Suasana menjadi hening, Alma sudah tidak waras. Ia bahkan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Alma diam di tengah jalan tepat ditempat terjadinya kecelakaan tadi. Alma merentangkan tangannya sambil memejamkan kedua bola matanya.
"Aku akan menyusul kamu Arfha" Batinnya sambil tersenyum.
"Lihatlah ada orang mau bunuh diri" Teriak ibu-ibu dari pinggir jalan. Seorang ibu-ibu dengan usia yang tidak muda lagi.
Ada mobil besar dari arah belakang, mobil itu melaju dengan sangat kencang. Semua mata tertuju kearah Alma, mereka tidak bisa membayangkan jika Alma sampai di tabrak. Tidak ada yang berani menolong karena jarak antara mobil besar dan Alma sangat dekat.
Tiba-tiba seseorang datang seperti kilat menyelamatkan Alma, mereka berdua langsung terpental jauh ke pinggir jalan. Sedangkan mobil itu sama sekali tidak berhenti, ia terus berjalan dengan kecepatan tinggi.
"Aduh sakit sekali!" Alma meringik kesakitan, ia melihat ada luka di bagian siku tangan kanannya. Karena ia terjatuh miring ke Kanan.
"Sebaiknya kita segera ke rumah sakit" Kata-kata itu membuat Alma tercengang, ia melihat Arfha mengulurkan tangannya.
"Arfha!!" Ucap Alma dengan kedua bola mata membesar.
"Apakah kamu mau menghindari aku lagi Alma?" Tanya Arfha.
Alma terdiam, ia sangat bersyukur ternyata Arfha masih hidup. Arfha juga terlihat baik-baik saja, tidak ada cacat atau luka sama sekali. Dan ternyata orang yang menyelamatkan dirinya yang tadi itu adalah Arfha.
Tanpa basa-basi Arfha langsung menelpon asisten pribadinya yang bernama Cio, ia meminta Cio untuk segera datang ke tempatnya yang sekarang.
"Alma sebaiknya kamu tenang saja, saya akan Segera membawa kamu ke rumah sakit" Ucap Arfha.
"Tidak usah Arfha ... Aku bahkan tidak apa-apa"
"Tidak apa-apa bagaimana? Buktinya tangan kamu terluka, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa"
"Sungguh Arfha! Ini hanya luka kecil, sebentar lagi juga kering"
"Kamu ini kalau dikasih tahu keras kepala sekali"
"Serius Arfha"
Mobil Kilat berwarna hitam berhenti didepan mereka berdua. Cio langsung keluar menghampiri Arfha dan Alma "Maaf karena sudah membuat Tuan menunggu lama" Ucap Cio sambil membungkuk.
"Langsung ke rumah sakit sekarang" Perintah Arfha.
"Baiklah Tuan".
Cio kemudian membuka pintu mobil, ia mempersilahkan Arfha dan Alma masuk. Arfha membantu Alma untuk beridiri, ia juga menopong Alma masuk ke dalam mobilnya.
"Masuklah Alma"
"Sebaiknya aku kembali ke rumah saja" Alma tetap saja keras kepala.
"Aku janji akan mengantar kamu pulang ke rumah, tetapi setelah kamu di obati. Aku mohon Alma, dengarkan aku untuk kali ini saja"
Alma menatap kedua bola mata Arfha. Terlihat sangat tulus dari lubuk hati yang paling dalam "Baiklah" Jawab Alma sambil mengangguk.
Mereka berdua kemudian duduk dengan tenang "Apakah kita langsung jalan Tuan?" Tanya Cio.
"Ya" Jawab Arfha.
Cio kemudian menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya. Sedangkan Arfha menggenggam erat tangan Alma, ia tidak mau melepaskannya.
Di sepanjang perjalanan, suasana tiba-tiba menjadi hening. Alma dan Arfha saling menatap satu sama lain. Mereka berdua sama-sama mengirimkan sinyal-sinyal cinta. Ada rasa kerinduan yang ada didalam hati mereka. Hati Alma yang tadinya keras, seketika luluh. Ia kembali seperti biasanya, bersikap baik seperti biasanya.
Alma menyandarkan kepalanya di tubuh Arfha yang kekar, Alma juga menggenggam tangan Arfha. Menikmati kebersamaan bersama seseorang yang sangat di cintai. Alma menemukan titik kenyamanan yang selama ini ia cari. Ia juga merasa bahagia karena cintanya terbalas.
