"Maaf ya untuk ibu-ibu yang saya hormati dan sangat saya hargai. Waktu anda berbicara sama saya sudah selesai, maklum saya orangnya cukup sibuk. Jadi saya tidak mempunyai banyak waktu untuk ikut ghibah. Tapi kalau Kalian berdua mau ikut ke pasar sama saya silahkan! Kebetulan saya membutuhkan dua asisten pribadi untuk membawa beberapa barang belanjaan saya" Ucap Ny u Yulia dengan Santai dan tenang.
Kedua tetangga itu mendadak ngeri mendengar perkataan Ny Yulia, mana mungkin juga ia mau menjadi asisten. Kedua tetangga itu menaikkan bibirnya sambil saling lihat, mereka berdua berbisik entah apa yang mereka katakan. Ny Yulia kemudian menyingkirkan tubuh mereka yang ada didepannya dan melanjutkan perjalanannya menunju ke pasar.
Kedua tetangga itu terus saja nyinyir dari tadi "Lihat saja tingkah lakunya sangat menjijikkan, pantas saja putrinya berpisah" Ucap Sindi.
"Ya benar banget! Tapi saya melihat dia itu cukup malu pas kamu merendahkan putrinya didepannya" Lanjut Neni, tetangga yang sok bijak didepan Sindi.
Namun Sindi menggerakkan giginya "Tapi aku belum puas, aku ingin melihat Yulia hancur dan menangis berlutut di kaki saya"
"Kamu tenang saja, aku akan membantu kamu untuk melampiaskan rasa sakit hati kamu Sindi" Ucap Neni sambil mengelus pundak Sindi.
"Arghhh... Kenapa setiap kali saya melihat Yulia, hati saya ini tidak pernah tenang. Ingin sekali rasanya saya menjambak rambutnya dengan kuat. Apa hebatnya coba wanita tua itu, padahal dia sama sekali tidak cantik. Wajahnya pas-pasan begitu" Ucap Sindi sambil meremas-remas barang bawaannya. Ia tidak sadar kalau barangnya hampir rusak.
Sindi ini merupakan tetangga Ny Yulia, mulutnya benar-benar tidak bisa di jaga. Kalau dia berbicara dia selalu membuat hati orang sakit. Sindi mempunyai teman akrab yang bernama Neni, mereka berdua ini seperti teman sejoli kemana-mana selalu bersama. Contohnya seperti ini, kalau Sindi pergi ke pasar Neni pasti ikut.
"Sindi sadarlah, coba kamu lihat barang-barang kamu hampir rusak semuanya"
"Masak sih?" Sindi melihatnya dan benar barang-barangnya menjadi kucek.
"Sudah saya bilang sebaiknya kita pulang saja dulu. Kamu tidak usah memikirkan Yulia, ada saatnya kita beraksi untuk membuat Yulia malu"
"Tapi setiap kali aku melihatnya, aku jadi ingat bagaimana ia merebut Mario dulu. Padahal aku dan Mario hampir mau menikah waktu itu. Namun gara-gara Yulia hubunganku sama Mario menjadi berantakan"
"Saya mengerti Sindi bagaimana perasaan kamu yang sebenarnya. Tidak usah di ingat lagi, kamu nanti sakit hati"
"Baiklah! Kalau begitu kita kembali ke rumah"
Ternyata Sindi menyimpan dendam kepada Ny Yulia gara-gara Ny Yulia menikah sama Tuan Mario. Sindi masih tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya. Rasa sakit hati yang di alami oleh Sindi membuat dirinya menjadi wanita jahat.
Setiap orang pasti mempunyai masa lalu yang kelam, namun masa lalu setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang bisa menerima dan berdamai dengan keadaan, adapula yang tidak bisa menerima dan menyimpan dendam sampai tua.
Pasar pusat kota.
Ny Yulia sedang berbelanja sayuran, ia sedang memilih-milih sayuran yang segar untuk di masak nanti. Beberapa menit kemudian, Ny Yulia sudah selesai berbelanja. Ia membawa keranjang belanjanya, kelihatannya sangat berat namun ia mampu. Ny Yulia menunggu angkutan umum didepan pasar tepat didepan jalan raya.
Keringat bercucuran di kening Ny Yulia, tiba-tiba ada motor berhenti didepannya. Ia menyapa Ny Yulia sambil tersenyum ramah.
"Ibu!" Sapa Rudi.
