Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 31 - Mengorbankan perasaan

Chapter 31 - Mengorbankan perasaan

"Tadi saya cek dan kondisinya sudah membaik. Semoga saja Aletta cepat pulih seperti biasanya. Kasihan juga saya melihat Alma harus merawat Aletta sendirian" Jawab Dokter Rina, ia sedih melihat kondisi sahabatnya.

"Kamu benar juga! Tapi saya yakin Alma pasti bisa melewati ini semua, semoga saja Alma di berikan kekuatan" Lanjut Jack.

"Semoga saja! Saya yakin mantan suami Alma pasti menyesal jika melihat Aletta yang sudah besar"

"Itu pasti akan terjadi, yang namanya hukum alam akan tetap berlaku"

"Tapi mudahan saja dia tidak akan pernah kembali ke kota ini. Saya sebagai sahabat Alma tidak terima jika ia tiba-tiba datang tanpa rasa bersalah"

"Kita lihat saja nanti"

Tiba-tiba handphone Jack berbunyi "Sebentar ya saya mau menjawab panggilan dulu" Ucap Jack.

"Silahkan" Lanjut dokter Rina, ia melihat Jack serius banget. Dokter Rina berpikir yang menelpon Jack adalah pacarnya.

Jack kembali "Sepertinya saya harus segera pergi. Tolong sampaikan salam saya sama Alma, karena saya tidak bisa lama-lama" Ucap Jack, ia terlihat terburu-buru.

"Nanti akan saya sampaikan" Jawab dokter Rina.

Jack meninggalkan rumah sakit kota, ia segera menemui Ny Sera dan Tuan Rafi. Tidak menunggu waktu lama Jack telah sampai di apartemen mewah tempat kedua orang tuanya menginap.

Apartemen cantika pusat kota.

Jack memarkir mobilnya, setelah itu ia keluar dan berjalan seperti biasanya. Ternyata Ny Sera dan Tuan Rafi sudah beridiri didepan menunggu putra kesayangannya.

"Sayang kenapa kamu lama sekali datangnya?" Tanya Ny Sera dengan khawatir.

"Maafkan saya karena di jalan tadi macet" jawab Jack.

"Sebaiknya kita berbicara di dalam saja" Sambung Tuan Rafi.

Mereka bertiga kemudian masuk kedalam, mereka bertiga duduk di kursi empuk berwarna kuning telur. Jack dengan perasaan tidak nyaman dari tadi tidak menampakkan kebahagiaan di wajahnya. Ia terlihat murung seperti orang yang banyak masalah.

Ny Sera melirik Tuan Rafi, ia meminta Tuan Rafi untuk membuka pembicaraan "Apakah kamu sudah makan?" Tanya Tuan Rafi.

"Sudah!" Jawab Jack dengan simpel.

"Sepertinya kamu sedang tidak mood hari ini? Apakah kamu sakit?" Tuan Rafi bertanya kembali.

"Saya baik-baik saja ayah"

"Tapi ibu melihat wajah kamu pucat dan tidak ada tenaga. Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang, mumpung kita masih ada waktu beberapa jam lagi" Sambung Ny Sera.

"Saya baik-baik saja ibu" Jack hanya menjawab dengan ucapan yang sama.

"Ya sudah kalau kamu merasa baik-baik saja. Begini ibu dan ayah sengaja meminta kamu untuk datang kemari, karena ibu kamu mau kita berangkat bersama-sama"

"Apakah tidak ada cara lain ayah?"

"Jack ini demi masa depan kamu. Bukankah kamu tahu sendiri bagaimana kondisi ayah sekarang. Ayah sudah tidak muda lagi dan jantung ayah sudah di pasang ring, ayah hanya ingin melihat kamu menikah sebelum ayah pergi. Ayah ingin melihat putra kesayangannya ayah di atas pelaminan" Jawab Tuan Rafi.

"Ayah tidak usah berbicara seperti itu. Jika ayah tidak ada lalu ibu bersama siapa?" Ny Sera tiba-tiba sedih mendengar perkataan suaminya.

Mendengar hal itu membuat Jack berpikir seribu kali, tidak ada jalan lain selain mengikuti keinginan orang tuanya. Ia juga tidak mau melihat ayah yang sangat ia sayangi kenapa-kenapa, karena kondisi ayahnya tidak seperti dulu lagi.

