Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 30 - Rumah sakit

Chapter 30 - Rumah sakit

"Terimakasih banyak Jack"

"Aku minta maaf untuk yang tadi. Aku hampir saja membuat nyawa kamu dan nyawa putri kamu melayang"

"Lupakan saja Jack, mungkin kamu sedang tidak konsentrasi saja"

"Kamu benar sekali" Lanjut Jack.

Rumah sakit pusat kota.

Beberapa lama kemudian Jack dan Alma telah sampai di rumah sakit pusat kota. Ia langsung membawa Aletta masuk ke dalam. Di tengah ruangan Alma bertemu sama dr. Rina.

"Alma kamu kenapa?" Tanya dr. Rina, ia baru menyadari kalau Alma bersama seseorang, dr. Rina  melihat Jack yang ada disampingnya Alma, ia terus saja memperhatikan Jack dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Tolong bantu saya. Aletta tiba-tiba panas tinggi" Jawab Alma.

"Ya ampun ... Sebaiknya kamu bawa Aletta sekarang ke ruangan saya"

Ruang rawat.

Aletta di opname, dr.Rina memberikan perawatan terbaik untuk Aletta. Ia juga menyuntikkan vitamin agar Aletta mempunyai tenaga.

"Bagaimana keadaan Aletta?" Tanya Alma dengan panik.

Dr. Rina tersenyum manis sambil mengelus pundak Alma "Kamu tenang saja, Aletta sudah lebih baik" Jawab dr. Rina.

Mendengar kabar itu, Alma bisa bernapas dengan lega. Ia mengelus dadanya "Syukurlah" Jawab Alma.

"Sebaiknya kamu makan dulu Alma, aku sudah membelikan kamu nasi bungkus" Ucap Jack sambil menyodorkan kantong plastik ke arah Alma.

"Aku belum lapar Jack" Jawab Alma, ia tidak mau menyentuh makanan itu.

"Kalau kamu tidak makan nanti kamu sakit"

"Aku tidak apa-apa Jack, aku hanya khawatir sama Aletta"

"Alma ini demi Aletta juga. Jika kamu sakit siapa yang akan merawat Aletta?"

Melihat sikap Jack yang sangat tulus memberikan perhatian sama Alma membuat dr. Rina curiga. Siapa sebenarnya laki-laki ini, karena ini baru pertama kalinya dr. Rina melihat wajahnya.

"Sebaiknya kamu makan dulu Alma, meskipun hanya sedikit" Dr. Rina ikut membujuk Alma.

"Aku sama sekali tidak ada napsu"

"Tidak baik menolak rizki"

"Baiklah ... Tapi aku makan sedikit saja ya"

Jack tersenyum bahagia melihat Alma yang mau makan. Ia kemudian membuka bungkus nasi dan meminta Alma untuk menikmatinya.

"Apakah dokter juga mau makan? Kebetulan saya membeli lebih" Jack menawarkan kepada dr. Rina.

"Tidak! Kebetulan saya sudah makan tadi"

"Bukankah menolak rizki itu tidak baik? Dokter sendiri yang berbicara seperti itu" Lanjut Jack.

Dokter Rina malu-malu, ini baru pertama kalinya ia bercanda sama seorang laki-laki. Biasanya ia terlihat cuek dan selalu menutup diri. Tetapi pertemuannya dengan Jack membuat suasana berbeda.

"Ya sudah kalau begitu, saya juga ikut makan" Dokter Rina akhirnya menerima tawaran Jack untuk makan bersama. Mereka bertiga kemudian makan bersama, meskipun seadanya saja. Tidak lama kemudian mereka selesai makan.

Tiba-tiba Aletta menangis, Alma langsung bangun dan berlari menuju ke ruang rawat. Ia langsung memeluk putrinya "Sayang ibu ada disini. Kamu jangan takut ya" Ucap Alma sambil menyeka keringat di kening Aletta.

Ia juga menempelkan punggung tangannya untuk mengetahui kondisi suhu tubuh Aletta "Sykurlah panasnya sudah turun" Ucap Alma dengan penuh rasa syukur.

Sedangkan Jack dan dokter Rina sama-sama diam. Mereka tidak tahu harus membicarakan apa, karena mereka sama sekali belum berkenalan. Jack yang sikapnya tidak bisa di tebak membuat dokter Rina sedikit penasaran. Sebenarnya ia ingin membuka obrolan terlebih dahulu, tetapi ada rasa tidak enak. Mereka berdua saling lirik

"Ecehmmmm...!" Jack mendehem.

