"Baiklah Nona Alma, bisakah anda menyebutkan restauran termewah di tempat ini?"
"Siap! Ikuti perintah dari Nona Alma" Ucap Alma dengan sangat gembira.
Arfha meminta sekertaris Cio untuk menjalankan mobilnya. Mereka keluar dari rumah sakit pusat kota "Maaf Tuan kita ke arah mana ini?" Tanya sekertaris Cio.
Arfha melirik Alma, takutnya nanti ia salah jawab "Belok kiri dan terus lurus" Jawab Alma sambil menaikkan alisnya.
Arfha tersenyum manis, ia menggelengkan kepalanya. Melihat sikap Alma yang penuh canda tawa. Mereka di perjalanan kira-kira ada tiga puluh menit. Ada bundaran di tengah jalan dan di sana banyak sekali orang jualan jajan basah, ada juga yang jualan bakso dan lain-lain.
"Sudah sampai" Ucap Alma.
Arfha memperhatikan sekelilingnya dari dalam mobil, ia tidak melihat ada tanda-tanda adanya restauran "Apakah kamu yakin ini tempatnya?" Tanya Arfha.
"Ya!! Memangnya kenapa? Sebaiknya kita segera keluar, kebetulan aku lapar banget" Alma kemudian membuka pintu mobil, tetapi ia sama sekali tidak tahu caranya. Ia menggaruk-garuk kepalanya, merasa dirinya paling bodoh.
"Tunggu dulu! Biar aku yang membukanya" Arfha kemudian membukakan untuk Alma.
"Tuan sebaiknya saya turun tunggu di mobil saja" Ucap sekertaris Cio, karena ia tidak mau menganggu kencan mereka berdua.
"Baiklah"
Alma dan Arfha kemudian pergi ke taman bundar, mereka berkeliling mencari makanan yang enak "Oh ya kamu mau makan apa?"
"Apa saja"
"Sebaiknya kita duduk di sana, kebetulan baksonya terkenal sangat enak sekali"
"Serius Kamu mengajak saya duduk disana?" Arfha terlihat ragu-ragu. Ia juga merasa tidak nyaman sama tempat seperti ini. Ia tidak terbiasa makan di tempat terbuka.
"Ya! Pokonya Kamu tidak akan menyesal" Alma menarik tangan Arfha dan langsung mengajaknya ke sana.
Bakso cinta.
"Selamat siang bibi" Sapa Alma.
"Alma tumben saya melihat kamu datang kemari. Kamu dari mana saja? Sudah lama sekali bibi tidak melihat kamu" Tanya Bibi penjual bakso cinta.
"Alma ada kesibukan Bibi, oh ya pesan baksonya dua"
"Mau makan disini?"
"Ya"
"Kamu sama siapa itu? Sepertinya bibi baru pertama kali melihat dia? Apakah dia pacar kamu?"
Alma senyum-senyum malu, ia menundukkan wajahnya "Hanya teman bibi" jawabnya.
"Teman apa teman " Ledek Bibi itu.
"Ecehmmmm" Arfha langsung mendehem sambil merapikan Jaznya, ia juga melonggarkan dasinya.
"Kamu jangan dengarkan apa yang di katakan oleh Bibi ini, karena dia itu suka bercanda" Bisik Alma.
"Ok"
"Aish... menyebalkan sekali" Alma paling benci jika Arfha menjawab dengan dua huruf, ia menaikkan bibirnya.
Sedangkan bakso cinta yang mereka berdua pesan sudah jadi, bibi itu kemudian membawa ke meja "Baksonya sudah jadi, selamat menikmati "
"Terimakasih banyak Bibi" Ucap Alma.
Alma kemudian memasukkan bumbu seperti kecap, saus, cuka dan sambal. Setelah itu ia mengaduk dengan rata. Alma kemudian memasukkan satu sendok kuah bakso itu ke dalam mulutnya "Eummm... rasanya tidak pernah berubah dari dulu" Ucap Alma sambil memejamkan kedua bola matanya.
"Aneh ... Apa tempat enaknya makanan ini?" Batin Arfha bertanya-tanya.
Alma kemudian memasukkan satu butir bakso ke dalam mulutnya, ia mengunyahnya dengan nikmat sekali. Membuat Arfha tergoda, ia menelan ludahnya melihat Alma makan.
"Kenapa kamu tidak makan?" Tanya Alma.
Arfha menggelengkan kepalanya "Sebaiknya aku makan di tempat lain saja" jawab Arfha.
