Chereads / Bukan Novel Romansa dalam Kuil Suci / Chapter 9 - Apa?!! (18+)

Chapter 9 - Apa?!! (18+)

Akhirnya, usahaku berhasil.

Mungkin?

Tak lama, sebuah desisan lirih mantra terlontar dari mulutku.

Dua detik yang lalu aku masih berdiri di pinggir hutan. Kini, aku melihat seorang anak laki-laki sedang tidur meringkuk di atas jerami di kandang babi.

!!!

Tidak, tidak, tidak!!!

Mengapa??!!!

Apa yang sedang terjadi?!!!

Aku tidak bisa menahan kepanikan. Aku mempersaksikan kepala anak itu putus.

Benar-benar putus!

Kepala anak itu perlahan-lahan menggelinding di tanah macam bola pingpong. Cairan merah kental mengalir di sepanjang jalan yang dilewatinya, sebelum akhirnya berhenti dan menimbulkan genangan di sekitar kakiku.

Bau darah segar sekejap mengisi indra penciumanku. Pikiranku dipenuhi oleh horor. Pemandangan daging, tulang, dan urat leher milik anak ini tercetak jelas di benakku.

Tidak, tidak, tidak!!!!

Menggunakan senar transparan, pemenggalan itu berlangsung sekilat halilintar. Anak itu masih mempertahankan ekspresi tidur yang sama ....

Aku ... aku hanya bisa menonton ini semua dengan pasrah. Aku dipaksa untuk melihat kengerian ini.

Aku tidak ingin!!!

Oh Tuhan .... Tolong ... tolong aku ...!!

Tidak cukup sampai sini. Aeris masih melakukan sesuatu dengan kepala dan tubuh yang terpisah itu. Dia melemparkannya dengan mantra ke kubangan lumpur babi. Babi-babi yang sedang tertidur itu pun terbangun. Merasakan ada objek asing di wilayahnya, hewan-hewan itu mengendus-ngendus jasad tersebut ... sebelum membuka congor dan mulai memakannya?!!!

Jasad anak kecil yang malang itu dengan cepat terkoyak oleh tiga ekor babi dewasa yang lapar. Salah satu babi itu berjalan ke salah satu sudut kandang dengan usus bergelantungan pada congornya. Efektivitas pendengaranku seolah-olah ditingkatkan berpuluh-puluh kali. Suara kriuk, kriuk, kriuk, dan kriuk dari peremukan tulang terus-terusan bergaung.

Bola mata yang----

Tidak, tidak!!

Berhenti!!!

Tuhan, tolong .... Tolong bawa aku pergi dari sini!!! Adegan itu terlalu berdarah!!

Aku ... aku tidak mengerti lagi ....

Tahu-tahu, aku telah kembali ke undakan tangga yang akrab. Undak-undakan penghubung gua kediamanku di Kuil Suci.

Sungguh, aku ingin menangis ... tetapi tidak bisa, dalam arti sebenarnya. Rasanya tubuhku gemetaran dengan hebatnya, tetapi di sinilah aku, sedang mendaki tangga dengan postur tegap dan tegas.

Sebentar, sebentar .... Tolong beri aku sedikit waktu untuk menenangkan diri dan mencerna semua ini ....

***

Baik. Mentalku sudah lebih stabil, tiga hari pasca kejadian itu.

Pertama-tama, aku juga tidak tahu.

Alasan Aeris membunuh anak itu, aku juga tidak tahu!

Sama sekali tak pernah terpikirkan olehku bahwa dia akan sama kejamnya dengan tokoh utama laki-laki. Bukankah dia orang suci ...? Oh tidak, dia lebih pantas disebut sebagai iblis daripada orang suci.

Satu tahun belakangan, memang baru kali ini tubuh ini melakukan suatu hal yang ekstrem. Apakah mungkin ... pembunuhan anak itu tidak tanpa alasan?

Aku masih waras, oke, aku tidak mencoba membenarkan Aeris. Hanya saja .... Ah, lupakan. Intinya, kejadian itu benar-benar berhasil membuatku ingin pulang ke dunia asliku. Apa itu bakat, kekuatan, dan kecantikan nomor satu? Bah, lebih baik menjadi Kirana Ayu yang kentang itu! Aeris ini gila.

Siapa tahu bahwa dia akan berulah lagi dan lebih kejam daripada ini? Aku benar-benar tidak ingin dihantui oleh adegan pembantaian dan perasaan bersalah yang akan mengikis kewarasanku secara perlahan-lahan, sebelum jatuh total dalam kegilaan.

Bagaimana ini?

Aku harus bagaimana?!!

Bunuh diri ...?

Bunuh diri ....

Ah, ya, itu dia!

Bunuh diri!

Aku harus mati hari ini. Dengan begini, aku dapat kembali ke dunia asliku. Dengan cara ini, aku dapat menjadi Kirana Ayu. Aku dapat menjadi diriku sendiri!

Ya!

Benar!

Meneriakkan mantra sekencang-kencangnya, sebuah senar muncul dalam genggamanku dari ketiadaan. Inilah senar yang digunakan Aeris untuk memotong kepala anak itu. Senar yang tak kalah tajam dengan pedang ini juga akan memotong pergelangan tangan Aeris. Benda ini dapat membunuhku dengan cepat dan tanpa rasa sakit, ingatlah anak itu .... Dalam kematiannya, dia sama sekali tidak terlihat kesakitan ....

Aku hanya perlu mendorong senar ini dengan sekuat tenaga ke arah urat nadi tanganku.

Akan tetapi ....

Setetes air asin perlahan-lahan jatuh membasahi pipiku.

Aku tidak bisa melakukan ini ....

Aku benar-benar tidak bisa melakukan ini ....

"ARGGHHHHHHHHHHHHHH!"

Ah!

Ya, masih ada jalan!! Jika aku tidak bisa membunuh diriku sendiri, cari orang lain yang mau melakukannya!

Pakaianku berganti serba hitam dan tertutup setelah mantra selesai aku lafalkan. Tidak ada bagian tubuhku yang terlihat, kecuali sepasang mata.

***

Aku berjalan menyusuri kampung demi kampung, mencari sebuah pemukiman yang sekiranya dihuni oleh para kriminal atau mantan kriminal.

Aku telah berjalan untuk apa yang terasa seperti selamanya dan masih saja belum menemukan satu pun pemukiman kumuh.

Tak lama kemudian, aku melihat sebuah apotek.

Uang ... ah, aku tidak punya.

Liraku, benda itu terbuat dari emas!

Aku bersembunyi di balik pepohonan yang agak jauh dari apotek agar aksi sulapku tidak ketahuan. Sesudahnya, aku memasuki apotek.

Kulihat, ada beberapa orang sedang mengantri.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mempunyai ini," kataku dengan suara serendah remaja laki-laki yang baru memasuki masa pubertas, sambil memperlihatkan lira kepada nenek apoteker di seberang. "Benda ini terbuat dari emas. Saya ingin beberapa obat yang berbeda."

Nenek ini diam, sedang berpikir.

"Maaf, Tuan. Sepertinya saya tidak bisa menerima permintaan Anda. Lira itu dapat membeli seluruh apotek kecil saya. Pasien-pasien itu, mereka masih membutuhkan obat di apotek ini ...."

Aku hendak membuka mulut untuk membalas, tetapi tiba-tiba tubuh ini lepas kontrol.