Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 39 - Kehilangan

Chapter 39 - Kehilangan

"Ya! Tapi saya harus mencari orang tua anak ini dulu. Kasihan sekali dia" Jawab laki-laki asing itu.

"Baiklah Tuan" Supir pribadi itu kemudian menunggu laki-laki asing itu. Dan ternyata dia adalah Arfha, suami Alma. Masa lalu yang sudah menghancurkan harapan Alma. Tanpa Arfha sadari anak yang ada di pangkuannya itu adalah anak kandungnya sendiri.

Handphone Arfha sedari tadi berdering "Sayang kamu tunggu sebentar ya, paman mau menjawab telpon dulu" Ucap Arfha, ia kemudian menurunkan Aletta dari gendongannya, tetapi tangannya tetap menggenggam tangan Aletta.

Tidak lama kemudian Arfha menutup telponnya, ternyata ia mempunyai janji sama seseorang dan kebetulan orang itu sudah menunggu dirinya sedari tadi. Arfha di minta untuk datang lebih cepat. Mau tidak mau Arfha harus membawa Aletta, karena tidak ada pilihan lain. Jika ia meninggalkan Aletta di tempat ini sendirian, Arfha takut jika ada orang jahat yang menculik Aletta.

Arfha kemudian memerintahkan supir pribadinya untuk menuju ke tempat perjanjian. Dengan segera supir pribadi Arfha yang bernama Cio langsung menghidupkan mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi.

"Sebaiknya kamu tidak usah terlalu kencang mengemudinya. Karena kita bersama anak kecil" Arfha mengingatkan Cio.

"maaf Tuan" Terpaksa Cio menggunakan kecepatan sedang.

"Ibu ... Ibu ... Ibu!" Aletta memanggil ibunya dari tadi.

Arfha semakin resah melihat Aletta menangis "Sayang kamu tidak boleh menangis ya. Nanti paman belikan kamu mainan yang banyak" Ucap Arfha, ia berusaha untuk menenangkan Aletta.

"Ibu...!" Lagi-lagi Aletta memanggil ibunya.

"Paman janji akan membawa kamu untuk mencari ibu kamu. Tapi kamu harus janji untuk tidak menangis lagi".

Aletta mengangguk sambil menyeka air matanya menggunakan tangannya yang mungil. Pipinya yang manis memerah karena dari tadi ia terus saja menangis.

Arfha tidak bisa memalingkan pandangannya dari wajah Aletta, ia kembali teringat tentang masa lalunya bersama Alma. Ia ingat bagaimana dirinya sudah menyia-nyiakan Alma. Ia tidak pernah berkunjung ke pusat kota untuk mencari Alma. Entah kabar angin apa yang membuat Arfha sampai kesini lagi.

Pohon beringin.

Sedangkan Alma baru saja bangun, tidak terasa ia sudah tidur begitu lama. Secara perlahan Alma membuka kedua bola matanya, matahari sudah tidak terlalu panas seperti tadi. Alma segera bergegas untuk melanjutkan perjalanannya mencari pekerjaan.

"Sayang maafkan ibu karena sudah ketiduran" Ucap Alma,ia melihat ke arah samping kiri dan ternyata ia tidak menemukan Aletta. Alma langsung bangun secara spontan "Aletta dimana kamu sayang?" Teriak Alma, ia segera bergegas mencari Aletta tetapi ia tidak menemukan jejaknya.

Alma benar-benar syok, jantungnya berdetak dengan kencang dan rasanya seperti mau copot. Mulutnya terbuka lebar seperti sarang gua tempat harimau bersembunyi. Anak satu-satunya yang sangat ia sayangi tiba-tiba menghilang begitu saja.

Alma berlari ke jalan raya, ia berteriak memanggil nama Aletta. Ia bahkan sampai tidak sadar kalau dirinya tidak menggunakan sandal "Aletta ... Aletta ... Aletta ... Dimana kamu sayang?" Alma sudah tidak bisa menahan air matanya, ia mengalir begitu saja seperti air hujan yang jatuh dari langit. Pipinya yang tadi kering seketika basah oleh cucuran bening.

Sekujur tubuhnya gemetaran, Alma sudah tidak tahu bagaimana lagi. Ia bingung mau mencari Aletta kemana. Karena anak sekecil Aletta tidak mungkin bisa pergi jauh. Apalagi usianya baru menginjak dua tahun lebih. Alma menangis histeris di pinggir jalan, ia terjatuh, tubuhnya menempel di tanah.