"Pokoknya kamu harus coba bakso ini, karena ini rasanya super enak. Aku yakin kamu jadi ketagihan"
"Tidak! Sebaiknya kamu saja yang makan"
"Yakin kamu tidak mau makan, enak banget loe"
Karena tidak tahan sama godaan Alma yang super nyebelin itu. Arfha secara perlahan mencicipi kuahnya saja, ia memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasanya tidak aneh, Arfha kembali mencicipi satu butir bakso. Ia mengunyahnya sambil menilai rasanya. Sangat enak ternyata, dengan lahap Arfha menghabiskan bakso itu.
Didalam hatinya Alma tertawa melihat Arfha menghabiskan bakso itu dengan lahap "Apakah kamu mau nambah?"
"Tidak! Aku sudah kenyang" Arfha gengsi sekali mengakui kalau ia sebenarnya ingin menambah satu mangkok lagi.
"Ya sudah kalau begitu"
"Tunggu dulu, sepertinya aku harus menambah satu mangkok. Karena aku ingin menilai rasanya lagi" Ucap Arfha malu-malu.
"Bibi baksonya satu mangkok lagi ya" Teriak Alma.
"Baiklah"
Beberapa menit kemudian.
"Baksonya sudah siap"
Alma membiarkan Arfha menikmati makan siangnya kali ini. Alma hanya bisa diam menatap wajah kekasihnya itu. Melihat bibir Arfha yang begitu seksi membuat Alma tergoda. Ia bahkan membayangkan sesuatu yang aneh, tersadar ia memukul-mukul kepalanya.
"Aku sudah selesai" Ucap Arfha.
"Kenapa cepat sekali?" Tanya Alma.
"Air mana air ... Aku mau minum" Arfha memasukkan sambal terlalu banyak ke dalam kuah baksonya, ia jadi kepanasan. Wajahnya mengeluarkan banyak keringat.
"Sebaiknya kamu minum dulu, wajah kamu keringatan lagi" Alma kemudian mengambil tisu dan menyeka keringat Arfha.
Melihat perhatian Alma yang sangat tulus, membuat Arfha semakin jatuh cinta "Kamu kenapa menatap saya seperti itu?" Tanya Alma ia menjadi salah tingkah.
"Tidak apa-apa Alma! Lakukanlah lagi"
"Sebaiknya kamu saja yang lanjutkan"
Alma melepaskan tisu dan kembali duduk. Terpaksa Arfha melanjutkan membersihkan keringatnya. Setelah semuanya sudah selesai, Alma pergi untuk membayar namun Arfha langsung mengeluarkan uangnya.
"Sebaiknya kamu simpan saja uangnya untuk kebutuhan kamu" Bisik Arfha.
Alma menghelai napas sambil melihat dompetnya berwarna hitam, ia kembali memasukkannya ke dalam tas kecilnya.
"Selanjutnya kamu mau kemana?" Tanya Arfha.
"Aku mau hari ini kita menghabiskan waktu bersama sampai malam tiba"
"Kemana?"
"Ikuti saja aku"
Mereka berdua kembali ke dalam mobil, sedangkan Arfha merasa tidak nyaman sama sekertaris Cio. Ia kemudian meminta sekertaris Cio untuk pulang, biar dia yang menyetir sendiri.
"Sebaiknya kamu balik saja ke apartemen, ini ada sedikit uang untuk membayar taxi online" Ucap Arfha.
"Baiklah Tuan"
Sekertaris Cio tidak pernah membantah apapun yang diperintahkan oleh Arfha, ia kemudian menghubungi taxi online. Beberapa menit kemudian taxi online itu datang dan sekertaris Cio langsung masuk.
"Kenapa dia pulang?" Tanya Alma dengan heran.
"Tidak apa-apa. Aku sengaja meminta dia pulang untuk istirahat"
"Memangnya dia sakit apa?"
"Sedikit capek"
"Oh begitu"
"Sebaiknya kamu duduk didepan, karena kalau kamu duduk dibelakang kesannya kamu jadi penumpang"
"Dasar kamu ini"
Alma kemudian pindah duduk, begitu juga dengan Arfha. Mereka berdua sekarang cuma berdua tidak ada yang akan menganggu mereka.
"Sekarang kamu sebagai peta berjalan, aku tinggal menjalankan mobilnya saja"
"Kalau begitu kamu tinggal lurus dari sini, nanti dipertigaan kamu tinggal belok kanan dan kamu tidak boleh berhenti sebelum mendengarkan perintah dari saya"
"Ok!" Tetapi Arfha belum menghidupkan mesin mobilnya, ia diam bagaikan pohon beringin.
"Kenapa kamu tidak jalan?" Tanya Alma.
"Aku akan menjalankan mobilnya jika kamu memberikan aku satu kali ciuman"
"Tidak mau ... Pokoknya aku tidak akan melakukan hal itu"
"Ya sudah aku tidak akan menjalankan mobilnya"
"Apa hubungannya coba?"