Ny Yulia terkejut melihat Rudi yang tiba-tiba ada didepannya "Rudi kamu ngapain disini?" Tanya Ny Yulia.
"Saya tidak sengaja lewat sini dan saya melihat ibu"
"Oh begitu! Bagaimana kabar kamu? Sudah lama sekali ibu tidak melihat kamu?"
"Kabar saya baik ibu" Rudi melihat barang belanjaan Ny Yulia, ia tahu kalau Ny Yulia sedang menunggu angkutan umum "Bagaimana kalau Rudi mengantar ibu pulang?" Rudi dengan baik hati menawarkan dirinya.
"Tidak usah! Ibu lebih baik naik angkutan umum saja"
"Tidak apa-apa ibu, kebetulan Rudi juga tidak ada kegiatan hari ini"
"Tidak usah Rudi! Ibu tidak mau merepotkan kamu"
"Ibu sama sekali tidak merepotkan. Biar sekali-kali saya yang mengantarkan ibu pulang" Rudi kemudian turun dari motornya. Ia menaikkan barang belanjaan Ny Yulia dan menaruhnya didepan. Tetapi Ny Yulia merasa tidak enak, karena Rudi itu terlalu baik.
"Silahkan ibu naik"
"Benar tidak merepotkan?"
"Sama sekali tidak ibu"
"Baiklah kalau begitu!" Ny Yulia kemudian naik, di sepanjang perjalanan Rudi bertanya-tanya tentang Alma.
"Alma sekarang apa kabar ibu?"
"Alma baik"
"Kelihatannya Alma Sekarang bahagia ya"
"Ya semoga saja"
"Nanti sampaikan salam saya sama Alma ya. Soalnya saya tidak mungkin bertemu sama Alma, saya tidak mau istri saya salah paham"
"Baik Rudi, nanti ibu sampaikan salam kamu sama Alma"
"Terimakasih banyak ibu"
"Sebenarnya ada sesuatu yang mau ibu ceritakan sama kamu. Tapi ini belum waktunya" Ucap Ny Yulia dengan suara sedih.
"Tentang apa ibu?" Rudi sebenarnya sangat penasaran, tetapi ia berpura-pura untuk tidak mau terlalu tahu.
"Tentang Alma"
Seketika Rudi berhenti mendadak mendengar nama Alma. Ny Yulia terkejut, untung saja ia tidak jatuh.
"Alma kenapa ibu?" Tanya Rudi sambil menengok ke arah Ny Yulia. Melihat sikap Rudi masih perduli, membuat Ny Yulia berpikir kalau Rudi masih memiliki perasaan kepada Alma. Tetapi Rudi sekarang sudah menikah, ia tidak mungkin menghancurkan rumah tangga Rudi.
"Tidak ada apa-apa! Sebaiknya kita segera pulang, karena ibu belum masak, ibu takut jika ayah khawatir di rumah"
"Ya sudah kalau begitu. Maaf tadi saya berhenti mendadak"
"Tidak apa-apa Rudi"
Ny Yulia dan Rudi kemudian terdiam, tidak ada yang di bicarakan. Beberapa lama kemudian mereka hampir sampai, namun sebelum dekat rumah Ny Yulia segera memberitahu Rudi untuk turun didepan jalan raya saja. Karena ia tidak mau orang-orang berpikir buruk.
"Sebaiknya kamu berhenti disini saja" Ucap Ny Yulia.
"Kenapa ibu? Bukankah rumah ibu masih jauh dari sini?"
"Ibu ingin jalan kaki saja. Oh ya ini ada sedikit uang untuk kamu untuk membeli bensin" Ny Yulia memberikan uang kepada Rudi.
"Tidak usah ibu, sebaiknya uangnya ibu pakai untuk keperluan lain saja"
"Ambil saja uangnya"
"Tidak ibu!" Rudi tetap menolak.
Ny Yulia kemudian kembali menaruh uangnya ke dalam dompet kecil miliknya. Dengan segera ia membawa barang belanjaannya, tidak lupa Ny Yulia berterimakasih kepada Rudi karena ia sudah mau mengantar sampai dekat rumah.
"Kalau begitu ibu permisi dulu ya. Kamu hati-hati kalau pulang"
"Baik ibu!"
Dengan segera Rudi menghidupkan motornya, ia kemudian menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Ia juga ingin segera sampai rumah, karena ia belum sarapan.