Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 22 - Perjuangan Alma

Chapter 22 - Perjuangan Alma

"Jika kamu yakin, ibu akan mendukung kamu"

"Terimakasih ibu! Doakan Alma semoga Alma segera mendapatkan pekerjaan yang baik"

"Ibu selalu mendoakan kamu sayang"

Alma sudah terbiasa bekerja  keras dari dulu, ia sudah terbiasa menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Jadi tidak heran jika Alma mau kembali bekerja. Ia kemudian menitipkan Aletta kepada Ny Yulia.

"Ibu! Saya mau menitipkan Aletta" Ucap Alma.

"Ya sayang! Kamu tenang saja, Aletta aman bersama ibu"

Alma tersenyum tanpa berkata-kata, ia kemudian mencium punggung tangan Ny Yulia dan pamit. Alma membawa amplop berwarna cokelat yang isinya berkas-berkas untuk melamar pekerjaan.

Alma berangkat sendiri, ia menggunakan angkutan umum karena ia tidak memiliki sepeda motor. Ia berkeliling di pusat kota, memasukkan beberapa surat lamaran ke beberapa toko besar, ia juga memasukkan surat lamaran ke salah satu restauran terbesar di pusat kota.

Restauran pusat kota.

Alma terlihat letih, keringatnya bercucuran membasahi keningnya. Ia menyeka menggunakan tangannya sendiri, bajunya juga terlihat kucek karena berdesakan di angkut. Tetapi itu tidak membuat Alma lemah, ia justru semakin tambah bersemangat.

"Permisi!" Alma menyapa salah satu security yang sedang berjaga didepan gerbang besar.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya security itu.

"Saya mau memasukkan surat lamaran Tuan, apakah bisa?" Tanya Alma dengan Sopan.

"Maaf Nona, sebaiknya anda langsung masuk saja ke dalam. Silahkan bertemu sama salah satu resepsionisnya" Jawab security itu.

"Terimakasih banyak Tuan"

"Sama-sama"

Alma kemudian melangkahkan kakinya, ia hanya menggunakan sandal jepit biasa. Ia terlihat seperti gadis desa yang sangat sederhana. Sesampainya di dalam, Alma bertanya kepada salah satu pelayan yang sedang melayani beberapa tamu di meja Nomor 12.

"Permisi Nona!"

"Ada apa?"

"Ruang resepsionisnya dimana ya?" Tanya Alma.

"Silahkan anda tinggal lurus saja dari sini dan belok kiri. Ruang resepsionisnya ada disana" Jawab pelayan itu.

"Terimakasih banyak nona" Alma kemudian melanjutkan langkah kakinya, dengan penuh harapan ia bisa bertemu sama resepsionisnya.

Sesampainya di ruang tengah, Alma tidak menemukan siapa-siapa, ia hanya melihat adanya kursi kosong berwarna putih tulang dengan ukiran yang cukup unik. Ia merasa kecewa sambil melihat amplop berwarna cokelat yang ada di genggaman tangannya. Alma membalikkan badannya, dengan harapan kosong.

"Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan saya" Batin Alma. Ia masih ada harapan untuk hari besok.

Waktu sudah hampir jam 02.00 siang, Alma juga sama sekali belum makan siang. Perutnya tiba-tiba merasa lapar, wajahnya terlihat sangat pucat. Alma membuka dompetnya dan ia melihat sisa uangnya cuma lima ribu rupiah. Sedangkan ia juga butuh ongkos untuk pulang menggunakan angkot.

"Aduh bagaimana ini? Apakah aku harus kembali ke Kafe tempat aku bekerja dulu?" Batin Alma.

Namun yang menjadi permasalahannya, jika ia kembali bekerja di kafe itu. Alma pasti merasa tidak nyaman, ia akan terus merasa di hantui oleh Arfha. Karena kafe itu merupakan saksi kisah pertemuan mereka sejak awal. Alma mengurungkan niatnya, ia kemudian melihat seorang ibu-ibu berjualan di pinggir jalan. Ia berinisiatif untuk menghampiri ibu tersebut. Kebetulan tempat ibu jualan itu seperti warung kecil, banyak juga orang yang keluar dari tempat itu.

"Permisi!!" Ucap Alma.

"Maaf disini tidak ada sumbangan" Jawab ibu itu dengan judes sambil melayani pembelinya.

"Maaf Tante, saya bukan mencari sumbangan. Saya kesini mau melamar pekerjaan" Jelas Alma.

