Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 41 - Anak yang malang

Chapter 41 - Anak yang malang

Alma seperti di cekik, mendengar suara Tuan Mario seperti petir menyambar. Ia benar-benar sangat takut melihat Tuan Mario marah. Alma tidak berani mengangkat wajahnya, ia hanya bisa menundukkan wajahnya sambil menangis. Air mata Alma menjadi saksi betapa ia sangat terpukul dengan kejadian ini.

Hati seorang ibu tidak bisa di bohongi, tidak ada seorang ibu yang mau kehilangan anaknya. Tidak ada seorang ibu yang mau melihat anaknya menderita. Setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Bagaimanapun caranya, seorang ibu pasti akan berjuang demi masa depan anaknya.

Rudi bingung mau berkata apa, ia takut jika dirinya salah mengeluarkan kata-kata. Tuan Mario meremas rambutnya, ia menghelai napas panjang. Tuan Mario tiba-tiba merasa lemah, kakinya tidak kuat untuk beridiri. Ia menjatuhkan tubuhnya.

"Ayah kenapa?" Tanya Ny Yulia dengan panik.

"Ayah tidak kenapa-kenapa" Jawab Tuan Mario.

"Jika Tuan tidak enak badan, sebaiknya kita pergi ke rumah sakit saja" Ucap Rudi, ia juga terlihat ikut panik.

"Tidak usah Rudi, karena saya baik-baik saja"

"Sepertinya ini sudah malam, apakah kamu tidak takut pulang terlambat?" Tanya Ny Yulia kepada Rudi.

"Tidak ibu! Memangnya kenapa?" Rudi bertanya balik.

"Ibu khawatir saja sama istri kamu, saya takut jika ia berpikiran yang tidak-tidak"

"Ibu tenang saja, karena istri saya tidak tahu saya ke rumah Alma"

"Kenapa kamu tidak memberitahu dia, takutnya nanti istri kamu salah paham"

"Nanti saya akan beritahu dia ibu"

"Sebaiknya kamu pulang saja dulu, terimakasih karena kamu sudah mau mengantar Alma pulang"

"Tidak apa-apa ibu, saya tidak mungkin tega meninggalkan kalian dalam keadaan seperti ini"

"Kami semua tidak kenapa-kenapa" Ucap Ny Yulia.

"Saya pulangnya nanti saja ibu. Siapa tahu ada yang bisa saya bantu"

"Sekali lagi terimakasih banyak Rudi, maaf jika sudah membuat kamu repot"

"Sama-sama ibu"

Apartemen pusat kota.

Arfha dan Cio sekarang sudah berada di apartemen dari tadi. Aletta tidak mau lepas dari gendongan Arfha. Lama-lama ia merasa nyaman, Aletta menempelkan kepalanya di dada Arfha.

Arfha kembali merasakan sesuatu yang berbeda, hatinya merasa tenang dan damai. Ia merasa ada kontak batin sama Aletta. Ini baru pertama kalinya Cio melihat Tuannya dekat sama anak kecil. Arfha yang biasanya tidak perduli dan tidak mau tahu sama anak-anak.

"Saya heran sekali sama Tuan! Kenapa dia begitu lengket sama anak itu" Gumam Cio.

"Cio kenapa kamu melihat saya seperti itu?" Tanya Arfha.

Cio terkejut, ia langsung menundukkan wajahnya "Maafkan saya Tuan!" Ucap Cio.

"Sebaiknya kita pergi ke kantor polisi sekarang, saya sangat khawatir orang tua anak ini frustasi" Ucap Arfha.

"Baik Tuan"

"Ibu ... Aku mau sama ibu" Bisik Aletta.

"Sayang kita akan segera bertemu sama ibu kamu. Anak baik tidak boleh menangis ya" Arfha kembali menenangkan Aletta.

Aletta mengangkat wajahnya, ia menatap kedua bola mata Arfha. Seorang anak kecil tidak bisa mengungkapkan apa yang di rasakan, ia hanya bisa merengek dan memanggil orang yang paling dekat dengannya yaitu Alma.

Arfha menurunkan Aletta dari pangkuan, ia membersihkan wajah Aletta menggunakan tisu basah. Ia juga merapikan rambut Aletta, agar terlihat lebih fresh.

"Sekarang kamu sudah cantik" Puji Arfha sambil tersenyum, ia kemudian mengambil paper bag berwarna putih, lalu ia membukanya "Paman tadi sudah membelikan kamu mainan. Jadi kamu tidak akan kesepian".

