"Alma tenanglah! Jika kamu terus-terusan panik seperti ini, bagaimana kalau malam ini kamu ikut dengan saya. Saya akan membawa kamu ke rumah dan kita akan menikah disana"
Seketika Alma terdiam seribu bahasa, ia benar-benar terkejut mendengar perkataan Arfha. Bagaimana mungkin ia akan menikah begitu saja, tanpa memberitahu kedua orang tuanya. Sedangkan ibu dan ayahnya begitu berharga. Namun Alma berpikir kembali, jika ia tidak bisa menikah sama Arfha, bagaimana dengan cintanya selama ini.
Merenung adalah salah satu cara Alma untuk mencari solusi, ia memang tidak mudah mengambil keputusan di waktu seperti ini. Sedangkan Arfha memberhentikan mobilnya, ia terlihat sangat serius.
"Bagaimana Alma? Apakah kamu mau kita menikah?" Tanya Arfha penuh keyakinan. Arfha juga tidak sadar dengan apa yang ia bicarakan.
Diam adalah pilihan, takut mengambil tindakan mendadak, mencerna semua omongan Arfha seperti organ dalam mencerna makanan yang masuk. Secara perlahan Arfha mengulurkan tangannya, melihat tangan Arfha menyentuh tangannya, membuat hatinya berdebar-debar. Perasaan Alma Kini Hidup kembali, ia tidak bisa membohongi dirinya kalau ia juga ingin menikah sama Arfha.
Penuh harap dan penuh keyakinan, semoga Alma menerima dirinya "Aku tidak akan memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang Alma. Jika kamu masih tidak yakin, aku akan memberikan kamu waktu sampai kamu benar-benar yakin"
"Aku mau menikah sama kamu" Seketika Alma menjawab secara spontan.
"Benarkah?" Arfha masih tidak percaya.
Alma mengangguk "Benar Arfha"
"Baiklah malam ini aku akan menelpon Mami dan Papi di rumah. Aku akan memberitahu mereka tentang kabar bahagia ini"
"Tapi Mami dan Papi kamu belum pernah melihat saya? Bagaimana kamu bisa yakin untuk memberitahu mereka?"
"Kamu tidak usah khawatir tentang masalah ini, karena saya yang lebih paham bagaimana karakter kedua orang tua saya"
"Ya sudah jika memang seperti itu"
Malam ini menjadi malam yang mungkin bisa di bilang aneh, bahagia, sedih dan campur aduk. Karena mereka berdua tiba-tiba saja mau melangsungkan pernikahan. Tidak ada hujan dan tujuan ada angin, mereka dengan gampangnya menyusun rencana pernikahan mereka.
Sejak waktu itu Alma dan Arfha langsung terbang ke Amerika, bisa di bilang pernikahan mereka mendadak. Namun di saat mereka mau melangsungkan pernikahan, Arfha dan Alma mencoba untuk menghubungi ayah dan ibu Alma untuk meminta restu. Tetapi mereka tetap tidak memberikan restu. Karena Arfha sudah nekat membawa Alma kabur tanpa sepengetahuan Ny Yulia dan ayah Alma.
Dalam keadaan terpaksa, Alma dan Arfha berusaha untuk ikhlas melangsungkan pernikahan, meskipun terasa berat namun tidak ada jalan lain. Tamu undangan sudah berdatangan, duduk berjejer di tempat yang sudah disediakan. Alma dan Arfha mempunyai harapan hubungan rumah tangga mereka tentram sampai seterusnya.
Itulah alasan ayah dan ibu Alma sampai sekarang ini marah besar, ia menganggap Arfha itu bukan laki-laki yang baik. Apalagi sekarang Alma pulang dalam keadaan hamil besar, tanpa didampingi oleh Arfha. Dan yang lebih menyakitkan, Alma melahirkan sendiri tanpa didampingi oleh suaminya sendiri.
Hati orang tua mana yang tidak hancur melihat keadaan putrinya seperti ini. Rasanya seperti di sayat-sayat, setiap kali melihat Alma membuat ayahnya terluka, ia tahu kalau putrinya itu berpura-pura untuk terlihat kuat. Padahal kenyataannya sangat rapuh.
Saat ini.
