Chereads / Teror Masa Lalu / Chapter 20 - Perjuangan Arfha

Chapter 20 - Perjuangan Arfha

"Aku akan menjalankan mobilnya jika kamu memberikan aku satu kali ciuman"

"Tidak mau ... Pokoknya aku tidak akan melakukan hal itu"

"Ya sudah aku tidak akan menjalankan mobilnya"

"Apa hubungannya coba?"

"Bagaimana? Apakah kamu mau atau tidak?" Tanya Arfha.

"Pokoknya aku tidak akan melakukan hal itu" Jawab Alma dengan kesal.

Melihat ekspresi Alma, membuat Arfha merasa tidak nyaman. Sepertinya Alma marah, ia kemudian tersenyum sambil minta maaf "Kamu marah sama aku?" Tanya Arfha.

"Tidak! Sebaiknya aku turun saja, biar aku pulang menggunakan taxi " Jawab Alma. Ia kemudian berusaha membuka pintu mobil.

Dengan cepat, Arfha melarang Alma. Ia mencegah Alma membuka pintu mobilnya"Aku mohon Alma kamu jangan lakukan itu. Aku minta maaf soal yang tadi"

"Lepaskan aku Arfha"

"Tolong Alma maafkan aku. Jujur aku sama sekali tidak bermaksud membuat kamu tersinggung. Mengenai masalah yang tadi, tolong dilupakan" Arfha dengan penuh penyesalan.

Alma kemudian diam "Baiklah! Untuk kali ini aku memaafkan kamu"

"Terimakasih banyak Alma. Arghhh ... Akhirnya bisa bernapas dengan lega"

"Kamu melihatnya senang sekali?"

"Aku bahagia sekali, karena kamu mau memaafkan aku"

"Sekarang mau jalan atau tidak?"

"Ya aku akan menjalankan mobilnya"

Pantai tersembunyi.

Tanpa menunggu waktu lama Alma dan Arfha sampai di sebuah pantai yang letaknya lumayan jauh dari pusat kota. Pantai itu di namakan, pantai tersembunyi. Karena jarang sekali ada orang yang bisa berkunjung kesana. Tempatnya sangat ekstrim dan banyak bebatuan. Untung Arfha menggunakan mobil yang sangat bagus, jadi tidak terasa kalau mereka melewati jalan yang rusak.

Mereka berdua keluar dari dalam mobil, kebetulan hari ini sudah mulai sore. Matahari sudah mulai terbenam. Sesampainya didepan pantai, Arfha langsung takjub melihat keindahannya. Karena benar-benar alami, semuanya sangat alami. Tidak ada campur tangan buatan manusia. Mulai dari pemandangannya, begitu juga dengan banyaknya pohon kelapa.

"Ini seperti surga" Ucap Arfha.

"Sebaiknya kita duduk dipinggir sana. Aku yakin kamu akan lebih takjub lagi ketika melihat matahari terbenam" Tunjuk Alma ke arah barat.

"Benarkah?"

Alma menganggap sambil tersenyum, mereka bergandengan tangan berjalan menyusuri pantai. Kaki mereka menginjak pasir berwarna putih. Suasananya masih asri, pemandangannya sangat luas sekali.

Ada beberapa bebatuan yang berjejer dipinggir, ada juga bebatuan yang ada di tengah-tengah pasir. Alma kemudian duduk tepat di atas batu yang tingginya sekitar satu meter, batu itu berbentuk datar seperti tempat duduk. Alma naik sambil mengayunkan kakinya. Begitu juga dengan Arfha.

"Sebentar lagi matahari akan hilang. Lihatlah warna langit yang sudah mulai berubah. Dari warna biru ke warna merah jingga" Ucap Alma sama Arfha.

"Ya kamu benar juga. Apakah kamu sering datang ke tempat ini?" Tanya Arfha.

"Sering sekali!"

"Sama siapa?"

"Sendiri"

"Serius?" Arfha tidak percaya.

"Ya serius! Memangnya sama siapa lagi?"

"Sama pacar kamu"

Alma tersenyum, ia tidak menjawab apa-apa.

"Kenapa kamu hanya tersenyum?" Tanya Arfha.

"Pertanyaan kamu lucu"

Arfha heran dimana tempat pertanyaan itu lucu "Jawab dong Alma, kamu jangan membuat aku menjadi bingung seperti ini"

"Asal kamu tahu, ini baru pertama kalinya aku datang bersama cowok"

"Serius?" Tanya Arfha lagi, ada rasa bahagia, ada rasa bangga didalam hatinya. Pokonya bercampur aduk seperti nano-nano.

