Alma tersenyum campur haru, ia merasa beruntung memiliki kedua orang tua yang sangat tulus sayang sama dirinya dan juga putrinya. Kedua orang tua Alma terlalu baik juga sangat sabar. Jarang-jarang ada orang tua seperti mereka berdua.
Alma menenangkan Aletta sambil mengelus-elus kepalanya. Keringat campur dingin membasahi tubuh Aletta, wajahnya terlihat sembab karena menangis dari tadi. Hidungnya terus saja mengeluarkan cairan bening.
Aletta belum juga bisa tenang, perasaan resah dan gelisah dirasakan oleh Alma sendiri. Begitu juga oleh Ny Yulia dan Tuan Mario, mereka berdua juga ikut bergadang menjaga cucu kesayangan mereka.
"Sayang kamu kenapa? Apakah ada yang sakit?"Tanya Alma sama Aletta.
Suasana dimalam hari sangat berbeda, cuacanya terasa dingin banget. Apalagi di barengi oleh hembusan angin, benar-benar menusuk ke tubuh Alma. Sebagai seorang ibu, Alma tidak menghiraukan dinginnya angin malam. Ia juga tidak perduli betapa beratnya kedua bola matanya yang masih ingin terlelap. Demi seorang anak, ia rela berkorban apa saja. Menatap ke arah langit, tidak ada tanda-tanda adanya bintang yang keluar. Awan terlihat gelap, seperti mau turun hujan.
"Ibu dan ayah sebaiknya masuk saja ke dalam. Cuacanya semakin dingin" Ucap Alma.
"Tidak apa-apa sayang! Ibu dan ayah akan tetap menunggu kamu dan Aletta" jawab Ny Yulia.
"Tapi ibu!!"
"Atau kamu mau di gantikan untuk menggendong Aletta?"
"Tidak usah ibu! Alma bisa sendiri"
Ny Yulia menghampiri Alma dan Aletta yang sedang berdiri didepan gerbang. Ia menempelkan tangannya di kening Aletta, Ny Yulia berpikir kalau Aletta demam ternyata tidak. Suhu tubuh Aletta normal saja. Ny Yulia menatap kedua bola mata Alma "Kamu yang sabar sayang" Ucap Ny u Yulia.
"Ya ibu!" Jawab Alma.
"Apakah Aletta kangen sama Bapaknya?" Tanya Ny Yulia.
Mendengar pertanyaan Ny Yulia, seketika suasana menjadi hening. Alma terdiam tanpa menjawab, ekspresinya seketika berubah menjadi tidak enak. Terlihat jelas kalau Alma merasa kecewa mendengar kata-kata itu.
"Alma maafkan ibu sayang!" Ny Yulia langsung mengerti bagaimana perasaan putrinya.
Namun Alma berusaha untuk tersenyum "Tidak apa-apa ibu"
"Ibu mohon kamu jangan masukkan ke dalam hati pertanyaan ibu yang tadi"
"Tidak ibu!"
"Sebentar lagi mau pagi, sebaiknya kamu masuk ke dalam sayang. Sepertinya Aletta juga sudah terlihat tenang"
"Sebentar lagi Alma masuk ibu"
"Ya sayang"
Tidak terasa matahari sudah mulai terlihat, perlahan-lahan matahari muncul menyinari bumi. Semua tanaman di rumah Alma terlihat segar terkena cahaya matahari. Karena tumbuhan akan melakukan fotosintesis ketika ada matahari.
Karena ini sudah pagi, Ny Yulia siap-siap pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan masak. Ia melihat perlengkapan dapurnya sudah habis. Ia keluar membawa keranjang pasar berwarna hijau tua.
"Ayah ibu pergi ke pasar dulu! Oh ya nanti kalau Alma mencari ibu, tolong beri tahu dia" Ucap Ny Yulia, ia berpesan kepada suaminya.
"Baik ibu! Nanti ayah sampaikan"
"Ya sudah kalau begitu, ibu jalan sekarang"
"Ibu hati-hati ya"
Ny Yulia mengangguk sambil tersenyum. Ny Yulia kemudian pergi sendirian, ia hanya jalan kaki karena ia tidak mempunyai kendaraan seperti sepeda motor. Biasanya Ny Yulia menggunakan angkot, tetapi hari ini ia lebih memilih untuk jalan kaki sekalian olah raga pagi.
