Ia menatap Arfha dengan penuh cinta, menempelkan tangannya di dada yang semakin berdetak kencang. Wajahnya Alma berubah memerah seperti buah Cherry, ia hampir tidak percaya kalau laki-laki yang ada didepannya adalah Arfha.
Ternyata Rudi juga mempunyai pandangan yang sama terhadap Arfha, ia melihat sosok Arfha seperti seorang pangeran karena ia memiliki karisma yang sangat menarik. Rudi bengong seperti patung Liberti.
"Arfha ... Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Alma dengan ekspresi heran.
Arfha tersenyum sambil melangkah ke arah Alma "Saya sengaja untuk menjemput kamu" Jawab Arfha dengan santai.
"Menjemput saya? Tapi saya tidak pernah ada janji sama kamu"
"Sebaiknya kamu masuk ke dalam mobil" Suruh Arfha.
Alma teringat sama janji yang ia buat kepada ibu dan ayahnya "Maaf Arfha, sebaiknya kamu tidak usah menemui saya lagi"
"Kenapa Alma?"
"Karena saya tidak ingin membuat hati kedua orang tua saya hancur"
"Kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti itu? Alma saya mohon sama kamu, kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik"
"Stop jangan sentuh saya Arfha!!" Alma berusaha menjauhkan dirinya.
Sedangkan Rudi sebagai penonton, ia belum tahu permasalahan Alma dan Arfha. Rudi ingin sekali bertanya, tapi bagaimana mungkin Alma menjawab pertanyaannya. Sedangkan ia berniat baik saja, Alma langsung memberikan tatapan yang sangat mengerikan.
Arfha mengerutkan keningnya "Memangnya kenapa Alma?" Tanya Arfha.
Padahal didalam lubuk hatinya yang paling dalam, Alma kangen banget sama Arfha. Ia ingin sekali memeluk Arfha, tapi apalah daya Alma, ia tidak berani gegabah, karena hubungan mereka terhalang Restu.
"Sudah saya bilang saya tidak ada urusan lagi sama kamu Arfha, jadi saya mohon mengertilah"
Arfha terdiam seribu bahasa, bagaimana ia harus mengerti tentang perasaan Alma. Sedangkan ia ingin membuktikan kalau dirinya itu benar-benar serius menjalani hubungan sama Alma.
Karena tidak mau berdebat panjang lebar, Alma memanfaatkan Rudi. Tanpa basa-basi Alma langsung naik ke motor Rudi.
"Ayok jalan Rudi!!" Ucap Alma dengan ekspresi penuh haru.
"Dengan senang hati Alma, aku akan membawa kamu kemanapun kamu mau pergi"
Dengan segera Rudi menghidupkan mesin motornya, ia kemudian menjalankannya dengan sedang. Begitu teganya Alma meninggalkan Arfha, padahal Arfha bertahan sampai sejauh ini.
Namun Arfha langsung masuk ke dalam mobilnya, ia justru mengikuti Alma kemanapun ia pergi "Aku tidak akan menyerah Alma" Ucap Arfha.
"Sepertinya orang tadi mengikuti kita Alma" Ucap Rudi sambil melihat spion motornya.
"Gunakan kecepatan tinggi, jangan sampai dia bisa mengejar kita"
"Ini sudah sangat tinggi Alma"
"Sebaiknya kamu masuk ke jalan kecil saja untuk menghindari orang itu"
"Ok ... Akan saya lakukan"
Rudi mencari gang Kecil sesuai perintah Alma. Ia langsung belok ke arah kiri, namun ia kejebak ke jalan buntu "Sial ini jalan buntu Alma" Ucap Rudi dengan kesal.
"Kamu yang salah, lebih baik kamu putar motor kamu secepatnya"
"Ya" Rudi memutar kembali motornya.
Rudi kembali mencari jalan umum, sedangkan Arfha kehilangan jejak. Arfha memukul setir mobilnya dengan Kuat, ia merasa sangat kesal sekali.
"Sial ... Kenapa Alma menghindari saya? Apakah dia sengaja melakukan ini?" Ucap Arfha.
Satu-satunya tempat Alma bekerja adalah kafe terdekat pusat kota. Jadi dengan mudahnya Arfha bertemu lagi dengan Alma. Dengan segera Arfha melanjutkan perjalanannya.
Kafe terdekat.
Seperti biasa Arfha memarkir mobilnya di tempat biasa. Bibi Nila langsung tersenyum ramah menyambut Arfha "Selamat pagi Tuan ... Senang sekali bisa melihat Tuan berkunjung lagi ke tempat saya" Ucap Bibi Nila.