Secara perlahan Arfha mengangkat tangan kirinya, ia ingin menyentuh rambut Alma yang terlihat lembut. Arfha kemudian mengelus-elus rambut Alma lalu mencium rambut Alma.
"I love you Alma" Bisik Arfha.
"Aku juga mencintai kamu Arfha" Balas Alma dengan penuh cinta.
"Alma bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apakah kamu ingin hidup bersama dengan saya?"
Mendengar pertanyaan Arfha yang sangat serius, Alma langsung mengangkat kepalanya dan menatap wajah Arfha "Jika saya menjawab ya bagaimana tanggapan kamu?"
"Saya akan sangat bahagia sekali jika jawaban kamu memang seperti itu"
"Meskipun tanpa restu ayah dan ibu saya?"
Arfha menghelai napas panjang, ia teringat bagaimana perjuangannya selama ini untuk meyakinkan ayah dan ibu Alma. Tetapi tetap saja tidak pernah di perdulikan. Bahkan ayah Alma sangat keras dalam menentang hubungan mereka berdua.
"Kenapa kamu diam Arfha? Apakah kamu tidak sanggup?" Tanya Alma kembali.
"Saya sanggup Alma! Saya akan berusaha untuk kembali meyakinkan kedua orang tua kamu, percayalah Alma"
"Saya juga berharap Ayah dan ibu saya hatinya terbuka, semoga saja ada keajaiban"
"Jika kamu memberikan dukungan, saya pasti tambah yakin lagi"
Alma mengambil kedua tangan Arfha dan menyatukan dengan kedua tangannya "Aku janji akan mendukung kamu Arfha, ini demi cinta kita. Aku juga akan terus berusaha untuk membuat ayah dan ibu yakin, Kalau kamu memang laki-laki terbaik pilihan saya"
Bibir Arfha menebarkan senyuman yang sangat lebar sekali. Wajahnya berbinar seperti pancaran cahaya ilahi. Hatinya kembali berbunga-bunga, dirinya merasa seperti berada di tempat taman sakura. Sekarang hubungan mereka kembali membaik, mereka sudah berjanji untuk saling menguatkan satu sama lain.
Karena cinta yang sesungguhnya adalah, bisa saling melengkapi antara laki-laki dan perempuan. Bisa saling menguatkan di kala sedang lemah, bisa saling memotivasi di kala sedang down. Cinta sejati akan tetap bersama hingga sampai nanti, tidak ada kata perpisahan. Karena cinta sejati akan hidup sampai mati.
Rumah sakit besar.
Tidak terasa obrolan mereka begitu banyak, mereka tidak sadar kalau sudah sampai di rumah sakit besar.
"Kita sudah sampai Tuan" Ucap Cio.
"Ya!" Jawab Arfha "Alma sebaiknya kamu diam dulu, kamu jangan turun sebelum aku keluar" Pesan Arfha.
"Eummm" Alma mengangguk.
Seperti biasa Cio membukakan pintu mobil untuk atasannya. Setelah itu ia berdiri di belakang Arfha yang sedang membuka pintu mobil Alma. Ia membantu Alma untuk berjalan, padahal yang sakit tangan kanan Alma bukan kaki.
"Arfha aku bisa sendiri"
"Sebaiknya kamu diam, pokonya kamu tidak boleh banyak bicara"
Alma menaikkan bibirnya "Baiklah jika itu perintah raja"
"Tunggu dulu ... Kamu bilang apa tadi?"
Alma tersenyum lebar "He...Tidak ada, Sebaiknya kita segera masuk" Alma langsung mengalihkan pembicaraannya.
"Dasar kamu ini"
Arfha dan Alma kemudian masuk ke dalam. Ia mencari ruang dokter spesialis. Arfha tidak mau Alma di tangani oleh orang sembarangan "Arfha di tempat ini saja, karena aku hanya mengalami luka ringan" Bisik Alma.
"Diam bawel, sebaiknya kamu diam di tempat ini dan tunggu sampai aku datang kembali"
Karena tidak mau berdebat panjang lebar, Alma mengikuti apapun perintah Arfha. Karena percuma juga ia membantah. Alamat duduk di kursi besi tepat di ruang tunggu.