bakal berlangsung selama paling sedikit satu jam.

Jadi begini, kurang lebih pada satu tahun yang lalu, Bu Siti ingin menjodohkan Dewi dengan sepupu jauhnya. Dia tentu saja menolak. Keduanya memiliki perbedaan umur yang cukup besar, yaitu sebanyak dua belas tahun dengan Dewi menjadi pihak yang lebih muda. Selain itu, dia adalah pribadi yang menolak keras praktik perjodohan dengan orang yang tidak dikehendaki. Dia melakukan percobaan bunuh diri sebagai bentuk protesnya. Hal tersebut pun berhasil. Kedua orang tuanya sekali pun tidak pernah menyinggung soal perjodohan lagi.

Ah, aku harap sepupu jauh Dewi masih available, secara proposal pernikahan itu diajukan pada satu tahun yang lalu. Kalau tidak, maka aku harus bercapek-capek dalam mencari jodoh dan tinggal di dunia yang tidak ada menariknya ini lebih lama ....

Aku bermain Mobile Legends kembali. Meski aku mainnya dungu dan sering kalah, aku tetap suka.

Ngomong-ngomong, latar waktu dalam novel ini adalah tahun 2017. Tahun yang sama dengan tahun kematian diriku, kematian Kirana Ayu.

Tiga puluh menit kemudian ....

Defeat

Another tiga puluh menit kemudian ....

Defeat

Aku menghela napas. Untung aku memiliki pribadi yang sabar ....

"Dewi." Bu Siti memanggil.

Aku bergegas. "Ya."

Semoga saja kabar baik.

"Ibu baru saja selesai berbicara dengan Bu Sulis. Anaknya belum menikah, tetapi dia sedang menempuh studi S3-nya di Australia. Baru bulan kemarin dia berangkat."

Oh, sial. Kabar buruk ....

"Berarti pernikahan akan dilangsungkan setelah dia pulang ke Indonesia?"

"Iya."

"Bu, aku ingin cepat menikah .... Apakah ada calon lain?"

"Ada beberapa dari teman Ibu yang menawarkan anaknya, tetapi Ibu hanya ingin Sena anak Bu Sulis."

Aku diam untuk beberapa saat. Sekolah doktoral kalau tidak salah memerlukan waktu tiga tahun.

Tentu saja jawaban yang akan diterima oleh Bu Siti adalah penolakan, lagi. Yang aku pedulikan di sini bukanlah calon, melainkan tanggal pernikahan.

"Bu, aku mau tidur dulu. Aku mengantuk. Besok akan aku jawab ...." Aku pun membalikkan badan tanpa menggagas reaksi Bu Siti.

"Katamu kamu ingin berhenti jadi anak durhaka! Omong kosong!"

Aku tidak bohong, lho. Aku benar-benar mengantuk.

Aku pun menutup pintu kamar sebelum membanting tubuh ke atas kasur. Tepat aku hendak memejamkan kedua mata, sebuah ide brilian tiba-tiba terlintas, mengakibatkan kantukku kunjung sirna.

Jadi, pertama-tama, Dewi Nur Larasati beragama Islam.

Kedua, kedua orang tuanya juga beragama Islam.

Ketiga, lingkungan dalam keluarganya adalah lingkungan konservatif.

Sempurna!

Apakah kalian bisa menebaknya?

Baik, akan aku tambahkan satu petunjuk yang paling esensial.

Zina.

Sudah paham kalian? Jadi, aku berencana hamil di luar nikah. Jangankan aturan-aturan dalam Islam, aturan-aturan dalam agamaku sendiri pun tidak terlalu hafal. Menurut pengetahuan Dewi, hamil di luar nikah dianggap sebagai aib dalam keluarga, sehingga wanita yang hamil harus segera dinikahi guna menghapus aibnya.

Ah, membuatku bertanya-tanya apakah aku bisa melakukan perzinahan dengan tokoh utama laki-laki kedua.

Sepertinya tidak mungkin, sih. Meskipun Putra bukan yang pertama, dia tetaplah salah satu dari tokoh utama.

Haha, kok aku menjadi penasaran, ya, dengan seberapa kuat kekuatan plot novel ini?

Hmm ... lupakan saja. Tetaplah dorongan untukku hengkang secepatnya dari dunia ini lebih besar. Tambahan lagi, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan dengan sedikit usaha.

Sebenarnya, melakukan hubungan intim pranikah dan dengan orang asing sangat bertentangan dengan prinsipku. Apalagi menikahi orang asing dan tidak jelas.

Tidak masalah, ya, untuk sekali-kali melanggar prinsip? Ini juga bukan salahku. Ini salahnya sistem busuk. Makhluk itulah yang mengirimku ke sini.

Tak lama kemudian, aku menguap.

Kali ini, aku benar-benar memejamkan mata dengan senyum menghiasi wajah dan tenggelam ke dalam mimpi yang kemungkinan besar tidak akan bisa kuingat keesokan harinya.