Di tengah perjalanan Ny Yulia tidak sengaja bertemu sama dua orang tetangganya yaitu Sindi dan Neni. Ia memanggil Ny Yulia yang sedang berjalan "Jeng tunggu" Sindi dan Neni berusaha untuk menghentikan langkah Ny Yulia.
Seketika Ny Yulia berhenti dan melihat ke arah belakang "Mau ngapain mereka berdua?" Batin Ny Yulia, perasaannya menjadi tidak enak.
Sindi dan Neni menghampiri Ny Yulia. Mereka berdua tersenyum licik "Mau kemana jeng?" Tanya Sindi dengan ekspresi mengejek.
"Mau ke pasar" Jawab Ny Yulia sambil memeperlihatakan tas berwarna hijau tua.
"Oh mau ke pasar! Saya pikir mau pergi ke supermarket" Lanjut Neni. Mereka terlihat seperti sedang mau menjatuhkan, namun Ny Yulia berusaha untuk terlihat tetap tenang menghadapi mereka berdua.
"Tidak Jeng! Jika tidak ada yang penting saya mau pergi dulu" Lanjut Ny Yulia, ia tidak mau memperpanjang masalah.
Tetapi Sindi dan Neni langsung menghadang langkah Ny Yulia, mereka menutup jalan. Jelas dong Ny Yulia heran sama mereka berdua. Padahal tidak ada urusan yang penting sama mereka. Kedua bola mata Ny Yulia melihat dengan kesal.
"Kalian berdua mau ngapain? Kenapa tiba-tiba menghadang jalan saya?" Tanya Ny Yulia.
"Bagaimana kabar Alma? Apakah enak melahirkan tanpa seorang suami?" Tanya Sindi dan Neni, mereka berdua tidak jelas.
"Untuk apa kalian bertanya tentang putri saya?"
"Tidak ada sih!! Tapi sebagai tetangga yang baik, saya ikut prihatin sama musibah yang menimpa Alma. Kasihan sekali nasib hidupnya, belum saja menikah lama dia sudah berpisah sama suaminya. Dan sekarang dia melahirkan tanpa seorang suami, sangat menyedihkan sekali. Apalagi Alma menikah sama orang jauh, jelas dong dia itu akan di campakkan. Secara di luar negeri itu banyak sekali wanita cantik dan seksi. Jadi untuk gadis seperti Alma tidak ada apa-apanya." Ucap Sindi sambil tersenyum licik. Memang kalau dia berbicara, dia tidak akan menyaring perkataannya. Mulutnya terlalu pedas dan lidahnya terlalu tajam.
Ny Yulia terlihat sangat geram, ia ingin sekali mencekik kedua tetangganya itu. Ia mengepal tinjunya dengan kuat. Tidak ada hak mereka untuk tahu masalah keluarganya.
"Sepertinya suasana hati jeng terlihat sedikit panas. Tenang saja, saya tidak akan menceritakan ini semua kepada siapapun, saya cukup baik hati kok. Jadi jeng tenang saja ya, ingat tidak boleh emosi" Bisik Sindi di telinga Ny Yulia.
Telinga Ny Yulia semakin panas, seandainya bisa meledak mungkin sudah dari tadi. Ny Yulia melirik mereka berdua dengan tajam, ia benar-benar tidak tahan sama mereka berdua. Sudah jelas-jelas mereka sengaja memancing emosi Ny Yulia.
"Bisakah Kalian diam dan tidak membahas tentang putri saya?" Ucap Ny Yulia dengan tegas.
Namun tetangga yang satunya itu semakin menjadi-jadi, ia bahkan tersenyum licik sambil menutup mulutnya menggunakan jari-jari tangannya.
"Hihihi... ternyata jeng bisa marah ya! Bagaimana? apakah kamu takut melihat jeng Yulia marah?" Tanya Sindi kepada Neni
"Upss...takut banget! Jangan sampai jeng Yulia marah beneran" Sambung Neni sambil mengejek.
Ny Yulia menghelai napas panjangnya sambil mengelus-elus dadanya. Berusaha untuk sabar, menghadapi dua kurcaci yang ada didepannya.
"Maaf ya untuk ibu-ibu yang saya hormati dan sangat saya hargai. Waktu anda berbicara sama saya sudah selesai, maklum saya orangnya cukup sibuk. Jadi saya tidak mempunyai banyak waktu untuk ikut ghibah. Tapi kalau Kalian berdua mau ikut ke pasar sama saya silahkan. Kebetulan saya membutuhkan dua asisten pribadi untuk membawa beberapa barang belanjaan saya" Ucap Ny Yulia dengan Santai dan tenang.