"Pagi Juga Bibi!"
"Silahkan Tuan duduk dulu" Bibi Nila langsung mempersilahkan Arfha duduk.
"Terimakasih Bibi"
"Tuan mau minum atau mau makan?" Tanya Bibi Nila.
"Saya tidak ingin apa-apa Bibi"
Bibi Nila mengerutkan keningnya, kalau tidak mau pesan makanan atau minuman untuk apa dia datang kemari. Tujuan Bibi Nila membuat Kafe ini untuk mencari keuntungan, bukan memberikan tempat tongkrongan gratis.
"Percuma saja kamu datang kemari" Batin Bibi Nila.
Ia kemudian meninggalkan Arfha begitu saja, di saat Bibi Nila sedang berjalan Arfha langsung memanggil "Bisakah anda membantu saya?" Tanya Arfha.
Bibi Nila berhenti dan langsung menoleh "Apakah Tuan bertanya sama saya?" Ucap Bibi Nila sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Arfha mengangguk, Bibi Nila kemudian berjalan mendekat Arfha, ia beridiri sambil menatap wajah Arfha "Tergantung" Lanjut Bibi Nila.
Arfha tersenyum "Kalau untuk masalah itu Bibi tubuh usah khawatir, karena saya tidak akan meminta bantuan secara gratis" Arfha benar-benar jeli, ia sudah tahu seperti apa Bibi Nila.
"Memangnya mau minta bantuan apa?"
Sebelum berbicara Arfha mengeluarkan beberapa lembar uang yang nominalnya lumayan besar, ia meletakkan di atas meja tepat didepan Bibi Nila. Kedua bola mata bibi Nila membesar melihat lembaran-lembaran uang itu, didalam hati ia ingin segera mengambilnya. Tetapi ia jual mahal dan berpura-pura untuk tidak terpengaruh sama uang itu.
"Apakah masih kurang?" Tanya Arfha.
"Oh tidak ... Ini sudah lebih dari banyak" Jawab Bibi Nila, kedua tangannya sudah gatal ingin menyentuh uang itu, aromanya juga tercium sampai masuk ke dalam organ tubuhnya.
"Tugas Bibi Nila adalah jangan memberitahu Alma kalau saya menunggunya di tempat ini dan satu lagi saya ingin Bibi Nila untuk tidak menerima tamu dulu, khusus untuk hari ini" Ucap Arfha.
Bibi Nila berpikir tugas yang di berikan oleh Arfha akan sangat berat, ternyata hanya tugas ringan saja. Bibi Nila langsung menjabat tangan Arfha sebagai tanda persetujuan.
"Baiklah kalau begitu" Ia langsung mengambil uang itu dan mengipaskannya.
Arfha menyembunyikan mobilnya, ia kemudian duduk di kursi yang paling pojok sambil menunggu kedatangan Alma. Beberapa menit kemudian, Alma datang di antar oleh Rudi.
"Sampai disini saja" Ucap Alma.
"Apakah aku boleh ikut?" Tanya Rudi.
"Tidak boleh!!"
"Padahal aku ingin sekali makan bersama kamu"
"Sebaiknya kamu pergi sana, jangan ganggu aku"
"Tapi Alma"
"Pergi" Alma mendorong motor Rudi, dalam keadaan terpaksa Rudi pergi meninggalkan Alma. Padahal ia berharap sekali Alma memberikan dia minuman, meskipun hanya sekedar air putih saja.
Alma yang masih berdiri tepat didepan pintu gerbang sambil melihat ke arah jalan. Tiba-tiba dikejutkan oleh suara Bibi Nila "Alma sayang Bibi kangen banget sama kamu" Sapa Bibi Nila dengan ramah, ia memeluk Alma.
Sedangkan didalam hati Alma, ia masih merasa heran kenapa bibi Nila tiba-tiba berubah menjadi baik dan ramah seperti ini. Padahal kemarin-kemarin ia tidak pernah bersikap seperti ini. Tapi Alma merasa bodoh amat, iapun membalas pelukan bibi Nila.
"Oh ya untuk hari ini kamu tidak usah bekerja dulu ya"
"Kenapa seperti itu?" Tanya Alma dengan heran.
"Pokoknya hari ini kamu Santai dulu, duduk dengan tenang sambil menikmati makanan dan minuman yang tersaji di atas meja" Jawab bibi Nila sambil memperagakan tangannya.