Namun ibu itu memaksa Alma untuk mengambil uang itu, meskipun jumlahnya tidak seberapa. Ia menaruh uang itu didalam tas Alma. Karena uangnya sudah masuk didalam tas, Alma merasa tidak enak untuk mengembalikan. Takutnya jika ibu itu berpikir kalau ia tidak menghargai pemberiannya, terpaksa alma menerimanya.
"Sykurlah ada tambahan uang untuk naik angkot" Batin Alma.
Ia kemudian berpamitan untuk pulang, Alma kembali berjalan sendirian, ia menunggu angkutan umum dipinggir jalan. Lampu-lampu sudah mulai menyala di setiap pinggir jalan. Toko-toko kecil juga sudah menyalakan lampu. Begitu juga dengan kendaraan sepeda motor dan mobil lainnya.
Ini memang sudah malam, ia kepikiran sama Aletta karena seharian Alma meninggalkan Aletta. Ada perasaan resah dan gelisah, hatinya merasa tidak nyaman, wajah Aletta terbayang-bayang di depan Alma. Kebetulan sekali, hari ini angkutan umum lagi sepi mungkin karena faktor sudah malam.
"Semoga saja ada angkutan umum yang lewat" Batinnya dengan penuh harapan.
Mobil berwarna merah kilat tiba-tiba berhenti didepannya. Namun ia tidak memperdulikannya. Alma hanya fokus melihat ke arah kanan, Alma melihat ada angkutan umum yang sedang melaju dengan kecepatan sedang, ia melambaikan tangannya.
"Stop pak!" Teriak Alma. Tetapi angkutan umum itu sama sekali tidak berhenti. Alma menghelai napas panjang, ia merasa kecewa. Ia menundukkan wajahnya dengan sedih.
"Sepertinya kalau sudah jam segini, angkutan umum jarang sekali ada" Ucap salah seorang disamping Alma.
Alma melihat ke samping kirinya, ia terkejut melihat pemuda tampan, tingginya sekitar 183 cm, dan berat badannya berkisar 66 kg beridiri didepannya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Wajah pemuda itu memang tidak asing di mata Alma.
"Kamu!" Tunjuk Alma dengan heran.
"Ya ini aku Jack"
Ini pertemuan mereka yang sudah ke tiga kalinya secara tidak di sengaja "Tunggu dulu! Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Alma.
Jack tersenyum sambil mendekati Alma "Saya tadi pulang dari rumah teman dan kebetulan lewat sini. Ternyata saya bertemu sama kamu lagi"
"Ini tidak mungkin banget, alasannya terlalu biasa. Tapi kenapa perasaan saya mengatakan orang ini sengaja mengikuti saya" Batin Alma.
Jack melihat Alma termenung, ia melambaikan tangannya "Nona Alma ada apa?"
Tersadar "Tidak ada apa-apa"
"Sepertinya anda sedang memikirkan sesuatu"
"Tidak!"
"Aneh sekali ya, kita ternyata bisa bertemu lagi. Mungkin Tuhan sudah merencanakan ini semua" Ucap Jack sambil tersenyum manis.
"Ini namanya suatu kebetulan"
"Bagi saya ini bukanlah suatu kebetulan"
"Lalu apa namanya kalau bukan suatu kebetulan?"
"Mungkin ini yang di namakan jodoh" Jack mencoba untuk menggoda Alma.
Merasa risih sama perkataan Jack, membuat Alma ingin segera pergi "Maaf saya harus pergi sekarang"
Jack menghadang Alma "Tunggu dulu!"
"Tolong anda jangan menghalangi langkah saya"
"Sebaiknya anda pulang sama saya saja. Karena ini sudah malam, takutnya anda tidak mendapatkan angkutan umum" Jack menawarkan kebaikan untuk yang ke sekian kalinya.
"Maaf tidak usah"
"Apakah anda marah gara-gara perkataan saya yang tadi"
"Tidak!"
"Saya tahu anda merasa tidak nyaman, buktinya anda main pergi saja"
"Saya buru-buru karena anak saya menunggu di rumah"
"Bukankah saya sudah menawarkan anda untuk ikut pulang bersama saya?"
"Saya tidak mau merepotkan, tolong menyingkir"
"Baiklah jika anda tidak mau, saya tidak akan memaksa"
Suara handphone Alma berdering, ia dengan segera mengambil handphonenya dan melihat kontak Ny Yulia. Tanpa memperdulikan Jack, ia langsung menjawab panggilannya. Alma menempelkan handphonenya tepat di telinganya untuk mendengarkan dengan jelas perkataan Ny Yulia.