Arfha memberikannya kepada Aletta "Apa ini?" Tanya Aletta.

"Kita buka sama-sama ya" Ucap Arfha.

Aletta mengangguk dengan imut, wajahnya terlihat manis dan menggemaskan. Ia memiliki pipi yang Cubi, bibirnya juga tipis, bulu matanya sangat lentik sekali.

"Anak ini cantik sekali, alangkah beruntung orang tua memiliki anak ini" Diam-diam Arfha mengagumi Aletta. Seandainya ia tahu kalau Aletta adalah putrinya, mungkin ia akan malu sama dirinya sendiri. Karena dia sudah mengabaikan Alma pada saat ia hamil besar.

"Tuan mobilnya sudah saya siapkan. Apakah kita berangkat sekarang?" Tanya Cio.

"Sebentar Cio" Arfha membuka bungkus mainan itu dan langsung di pegang oleh Aletta. Ia juga sudah membelikan ice creim rasa cokelat dan rasa strawberry, ia juga membeli beberapa makanan kesukaan anak-anak. Setelah semuanya sudah siap, Arfha kemudian mengajak Aletta berangkat.

Di sepanjang perjalanan.

Aletta sudah tidak menangis, karena ia Fokus menikmati ice creim kesukaannya. Aletta melihat Arfha, ia kemudian menyodorkan ice creim itu ke mulut Arfha. Ia meminta Arfha untuk mencicipinya.

"Apakah kamu mau berbagi sama paman?" Tanya Arfha dengan senang hati.

Aletta mengangguk sambil tersenyum manis "Wah kamu memang anak baik. Paman cicipi sedikit ya"

Secara perlahan Arfha menyentuh ice creim, ia mencicipinya hanya seujung Saja. Ternyata rasanya enak, bahkan ia menjadi ketagihan.

Mereka semakin dekat, Arfha dan Aletta bercanda di sepanjang perjalanan. Tidak terasa mereka sudah sampai di kantor polisi pusat kota.

Kantor polisi.

Cio turun dari dalam mobilnya terlebih dahulu, ia kemudian membuka pintu mobil untuk tuannya "Silahkan Tuan".

Arfha turun sambil menggendong Aletta, mereka kemudian masuk ke dalam kantor polisi. Aletta yang tidak terbiasa melihat orang asing, ia merasa takut karena banyak sekali bapak-bapak menggunakan seragam polisi. Aletta langsung memeluk Arfha dan menyembunyikan wajahnya.

"Sayang kamu kenapa?"

Aletta semakin erat memeluk Arfha "Kamu tidak usah takut, karena Sekarang kita sudah berada di kantor polisi. Bapak polisi itu baik, dia yang akan membantu kita untuk menemukan orang tua kamu" Bisik Arfha dengan lembut.

"Tidak mau!" Ucap Aletta, ia seperti masih takut.

"Mohon maaf pak, sepertinya anak ini butuh untuk di tenangkan dulu" Ucap Arfha kepada bapak polisi itu.

"Baiklah Tuan".

Arfha membawa Aletta bermain di luar, ia berusaha untuk membuat suasana hati Aletta kembali tenang "Sayang kamu kenapa lagi?" Tanya Arfha.

"Aku takut" Ucap Aletta.

"Kamu tidak usah takut, disini ada paman baik yang menemani kamu"

"Aku takut" Lagi-lagi Aletta berbicara seperti itu.

"Kamu tidak mau kita berada di tempat ini?" Tanya Arfha kembali.

Aletta mengangguk "Baiklah kalau begitu, Paman baik akan membawa kamu kembali ke apartemen"

Aletta tersenyum, Arfha bingung dengan keinginan Aletta. Padahal ia ingin segera mempertemukan Aletta dengan orang tuanya. Tetapi ia malah meminta untuk di bawa pergi dari Kantor polisi. Karena ia tidak mau membuat Aletta kecewa, terpaksa Arfha memutar kembali mobilnya. Ia meminta Cio untuk pulang. Mereka bertiga kembali masuk ke dalam mobil.

Beberapa menit kemudian Arfha sampai di apartemen, ia melihat Aletta tidur dengan lelap "Arghhh... ternyata anak ini ngantuk berat. Pantas saja dia meminta saya untuk membawanya pulang. Sebaiknya besok saja saya pergi ke kantor polisi" Guamm Arfha.