Rudi tersenyum hadap depan sambil menggelengkan kepalanya. Ia kemudian fokus menjalankan motornya. Perasaan resah dan gelisah semakin menggebu-gebu di hati Alma, bagaimana tidak? Aletta putri kesayangannya belum ia temukan.
"Alma coba kamu ceritakan bagaimana Aletta bisa hilang?" Tanya Rudi, tapi suaranya di terbangkan oleh angin jadi Alma tidak jelas.
Rudi melihat ke belakang, ia berpikir kalau Alma jatuh tetapi ia masih ada. Rudi membawa Alma berkeliling ke semua tempat tapi Aletta belum juga di temukan.
"Rudi sebaiknya kamu bawa saya ke kantor polisi' Ucap Alma.
"Sebaiknya kita cari dulu Aletta sampai ketemu. Karena kalau kita pergi sekarang, laporan kamu tidak akan di terima karena Aletta menghilang belum dua puluh empat jam"
"Tapi kita sudah mencari Aletta kemana-mana, namun belum juga ketemu" Teriak Alma sambil menangis.
"Ya sudah kalau begitu aku akan membawa kamu ke kantor polisi" Rudi memutar kembali motornya, ia pergi ke kantor polisi sesuai permintaan Alma.
Malam hari.
Waktu memang cepat berlalu, ketika pagi sudah tiba maka bersiaplah untuk menyambut datangnya waktu malam. Di dunia ini tidak ada yang abadi, karena semua mudah berganti begitu saja. Suasana yang tadinya terang seketika berubah menjadi gelap. Hanya ada cahaya lampu di setiap rumah orang.
Alma dan Rudi sampai malam mencari Aletta, ia juga sudah melaporkan tentang hilangnya Aletta. Alma duduk di kursi besi tepat di pinggir jalan, rambutnya benar-benar berantakan. Rudi yang baik hati membelikan minuman dan makanan.
"Sebaiknya kamu makan roti ini dulu" Ucap Rudi.
Alma menggelengkan kepalanya "Tidak Rudi" jawab Alma.
"Alma jika kamu tidak makan sampai sekarang, saya takut jika kamu sakit"
"Aku tidak lapar"
"Ayolah Alma!"
"Tolong jangan paksa saya"
Mendengar hal itu, Rudi langsung menarik tangannya yang sedang menyodorkan roti ke arah Alma. Rudi kemudian duduk di samping Alma.
"Saya paham bagaimana perasaan kamu, aku berharap Aletta dapat ditemukan secepatnya" Ucap Rudi.
"Terimakasih Rudi"
"Sama-sama Alma. Kamu harus kuat, kamu tidak boleh lemah"
"Eummm!" Alma kemudian tersenyum, meskipun senyumannya menyimpan seribu kesedihan.
Sedangkan Ny Yulia dan Tuan Mario dari tadi gelisah, pikiran mereka tidak tenang. Ny Yulia sudah puluhan kali mondar-mandir di halaman rumahnya. Ia khawatir sekali karena Alma dan Aletta belum pulang.
"Ayah kenapa Alma dan Aletta belum juga pulang? Ini sudah mau jam 08.00 malam" Ucap Ny u Yulia dengan resah.
"Ayah juga tidak tahu ibu, apakah ibu sudah menghubungi Alma?"
"Sudah ayah ... Tapi handphonenya tidak aktif"
"Arghhh ... Kemana perginya Alma,? Seharusnya kalau sudah mau malam, dia segera pulang"
"Ibu khawatir jika sesuatu terjadi sama mereka ayah"
"Sebaiknya ibu jangan berpikiran yang tidak-tidak, semoga mereka tetap terjaga"
"Tapi ayah!!"
"Ibu sebaiknya tunggu di rumah, ayah mau minjam motor dulu. Pokoknya ibu tidak boleh kemana-mana, kita akan mencari Alma sama-sama"
"Baiklah ayah, ibu tunggu!"
Tuan Mario kemudian berjalan menuju gerbang rumahnya, di saat ia membuka gerbang, motor matic tiba-tiba berhenti didepannya. Tuan Mario melihat Rudi, karena wajahnya sudah tidak asing lagi.
"Rudi!" Sapa Tuan Mario dengan ekspresi rumit.
"Paman mau kemana?" Tanya Rudi sambil turun dari motornya. Begitu juga sama Alma, ia menundukkan wajahnya dari tadi. Alma takut melihat wajah Tuan Mario.