Alma yang sedang duduk teringat tentang masa lalunya, seketika tersadar kalau itu sudah berlalu. Ia menyeka air matanya sambil berusaha untuk tersenyum. Ia menghelai napas panjangnya berusaha untuk menenangkan hatinya yang sedang kacau.
Tiba-tiba terdengar suara lembut memanggil dari arah belakang "Alma ...!" Panggil Ny Yulia.
Terkejut, Alma langsung menoleh dan melihat wajah Ny Yulia yang penuh cinta, wajah yang selalu memberikan Alma semangat setiap harinya "Ya ibu" Jawab Alma.
"Aletta sepertinya membutuhkan asi kamu, karena sedari tadi dia menangis" Ucap Ny Yulia sambil menggendong Aletta.
"Ya ibu, biar Alma memberikan ASI untuk Aletta" Dengan segera Alma kembali menggendong bayinya.
"Sayang kamu nangis ya, maafkan ibu sayang karena sudah membuat kamu resah" Ucap Alma sambil menatap kedua bola mata Aletta.
"Ibu tinggal dulu ya! Kalau kamu mau makan, langsung saja ke dapur. Karena ibu sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu"
"Baik ibu"
Ny Yulia meninggalkan Alma sendirian, ia merasa terpukul melihat putrinya yang harus membesarkan bayinya sendirian. Ny Yulia pergi ke kamar, ia menangis sejadi-jadinya didalam kamar. Dadanya terasa sesak, ia menepuk-nepuk dengan tangannya. Setelah semua air matanya keluar, baru Ny Yulia merasa lebih baik. Ia bisa bernapas dengan lega.
Begitulah kehidupan, ada saatnya orang merasa sedih, ada saatnya orang merasa bahagia. Ada saatnya untuk bersama ada saatnya pula untuk berpisah. Hidup tidak akan selamanya bahagia.
Waktu terus berputar, siang dan malam silih berganti. Alma begitu antusias mengurus Aletta bayi putri pertamanya. Semakin hari Alma semakin pandai dalam mengurus Aletta. Ia semakin terlatih untuk menjadi seorang ibu yang hebat.
Alma juga semakin hari, semakin terbiasa mendengar omongan para tetangga yang kurang kerjaan, ia sudah bisa menerima dengan baik apapun perkataan mereka, meskipun itu sangat menyakitkan. Setiap pagi Alma membawa Aletta jalan-jalan, setiap pagi juga Alma mendengar kata-kata yang kurang enak. Berusaha untuk tersenyum meskipun pahit adalah kebiasaan Alma. Ia tidak mau terpuruk, ia tidak mau terus-terusan larut dalam kesedihan.
Bahkan sampai saat ini Arfha tidak pernah menghubungi Alma, namun alma sama sekali tidak pernah mau tahu tentang hal itu. Ia juga sudah memberitahu ayah dan ibunya untuk tidak akan membahas tentang Arfha.
Karena merasa bosan dirumah, Alma mempunyai rencana untuk mencari kerja, ia harus membantu ibu dan ayahnya. Karena Alma malu terus-terusan numpang makan gratis meskipun dirumah ibu kandungnya sendiri.
Tepat di usia Aletta dua tahun.
Tidak terasa Aletta tumbuh menjadi anak yang sangat cantik, ia juga sangat pandai bercanda meskipun ia belum terlalu pandai untuk mengungkapkan beberapa kata. Namun Alma terus berusaha untuk mendidik Aletta menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Sekarang Aletta baru bisa berjalan, ia terlihat sangat menggemaskan.
Kebetulan pagi ini Ny Yulia sedang duduk bersama Alma, ini waktu yang sangat tepat Alma berbicara "Ibu Boleh Alma berbicara?"
"Silahkan sayang!"
"Sekarang Aletta sudah besar, sepertinya sudah waktunya untuk Alma mencari nafkah"
"Memangnya kamu mau bekerja dimana?" Tanya Ny Yulia.
"Untuk masalah itu aku belum tahu ibu, tapi Alma akan berusaha untuk mencari pekerjaan yang baik"
"Apakah kamu sudah yakin mau meninggalkan Aletta?"
"Yakin ibu! Kalau Alma tidak bekerja dari mana kita akan makan"
"Jika kamu yakin, ibu akan mendukung kamu"
"Terimakasih ibu! Doakan Alma semoga Alma segera mendapatkan pekerjaan yang baik"
"Ibu selalu mendoakan kamu sayang"