📞"Alma kamu lagi diman?" Tanya Ny Yulia.
📞"Alma lagi diperjalanan pulang ibu" Jawab Alma.
📞"Sebaiknya kamu cepetan pulang, Aletta dari tadi menangis terus. Sepertinya dia kangen sama kamu"
📞"Baiklah ibu! Alma akan segera sampai rumah, tolong Aletta di jaga dengan baik"
📞"Baiklah! Kamu hati-hati ya" Pesan Ny Yulia.
📞"Ya ibu"
Telepon kemudian ditutup, ia melirik Jack masih berdiri didekatnya. Tidak ada pilihan lain selain memanfaatkan Jack malam ini. Namun ada perasaan tidak enak, karena Alma dari tadi menolak kebaikan Jack, tetapi demi Aletta Alma membuang perasaan gengsinya itu. Dengan ragu-ragu Alma menawarkan diri, ia meminta Jack untuk mengantar dirinya pulang.
"Bisakah saya ikut pulang sama anda?" Tanya Alma dengan perasaan malu.
"Eummm ... Bagaimana ya? Soalnya tadi saya sudah menawarkan dua kali. Jadi saya pikir-pikir dulu"
"Saya akan membayar anda, tolonglah untuk kali ini saja" secara spontan Alma memegang tangan Jack.
Jack terdiam, ia berpura-pura berpikir namun ia terkejut melihat Alma yang tiba-tiba terlihat agresif seperti itu. Jack memperhatikan tangan Alma, ia melihat sambil tersenyum. Tersadar Alma langsung menyingkirkan tangannya "Baiklah" Ia kemudian menyetujuinya.
"Terimakasih! Maaf saya tidak sengaja menyentuh tangan anda" Ucap Alma.
"Tidak masalah" Jack kemudian beranjak ke mobilnya, dengan sangat santai ia melangkahkan kakinya.
Jack kemudian membukakan pintu mobil untuk Alma "Silahkan masuk" Ucap Jack.
Alma kemudian masuk, ia merapikan duduknya. Ternyata amplop berwarna cokelat itu masih tergenggam di tangan Alma. Jack memperhatikan itu dari tadi, tapi ia tidak mau bertanya sama Alma.
Tanpa menunggu waktu lama, Jack menghidupkan mobilnya dan menjalankannya dengan pelan. Di sepanjang perjalanan suasana hening, tidak ada yang berbicara. Mereka berdua hanya saling lirik satu sama lain.
"Apakah kamu sudah makan?" Tanya Jack secara tiba-tiba.
"Sudah!"
"Bagus kalau begitu"
"Oh ya ... Sebaiknya saya turun di perempatan saja. Takutnya nanti di lihat sama tetangga"
"Memangnya kenapa kalau di lihat? Bukankah saya hanya membantu kamu?"
"Saya merasa tidak enak saja, soalnya tetangga saya ini mulutnya sulit sekali untuk di kontrol. Kalau mereka sudah berbicara, mereka tidak akan memperdulikan perasaan orang lain"
"Kamu jangan terlalu memikirkan hal itu, biarkan saja mereka berkata apa. Jangan sampai itu mempengaruhi kamu"
"Pokoknya saya turun di perempatan jalan besar. Biar saya jalan kaki pulang ke rumah"
"Terserah kamu saja"
Perempatan jalan besar.
Tanpa menunggu waktu lama, mereka telah sampai di perempatan jalan besar. Jack kemudian berhenti disana sesuai permintaan Alma.
"Silahkan kamu boleh turun" Jack terlihat kesal sama Alma.
Sebelum turun, Alma mengambil beberapa uang receh dari dalam tasnya. Ia kemudian meletakkan di atas meja mobil Jack "Maaf saya hanya punya uang segitu, nanti kalau sudah ada akan saya tambah lagi" Ucap Alma dengan perasaan tidak enak. Ia kemudian segera keluar.
Jack benar-benar heran melihat tingkah laku Alma. Apakah ia benar-benar polos atau memang terlalu jujur, di saat Alma berjalan Jack keluar dari dalam mobilnya dan memanggil Alma.
"Alma!" Terdiam dan tidak mau menoleh ke belakang.
Jack melangkahkan kakinya sambil membawa uang receh itu di genggaman tangannya "Ada apa Jack? Bukankah saya sudah berjanji sama kamu, akan memberikan sisanya nanti?" Tanya Alma.