"Oh ya untuk hari ini kamu tidak usah bekerja dulu ya"
"Kenapa seperti itu Tante?" Tanya Alma dengan heran.
"Pokoknya hari ini kamu Santai dulu, duduk dengan tenang sambil menikmati makanan dan minuman yang tersaji di atas meja" Jawab bibi Nila sambil memperagakan tangannya. Sikapnya yang penuh curiga membuat Alma penasaran.
Alma melihat ke belakang tidak ada apa-apa. Alma juga menengok ke arah kiri dan melihat ke arah kanan tidak ada siapa-siapa juga. Bibi Nila melambaikan tangannya tepat di wajah Alma "Kamu kenapa Alma?".
"Tidak ada apa-apa Tante" Jawab Alma sambil menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu sebaiknya kamu duduk dulu"
"Baiklah"
Alma kemudian duduk sambil meletakkan tas selempangnya, seketika itu ia teringat sama Arfha. Alma menghelai napas panjangnya, ada rasa bersalah sama dirinya sendiri karena ia telah membuat Arfha kecewa.
"Tek...Tek...Tek..." Terdengar suara langkah kaki. Alma berpikir kalau itu adalah Bibi Nila.
Namun Alma merasa ada sesuatu yang berbeda, ia mencium aroma parfum yang tidak asing lagi. Ia sudah mengenal dengan jelas aroma parfum ini. Alma memejamkan kedua bola matanya sambil menghirup udara yang ada didalam ruangan.
"Apakah Arfha ada di ruangan ini?" Batin Alma bertanya-tanya.
Arfha melangkahkan kakinya dengan lebih pelan lagi, ia tersenyum hangat dan duduk tepat didepan Alma yang masih memejamkan kedua bola matanya. Alma merasa ada bayangan seseorang didepannya. Secara perlahan ia membuka kedua kelopak matanya.
Melihat sosok Arfha, dengan wajah tampan membuat Alma seperti sedang bermimpi. Ia sangat terkejut karena laki-laki yang ia sangat cintai ada didepan matanya. Jantung Alma berdetak dengan kencang, seperti suara orang sedang lomba berlari.
"Alma" Sapa Arfha dengan suara lembut.
"Kamu kenapa bisa ada disini?" Tanya Alma dengan heran.
"Aku sengaja menunggu kamu Alma"
"Arfha sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi. Karena aku sudah berjanji sama ibu dan ayah. Aku tidak mau membuat mereka berdua kecewa Arfha"
"Aku tahu Alma ... Tapi aku tidak bisa jauh dari kamu"
"Arfha kita ini memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Kamu dan aku ibarat bumi dan langit yang tidak akan pernah bisa bersatu"
"Aku dan kamu ibarat jarum dan benang, yang tidak akan pernah bisa di pisahkan. Kamu jangan pernah menyalahkan diriku atas cinta ini Alma, karena sesungguhnya aku sangat mencintai kamu. Aku tulus ingin memiliki kamu seutuhnya"
"Sebaiknya aku pergi dari sini" Alma merasa tidak tahan dengan perasannya. Ia tidak tega sama Arfha setiap kali mengungkapkan perasaannya.
Alma langsung mengambil tasnya dan keluar, ia meninggalkan Arfha begitu saja. Namun Arfha tidak mau menyerah, ia bahkan mengikuti langkah Alma.
Di pinggir jalan raya.
Tepat di pinggir jalan raya, Arfha memanggil Alma. Tetapi Alma sama sekali tidak mau menoleh apalagi berhenti.
"Alma ... Tunggu!!"
"Aku tidak mau membuat kamu terluka Arfha, sebaiknya kamu menyerah saja" Gumam Alma sambil berjalan. Bulir-bulir air matanya sedari tadi berjatuhan.
"Baiklah Alma ... Aku menghargai keputusan kamu. Mungkin perjuangan aku cukup sampai disini saja. Terimakasih Alma, karena kamu adalah wanita pertama yang mampu menaklukkan hatiku selama ini" Ucap Arfha dengan keras.
Ia berjalan tepat ditengah jalan raya. Arfha sudah putus asa. Ia tidak tahu lagi mau berbuat apa? Karena semua usahanya sia-sia. Sepertinya Arfha kehilangan harapan, ia tidak bisa menjalankan hidupnya tanpa Alma.