"Paman mau pergi ke tetangga sebelah" jawab Tuan Mario.
"Ayah dimana ibu?" Tanya Alma secara spontan.
"Alma kenapa kamu bisa bersama Rudi? Apa sebenarnya yang terjadi?" Tanya Tuan Mario, ternyata dari tadi ia belum jelas melihat Alma.
"Ayah!" Ucap Alma sambil menangis, ia langsung memeluk ayahnya.
Tuan Mario masih bertanya-tanya, apa yang terjadi sama Alma. Ia melihat wajah putrinya itu kusut dan pakaiannya lusuh. Tuan Mario memegang kedua pundak Alma "Sebaiknya kita masuk ke dalam dulu" Ucap tuan Mario.
Ny Yulia mendengar suara Alma, ia langsung menuju gerbang untuk memastikan apakah itu benar Alma atau tidak dan ternyata benar. Ny Yulia sangat terkejut melihat Alma yang tidak seperti biasanya. Kedua bola matanya sembab karena dari tadi ia hanya bisa menangis dan menangis.
"Alma kamu kenapa sayang? Dimana Aletta?" Tanya Ny Yulia dengan histeris.
"Ibu!" Alma beralih memeluk ibunya, ia tidak bisa menahan air matanya. Setiap kali ia mendengar nama Aletta perasaan Alma rasanya hancur.
Ny Yulia kembali memeluk Alma, ia mengelus rambut Putrinya yang malang itu "Sayang kamu tenang dulu, tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan Secara pelan" Bisik Ny Yulia.
Alma melakukan apa yang di katakan oleh Ny Yulia "Sebaiknya kita masuk ke dalam. Tidak enak di lihat banyak orang di luar" Ucap Ny Yulia.
Mereka kemudian masuk ke dalam, namun hanya Rudi yang diam karena ia merasa tidak enak ikut bergabung sama keluarga Alma.
"Rudi kenapa kamu diam saja? Ayo ikut masuk" Ajak Tuan Mario.
"Ya Rudi, sebaiknya kamu masuk dulu" Sambung Ny Yulia. Rudi tidak enak menolak ajakan mereka, ia kemudian ikut masuk.
Ruang tamu.
Alma, Rudi, Ny Yulia dan Tuan Mario duduk di ruang tamu. Mereka masih terdiam melihat wajah Alma terlihat sangat pucat, seperti tidak ada aliran darah didalam tubuhnya.
Berulang kali Alma menghelai napas panjang, setelah merasa lebih baik ia baru mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. Alma bercerita dari awal hingga sampai Aletta menghilang. Ny Yulia dan Tuan Mario sangat syok mendengar cerita Alma, hampir saja jantung mereka berdua copot.
"Alma bukan ibu yang baik" Ia menyalahkan dirinya.
"Bagaimana bisa Aletta hilang Alma?" Teriak Tuan Mario, ia langsung bangun dari duduknya dan menatap Alma dengan tatapan tajam, ia tidak bisa menahan emosinya.
"Ayah maafkan saya, ini memang kesalahan terbesar saya" Alma langsung berlutut memeluk kaki Tuan Mario.
"Ayah jangan emosi seperti itu. Tidak ada gunanya kita menyalahkan Alma, karena ini namanya musibah. Alma juga tidak tahu jika kejadian ini akan terjadi sama dirinya. Daripada ayah marah-marah tidak jelas, sebaiknya kita cari solusinya bersama"
"Tapi ibu, dia sudah membuat Aletta hilang, cucu kita satu-satunya. Ayah tidak bisa membayangkan bagaimana Aletta sekarang ini. Alma ini benar-benar ibu yang lalai, buktinya dia tidak bisa menjaga anaknya"
"Ibu tahu ayah, kasihan Alma dia juga sangat syok dengan kejadian ini" Ny Yulia mendekati Alma yang sedang berlutut di kaki Tuan Mario. Ia memegang kedua pundak putrinya.
"Maafkan ayah kamu sayang, ayah tidak bermaksud marah sama kamu. Dia seperti itu karena syok" Bisik Ny Yulia sambil membangunkan Alma.
Alma seperti di cekik, mendengar suara Tuan Mario seperti petir menyambar. Ia benar-benar sangat takut melihat Tuan Mario marah. Alma tidak berani mengangkat wajahnya, ia hanya bisa menundukkan wajahnya sambil menangis. Tidak ada seorang ibu yang mau kehilangan anaknya.