"Saya ambilkan minum dulu" Ucap dokter Rina, ia berpikir kalau Jack sedang tidak enak tenggorokan.

"Tidak usah dokter"

Dokter Rina yang sudah bangun menoleh "Tapi tadi saya mendengar Tuan seperti sedang mendehem"

"Oh itu! Maaf dokter saya tidak sengaja mendehem. Sebaiknya dokter duduk kembali"

"Baiklah!" Dokter Rina kemudian duduk kembali.

"Apakah dokter sudah lama kenal sama Alma?" Tanya Jack.

Dokter Rina mengangguk sambil tersenyum "Ya sudah lama! Memangnya kenap" tanya dokter Rina kembali.

"Hanya ingin tahu saja, lalu apakah dokter sudah menikah juga sama seperti Alina?"

"Belum Tuan"

"Jangan panggil Tuan! Panggil saya Jack"

"Apakah tidak masalah jika saya memanggil anda Jack?"

"Sama sekali tidak masalah. Karena Jack itu adalah nama saya"

"Kalau begitu anda juga bisa memanggil saya Rina"

"Ok!"

"Kalau boleh tahu darimana kamu kenal sama Alma?"

"Untuk itu saya tidak bisa menjawab, karena semuanya terjadi begitu saja"

"Oh begitu! Sepertinya kamu sangat perhatian sama Alma, apakah kamu ada sesuatu?" Pertanyaan dokter Rina semakin jauh, ia ingin tahu perasaan Jack terhadap Alma.

"Itu penilaian dokter saja, karena saya sama Alma tidak ada hubungan apa-apa. Untuk masalah perhatian atau tidak semua tergantung situasi dan kondisinya saja"

Didalam hatinya, dokter Rina merasa lega sama jawaban Jack. Karena ia memiliki kesempatan untuk mendekati Jack.

"Kenapa kamu diam?" Tanya Jack.

"Saya bingung mau bertanya apa lagi?"

"Kalau boleh tahu dimana suami Alma sebenarnya? Mohon maaf jika pertanyaan saya sedikit sensitif"

"Sulit sekali untuk menjelaskannya, karena saya juga kurang tahu tentang hubungan rumah tangga Alma dan suaminya"

"Apakah Alma tidak pernah bercerita sama kamu?"

"Pernah! Hanya saja ini sangat privasi sekali, jadi saya kahwatir jika memberitahu kamu akan membuat Alma menjadi marah sama saya. Karena saya sudah berjanji sama Alma untuk tidak membahas tentang masa lalunya"

"Kamu tenang saja, aku tidak akan membocorkan tentang rumah tangga Alma. Aku hanya ingin tahu saja, tidak lebih dari itu"

Dokter Rina menghelai napas panjang, ia menatap kedua bola mata Jack. Ia tahu kalau Jack berhati lembut, ia juga tidak ada niat jahat. Karena merasa Jack orang baik, dokter Rina akhirnya menceritakan kronologis rumah tangga Alma dan Arfha, tetapi ia tidak menceritakan semuanya. Ia hanya menceritakan kejadian buruk yang menimpa sahabatnya itu.

Mendengar cerita dari dokter Rina membuat Jack merasa Kasihan sama Alma. Sangat di sayangkan sekali, gadis polos dan baik seperti Alma di sia-siakan begitu saja. Apalagi sekarang ia memiliki putri kecil yang sangat cantik. Setelah mengetahui semuanya Jack tidak bertanya kembali.

"Begitulah ceritanya! Tapi saya mohon kamu jangan kasih tahu Alma tentang semua ini"

"Kamu tenang saja!" Jawab Jack dengan santai.

"Arghhh ... Setidaknya aku bisa lega jika sudah diyakinkan"

"Dokter ini ternyata lucu juga ya"

"Lucu kenapa?"

"Ya lucu saja"

"Tempat lucunya dimana? Perasaan saya tidak bisa melawak" Lanjut dokter Rina, wajahnya menjadi merah.

"Lupakan saja kalau begitu. Oh ya apakah kondisi anak Alma baik-baik saja?"

"Tadi saya cek dan kondisinya sudah membaik. Semoga saja Aletta cepat pulih seperti biasanya. Kasihan juga saya melihat Alma harus merawat Aletta sendirian" Dokter Rina sedih melihat kondisi sahabatnya itu.

"Kamu benar juga! Tapi saya yakin Alma pasti bisa melewati ini semua, semoga saja Alma di berikan kekuatan"