Di tengah jalan raya, begitu banyak kendaraan lewat, beberapa membunyikan klakson dengan keras "Titt....titt...tittt" Suara klakson mobil dan sepeda motor lainnya.Namun Arfha tidak memperdulikan hal itu, ia bahkan tidak takut mati.
Beberapa orang menjadi geram "Hei... apakah kamu sudah gila? Kamu ini mau mencari mati ya?" Suara kakek Tua ke arah Arfha.
Tetap saja itu tidak membuat Arfha terpengaruh, karena tujuannya memang mau bunuh diri. Sedangkan Alma sudah berjalan lumayan jauh, tiba-tiba terdengar suara dahsyat. Seperti terjadi kecelakaan "Duarrrrr".
Suara itu langsung menghentikan langkah Alma, ia melihat ke arah belakang dengan hati gemetaran. Sedangkan ia tidak menemukan sosok Arfha. Pikiran Alma sudah kacau, ia melihat beberapa mobil mewah dan kendaraan lainnya berhenti di tengah jalan.
Beberapa orang berlarian melihat kecelakaan itu. Perasaan Alma tidak enak, ia langsung berlari ke arah kerumunan orang.
"Arfha" Teriak Alma sambil menyeka air matanya.
Karena terlalu banyak orang, Alma tidak mempunyai celah untuk bisa ke tengah, ia hanya melihat dari arah kejauhan seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam sudah di tutup dengan kain kafan berwarna putih dan langsung di bawa oleh mobil ambulans.
Alma syok, napasnya menjadi tidak beraturan. Ia merasa sangat hancur. Alma menggelengkan kepalanya, ia berusaha meyakinkan dirinya kalau laki-laki itu bukanlah Arfha.
"Tidak ... Itu tidak mungkin Arfha! Aku pasti salah lihat" Gumam Alma.
Alma langsung terjatuh, tiba-tiba kakinya menjadi lemas dan tidak bisa berdiri dengan kuat. Alma mengacak-acak rambutnya sambil berteriak seperti orang gila.
"Tidak!!" Teriak Alma sambil mendongak. Setelah itu ia menundukkan wajahnya, ia ber telungkup seperti kura-kura.
"Ini semua memang salah diriku, aku yang sudah membuat Arfha mengalami kecelakaan. Arfha aku tidak mau kehilangan kamu, aku sangat mencintai kamu Arfha. Kembalilah Arfha, aku janji aku tidak akan meninggalkan kamu begitu saja. Aku janji aku akan selalu ada untuk kamu Arfha. Kembalilah ... Aku sangat mencintai kamu" Alma berbicara pada dirinya sendiri, ia tidak perduli meskipun di lihat oleh banyak orang. Ia tidak perduli meskipun dirinya di sangka orang gila.
Alma terus saja memanggil nama Arfha, nama laki-laki yang sangat ia cintai selama ini. Nama laki-laki yang selalu membuat dirinya kembali bersemangat menjalani hari-harinya. Membayangkan hidupnya tanpa Arfha, Alma menjadi tidak berdaya.
Satu persatu orang-orang pergi dari kerumunan yang tadi. Satu persatu mobil dan kendaraan lainnya juga sudah pergi. Hanya tinggal bekas darah di tengah jalan raya.
Alma melihat ke arah depan, air matanya semakin deras mengalir. Ia berusaha untuk bangun, ia melangkahkan kakinya dan mengulurkan tangannya. Alma menempelkan tangannya ke jalan raya menyentuh bekas darah.
Wajah Alma terlihat sangat berduka, kedua bola matanya bengkak. Hidungnya memerah mengeluarkan cairan bening "Jika kamu sudah pergi, untuk apa aku hidup di dunia ini? Aku tidak bisa hidup tanpa kamu Arfha" Ucap Alma sambil menangis tersedu-sedu.
Suasana menjadi hening, Alma sudah tidak waras. Ia bahkan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Alma diam di tengah jalan tepat ditempat terjadinya kecelakaan tadi. Alma merentangkan tangannya sambil memejamkan kedua bola matanya.
"Aku akan menyusul kamu Arfha" Batinnya sambil tersenyum.
"Lihatlah ada orang mau bunuh diri" Teriak ibu-ibu dari pinggir jalan. Seorang ibu-ibu dengan usia yang tidak muda lagi.