"Aletta kamu dimana? Kenapa kamu meninggalkan ibu sayang?" Gumam Alma.

Tanpa sengaja Rudi lewat didepan Alma "Kenapa wanita itu menangis di pinggir jalan? Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah dia korban perampokan?" Batin Rudi sambil memperhatikan Alma. Awalnya Rudi tidak tahu kalau wanita yang ia lihat itu adalah Alma.

Karena Rudi orangnya memang baik,ia membawa motornya untuk menghampiri Alma "Maaf Nona, apakah anda korban perampokan?" Tanya Rudi secara langsung.

Alma yang sedang menangis menghadapkan wajahnya ke bawah, kebetulan rambutnya menutupi seluruh wajahnya, jadi Rudi belum bisa mengenali dia. Karena mendengar ada suara seseorang, Alma berpikir didalam hati kalau orang yang bertanya itu adalah orang baik. Jadi ia berusaha untuk mengangkat wajahnya, siapa tahu ia bisa meminta bantuan.

"Saya kehilangan anak saya" Jawab Alma sambil melihat ke arah Rudi.

Rudi yang sedang berdiri di depan Alma syok melihat Alma. Ia lebih syok lagi mendengar anak Alma hilang "Alma? Kenapa itu bisa terjadi? Sebaiknya kamu bangun dulu ... Sebentar saya ambilkan kamu air minum dulu" Rudi yang baik hati langsung mengambil air netral dan memberikannya kepada Alma.

Rudi menyodorkan minuman tersebut "Ini minum dulu" Ucap Rudi.

Alma tidak enak menolak niat baik Rudi, ia juga benar-benar haus karena dari tadi ia belum minum. Alma kemudian membuka tutup botol itu dan langsung menikmati betapa sejuknya air putih yang masuk ke dalam tenggorokannya. Setelah selesai minum Alma mengembalikan botol minum itu "Terimakasih" Ucap Alma.

"Sama-sama Alma! Sebaiknya kamu tidak usah disini, ayok ikut saya. Kita mencari tempat yang tenang untuk bicara"

Alma terdiam tanpa kata, ia kembali menundukkan wajahnya yang terlihat sayu. Rudi merasa kasihan terlalu berlebihan terhadap Alma, ia menjadi ikut bersedih "Alma kenapa kamu malah terdiam. Jujur aku tidak bisa melihat kamu sedih seperti ini, rasanya hatiku ini tidak terima Alma" Ucap Rudi.

Tidak seharusnya Rudi berkata seperti itu, bukan membuat Alma suka jutsru membuat Alma merasa risih. Alma menyeka air matanya dengan kedua tangannya "Sebaiknya kamu tinggalkan saya sendiri" Ucap Alma.

"Bagaimana bisa aku meninggalkan kamu sendirian dalam keadaan seperti ini. Aku mohon sama kamu Alma, tolong jangan berpikir buruk dulu. Aku tidak bermaksud untuk membuat kamu risih. Kalau begitu aku minta maaf"

"Aku sebaiknya mencari Aletta, aku takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya" Alma bergegas sendirian, namun Rudi berlari mengejar Alma.

"Sebaiknya kita mencari menggunakan motor saya saja" Ucap Rudi, tanpa sengaja ia meraih tangan Alma. Kedua bola mata Alma melihat tangannya di pegang, tersadar Rudi langsung melepaskannya.

"Maaf Alma! Sebaiknya kamu ikut dengan saya" Lanjut Rudi. Alma hanya bisa mengangguk, setelah mendapatkan persetujuan Rudi langsung mengambil motornya dan menghidupkannya. Rudi kemudian meminta Alma untuk naik.

Meskipun mereka berdua boncengan, Alma tetap menjaga jarak. Karena ia tidak mau jika orang berpikir aneh. Apalagi Rudi sudah berkeluarga "Sebaiknya kamu pegangan yang kuat Alma' Ucap Rudi.

"Kamu tenang saja, Aku tidak akan jatuh meskipun tidak berpegangan" Jawab Alma, ia benar-benar keras kepala.

Rudi tersenyum hadap depan sambil menggelengkan kepalanya. Ia kemudian fokus menjalankan motornya. Perasaan resah dan gelisah semakin menggebu-gebu di hati Alma, bagaimana tidak? Aletta putri kesayangannya belum ia temukan.