"Pekerjaan? Maaf ya ini bukan restauran bintang lima, jadi saya tidak butuh tenaga kerja"

"Saya mohon Tante, tolong terima saya hari ini saja"

"Maaf! saya tidak bisa menerima kamu, sebaiknya kamu pergi dari sini" Ibu itu sama sekali tidak memberikan Alma kesempatan.

Tetapi hari ini warungnya benar-benar ramai, jadi ibu itu kewalahan melayani para pembeli. Sedangkan Alma pergi meninggalkan tempat itu, belum saja Alma berjalan jauh, tiba-tiba ibu itu memanggilnya.

"Tunggu!!"

Seketika Alma berhenti sejenak dan membalikkan tubuhnya, ia melihat ke arah Kanan dan ke arah kiri tidak ada siapa-siapa. Alma kemudian menunjuk ke arah dirinya, ia ingin memastikan apakah ibu itu memanggil dirinya atau tidak.

"Saya memanggil kamu! Untuk hari ini saya menerima kamu bekerja" Ucap ibu itu.

"Benarkah? Wah saya senang sekali" Ucap Alma sambil bersyukur.

"Ya! Tapi untuk hari ini saja"

"Tidak apa-apa Tante, yang penting hari ini saya benar-benar mendapatkan pekerjaan meskipun hanya setengah hari saja"

"Ya sudah! Sebaiknya kamu bantu saya cuci piring, karena banyak sekali piring kotor"

"Baik Tante" Alma melepaskan tasnya yang berukuran kecil, ia juga meletakkan amplopnya. Ia dengan segera mencuci piring, setelah itu Alma membersihkan meja makan. Ia juga membuatkan es campur untuk beberapa beberapa pembeli.

Alma menikmati pekerjaannya hari ini, meskipun hanya sebagai tukang cuci piring. Ia sama sekali terlihat santai dan terlihat sangat bahagia sekali. Tidak ada tanda-tanda keluh kesah di raut wajahnya.

Ibu itu melihat Alma sangat rajin sekali, ia bahkan merasa kasihan. Ibu itu kemudian menyuruh Alma untuk makan. Mungkin dia tahu kalau Alma belum makan.

"Sebaiknya kamu makan dulu" Ucap ibu itu.

"Nanti saja Tante"

"Kamu kelihatannya pucat sekali,  kamu lepaskan dulu pekerjaan ini. Nanti dilanjutkan lagi setelah kamu makan"

"Tidak apa-apa Tante, aku masih kuat"

"Kesehatan itu jauh lebih penting"

Alma kemudian melepaskan pekerjaannya, ia kemudian makan dengan enak meskipun lauknya sederhana.

"Ini saya buatkan es teh untuk kamu" Ucap ibu itu sambil meletakkan di depan Alma.

"Terimakasih banyak Tante, saya jadi tidak enak sudah merepotkan"

"Kamu sama sekali tidak merepotkan, justru saya bersyukur karena kamu sudah mau membantu saya"

"Ya Tante, lagi pula saya yang minta"

"Kalau kamu mau nambah silahkan, kamu tidak usah malu-malu"

"Sudah cukup Tante, ini saja saya kenyang banget"

"Ya sudah kalau begitu, saya mau beres-beres, karena ini sudah sore"

Alma tersenyum sambil mengunyah, beberapa menit kemudian ia selesai makan. Alma tidak lupa untuk mencuci piringnya juga. Alma merasa lega sekali, karena perutnya sudah terisi dengan penuh.

Tidak terasa waktu sudah mau malam, waktunya untuk ibu menutup warungnya. Karena ia jualan hanya sampai jam 06.00 sore.

"Adakah yang bisa saya bantu?" Tanya Alma.

"Tidak ada! Tunggu sebentar" Jawab ibu itu. Ia mengambil dompetnya "Ini ada sedikit rizki kamu terima ya" Ibu itu memberikan Alma uang.

"Tidak usah ibu, saya diberikan makan saja sudah bersyukur banget"

"Terima saja! Ini sebagai tanda terimakasih saya sama kamu"

"Tidak usah Tante!"

Namun ibu itu memaksa Alma untuk mengambil uang itu, meskipun jumlahnya tidak seberapa. Ia menaruh uang itu didalam tas Alma. Karena uangnya sudah masuk didalam tas, Alma merasa tidak enak untuk mengembalikan. Takutnya jika ibu itu berpikir kalau ia tidak menghargai pemberiannya, terpaksa alma menerimanya.