"Jack semuanya tergantung sama kamu" Ucap Ny Sera sambil menatap wajah Jack dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Ia juga mengelus tangan putranya, jika Ny Sera mengikuti keras kepalanya ia yakin Jack tidak akan luluh, justru Jack semakin memberontak. Tetapi kali ini ia lebih memilih untuk mengalah terlebih dahulu.

Jack terdiam seribu bahasa, jika ia kembali ke Amerika hari ini juga bagaimana dengan proyek yang sedang ia jalankan. Sedangkan ia tidak mempunyai kepercayaan sama sekali, ia juga tidak ada asisten atau sekertaris yang akan di perintah. Jack benar-benar bimbang.

"Silahkan kamu pikirkan semuanya dengan bai Jack" Ucap Tuan Rafi. Ia kemudian mengajak Ny Sera untuk meninggalkan ruangan tersebut, ia kembali memberikan waktu untuk Jack berpikir.

Di saat Tuan Rafi dan Ny Sera beranjak Jack tiba-tiba bersuara "Aku akan mengikuti Kalian berdua" Ucap Jack.

Tuan Rafi dan Ny Sera tersenyum bahagia, mereka berdua langsung menoleh ke arah Jack "Ibu sudah menduganya! Kamu ini memang anak ibu dan ayah yang sangat berbakti" Ucap Ny Sera. Ia kemudian mendekat dan memeluk Jack dengan penuh kasih sayang. Jack tersenyum pahit, ia terpaksa mengikuti keinginan kedua orangtuanya.

"Tidak sia-sia ibu dan ayah datang menemui kamu ke kota ini" Sambung Tuan Rafi.

"Tapi sebelum pergi, izinkan saya untuk bertemu sama seseorang dulu" Ucap Jack.

"Siapa?" Tanya Ny Sera dan Tuan Rafi penasaran.

"Seseorang" Jawab Jack, namun ia tidak memberitahu siapa orang yang di maksud.

"Ya sudah ibu dan ayah mengizinkan kamu pergi. Tapi kamu tidak boleh lama-lama ya" Lanjut Ny Sera.

"Baik ibu" Jack dengan segera merapikan Jaz hitamnya, ia langsung melangkahkan kakinya dan langsung masuk kedalam mobilnya.

Jack memasukkan kunci mobilnya dan menghidupkannya. Setelah itu ia menjalankannya dengan pelan. Sesampainya di jalan raya, Jack semakin menaikkan kecepatan tinggi. Ternyata ia kembali ke rumah sakit pusat kota.

Ia tidak mempunyai waktu banyak lagi, karena waktu sore akan segera tiba. Kebetulan di perjalanan Jack mengalami kemacetan, begitu banyaknya kendaraan disepanjang perjalanan. Ia memukul setir mobilnya karena merasa kesal.

"Sial kenapa harus macet seperti ini?" Jack mendumel.

Ia membunyikan klakson mobilnya beberapa kali agar mobil yang didepannya segera berjalan. Syukurnya ada celah yang bisa ia lewati, jadi ia memutar mobilnya dan menyelinap dengan cepat. Jack akhirnya bisa melewati kemacetan yang tadi.

"Semoga saja Alma masih di rumah sakit" Ucap Jack dengan penuh harapan.

Rumah sakit pusat kota.

Ini kedua kalinya Jack ke rumah sakit dalam satu hari. Ia dengan segera menuju ruangan dokter Rina.

"Tok...tok...tok" Jack mengetuk pintu ruangan.

Ia melihat dari kaca pintu kalau dokter Rina sepertinya tidak ada. Ia kemudian mencari Alma ke ruang rawat. Sesampainya didalam, Jack tidak menemukan siapa-siapa, ia hanya melihat ada bad tempat Aletta yang tadi di opname.

"Kemana perginya Alma dan Aletta? Apakah dia sudah pulang? Tidak mungkin jika Aletta pulang dengan cepat?" Batin Jack bertanya-tanya.

"Jack!" Sapa dokter Rina dari arah belakang.

Jack langsung membalikkan badannya "Kemana Alma?" Tanya Jack.

"Alma baru saja pulang, memangnya ada apa? Kenapa kamu kelihatannya sangat kahwatir sama keadaan Alma?" Tanya dokter Rina.

"Bisakah dokter mengantar saya ke rumah Alma Sekarang ini juga?" Tanya Jack, ia berharap dokter Rina mau. Karena ia tidak ada kesempatan lagi selain hari ini juga.