"Ya Arfha aku serius"

"Berarti aku adalah orang yang paling beruntung"

"Jangan berlebihan"

"Aku serius Alma! Aku semakin yakin kalau kamu adalah jodohku"

"Kenapa kamu bisa yakin banget?"

"Hati kecil aku mengatakan ya, jadi aku yakin sekali. Aku jatuh cinta sama kamu Alma"

Perasaan yang tidak pernah bisa bohong, Alma dan Arfha memang sama-sama saling mencintai. Suara kicauan burung terdengar sangat indah sekali, terbang diatas mereka berdua. Dunia ini seolah-olah milik mereka berdua. Hanyut dalam suasana hening, hanya terdengar deburan ombak yang begitu indah.

Alma mulai merasakan nyaman, ia menempelkan kepalanya di bahu Arfha sambil melihat langit-langit. Mereka berdua menyaksikan matahari tenggelam.

"Indah sekali" Ucap Alma.

"Sungguh indah! Ini baru pertama kalinya aku melihat sunset. Setiap hari aku selalu sibuk bekerja dan bekerja. Aku tidak pernah menikmati keindahan alam"

"Sekarang saatnya kamu untuk menikmati semuanya Arfha"

"Terimakasih banyak Alma, kamu sudah membawa aku ke tempat yang sangat indah"

Waktu sudah mulai malam, karena matahari sudah terbenam. Tempat yang mereka kunjungi sudah mulai gelap, karena tidak ada lampu sama sekali. Tidak ada rumah di sekitar sana. Ada beberapa orang pulang membawa ikan-ikan kecil, sepertinya mereka seorang nelayan.

Seorang bapak tua tersenyum ke arah mereka berdua dan berkata "Sebaiknya Kalian berdua pulang, karena ini sudah malam" Pesan bapak tua itu.

"kami berdua akan segera pulang Tuan" Jawab Arfha.

"Kalau begitu bapak duluan ya! Ingat Kalian jangan sampai pulang larut malam, karena tempat ini lumayan berbahaya"

"Baik tuan terimakasih atas nasehatnya"

"Sama-sama" Bapak tua itu melanjutkan perjalanannya.

Alma dan Arfha segera menuju ke mobil "Baik banget orang itu" Puji Alma.

"Ya saya juga berpikiran seperti itu, sebaiknya kita segera kembali. Saya takut jika ibu dan ayah mencari kamu"

"Ya ampun!" Alma menepuk jidatnya "Bagaimana ini?" Alma jadi bingung sendiri, ia takut jika ayahnya marah.

"Kamu kenapa Alma?"

"Tidak ada, aku kepikiran sama ayah. pasti dia sangat marah sekali"

"Kamu tenang saja,aku tidak akan membiarkan itu semua terjadi"

Arfha terus menjalankan mobilnya menggunakan kecepatan tinggi, disepanjang perjalanan Alma terlihat sangat letih. Ia merasa ngantuk, kedua bola matanya tidak bersahabat. Beberapa kali ia menguap. Karena sudah tidak bisa menahan kantuknya, Alma tidur disamping Arfha.

"Bidadari sudah tidur dengan lelap, aku akan menjaga kamu sampai kapanpun Alma" Batin Arfha. Ia mengelus-elus kepala Alma.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 09.00 malam, karena ada kemacetan di tengah jalan membuat mereka sampai di waktu yang lumayan ekstrim. Arfha tidak enak membangunkan Alma, karena ia tidur dengan enak sekali.

Karena ada lampu mobil dari arah berlawanan membuat kedua bola mata Alma terkena oleh silaunya lampu tersebut. Alma jadi terbangun, ia menggosok-gosok kedua bola matanya sambil melihat ke arah Arfha.

"Apakah kita sudah sampai?" Tanya Alma.

"Sebentar lagi Alma" Jawab Arfha.

"Sudah jam berapa ini?"

"Hampir mau jam 10.00"

"Astaga! Aku pulang terlambat ... Pasti ayah marah besar ini"

"Alma kenapa kamu jadi tegang seperti itu. Kita bisa memberitahu ayah kamu baik-baik"

"Tidak Arfha! Ayah aku itu orangnya sangat keras sekali"

"Alma kamu sebaiknya tenang dulu"

"Bagaimana aku bisa tenang Arfha"

"Alma tenanglah! Jika kamu terus-terusan panik seperti ini, bagaimana kalau malam ini kamu ikut dengan saya. Saya akan membawa kamu ke rumah dan kita akan menikah disana"

Seketika Alma terdiam seribu bahasa, ia benar-benar terkejut mendengar perkataan Arfha.