Ny Yulia menghelai napas panjang, ia mengelus dadanya menyesali apa yang terjadi hari ini.
"Alma sebaiknya kamu duduk dulu, bicara dengan tenang. Tidak baik berbicara dalam keadaan emosi seperti ini" Bujuk Tuan Mario.
"Percuma Alma berbicara baik-baik, ujung-ujungnya ayah tidak akan pernah mengerti apa yang Alma katakan"
Ny Yulia merasa kalau putrinya itu sungguh keterlaluan, ia sangat geram sekali "Dimana sopan santun kamu sebagai seorang anak? Kenapa kamu ini bersikap seolah-olah tidak ingin di salahkan?"
"Selama ini Alma selalu bersikap baik dan selalu menuruti apapun keinginan ayah, ketika Alma bersikap tegas sama keadaan justru ayah menyalahkan sikap Alma. Kenapa sih Anak itu selalu disalahkan?" Lanjut Alma, ia justru semakin menjadi-jadi.
"Alma kamu ini belum terlalu dewasa untuk memahami semua ini. Ayah dan ibu melakukan semua ini semata-mata demi kebaikan kamu, bukan demi kebaikan ayah dan ibu"
"Pokonya Alma benci sama ayah dan ibu" Alma menghentakkan kakinya, ia kemudian membalikkan badannya dan pergi begitu saja.
Tuan Mario menghelai napas panjangnya sambil mengelus dadanya. Ada rasa sedih dan kecewa di dalam hatinya, karena anak yang selama ini baik dan penurut tiba-tiba berubah meja pemberontak. Berbeda dengan Ny Yulia, ia menggelengkan kepalanya, ia sangat heran sama Alma. Kenapa sikapnya tiba-tiba mendadak berubah menjadi keras kepala.
"Ibu berharap ayah jangan masukkan ke dalam hati kata-kata Alma yang tadi" Ucap Ny Yulia sambil mengelus punggung sumainya.
"Ayah takut saja, jika Alma melakukan hal yang tidak-tidak ibu"
"Sudahlah ayah, kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Alma. Semoga mata hatinya di buka"
"Ibu benar, semoga saja Alma segera sadar"
Kamar Alma.
Alma membuang tubuhnya di ranjang, memeluk bantal adalah kebiasaan Alma di saat dirinya merasa sedih. Air matanya mengalir seperti air sungai yang tiada henti. Alma menangis tersedu-sedu.
Rasa cintanya terhadap Arfha sangat dalam, ia bahkan sampai lupa untuk mencintai dirinya sendiri. Namanya juga remaja yang baru mengenal cinta, jadi wajar jika Alma sampai melawan orang tuanya. Alma selalu menganggap dirinya benar. Hingga saat ini, bantalnya basah kuyup oleh air mata beningnya.
Rasa rindu terhadap Arfha kian mendalam, teringat akan senyuman Arfha yang menawan. Semakin terngiang-ngiang ingin bertemu.
"Aku tidak akan tinggal diam, aku akan mencari cara untuk melakukan apa saja agar bisa bersama Arfha"Ucap Alma sama dirinya sendiri.
Alma tiba-tiba teringat sama sahabatnya yang bernama Rita, ia ingin bertemu tetapi ia tidak mempunyai handphone untuk menghubungi Rita. Sedangkan ia tidak diizinkan untuk keluar. Alma terkurung didalam kamarnya.
Setelah dua hari.
Sebagai orang tua, Ny Yulia dan Tuan Mario sudah melupakan masalah dua hari yang lalu. Ia kembali bersikap baik kepada Alma. Amarah yang kemarin membesar sekarang sudah mulai mereda.
Begitu juga dengan Alma, ia terlihat lebih baik sekarang. Wajahnya terlihat lebih ceria daripada kemarin-kemarin.
Sekitar jam 08.00 pagi, Alma sudah siap-siap untuk pergi bekerja. Karena beberapa hari yang lalu ia tidak pernah masuk. Ia kemudian minta izin kepada kedua orangtuanya.
"Ibu, ayah!! Alma mau pergi bekerja dulu"
"Apakah kamu yakin?" Tanya Ny Yulia sambil membersihkan meja di ruang tamu.
"Ya ibu" Jawab Alma sambil menganggukkan kepalanya.
Tuan Mario yang sedang membaca koran langsung melipat dengan keras, suara lipatannya terdengar sampai ke telinga Alma "Sebaiknya kamu tidak usah pergi bekerja" Ucap Tuan Mario, ia sama tidak mengizinkan Alma.
Alma mengerutkan keningnya, ia merasa kecewa lagi "Memangnya kenapa ayah? Apakah gara-gara Arfha? Kenapa ayah itu keras banget sama Alma? Padahal niat saya baik untuk pergi bekerja. Lagi pula kalau saya tidak masuk, nanti saya di pecat"
"Ayah sebaiknya izinkan Alma untuk bekerja"
"Tapi ibu!!"
Ny Yulia tersenyum sambil mengedipkan matanya. Tuan Mario terdiam sejenak, memikirkan keputusannya. Melihat sikap istrinya yang sangat baik dan lembut membuat tuan Mario luluh "Ya sudah kamu hati-hati. Ingat kamu jangan pernah berhubungan lagi sama laki-laki luar itu, apalgi sampai bertemu secara diam-diam"
Alma tersenyum bahagia, karena hari ini ia merasa dirinya bebas dari sangkarnya. Alma memeluk Ny Yulia dan juga Tuan Mario"Baik ayah, pokoknya ayah dan ibu tenang saja. Saya tidak akan bertemu dan berhubungan lagi sama Arfha" Ucap Alma, ia meyakinkan kedua orangtuanya.
Alma kemudian mencium punggung tangan kedua orangtuanya, setelah itu ia pergi ke tempat kerjanya. Pagi ini Alma menggunakan celana jins berwarna biru Dongker, baju kaos putih dan jaket putih, ia juga menggunakan sepatu cat berwarna putih biar Senda sama bajunya, rambutnya diikat biasa memperlihatkan bentuk wajahnya yang terlihat sangat manis.
Alma berjalan sambil mengayunkan tangannya, kebetulan tempat kerja Alma tidak terlalu jauh. Hanya berjarak satu kilo dari rumahnya.
Di perjalanan.
"Titt...titt...titt" Suara klakson motor terdengar sangat kuat. Membuat Alma berisik. Ia berhenti sejenak dan melihat ke arah samping.
"Hei Alma kamu mau kemana?" Tanya Rudi, laki-laki yang selama ini mengejar-ngejar Alma. Rudi memberikan senyuman terbaiknya hari ini.
Namun Alma sama sekali tidak membalas senyuman Rudi, melihat wajahnya saja Alma muak. Ia langsung mengalihkan pandangannya.
"Alma kenapa kamu diam saja? Bagaimana kalau kamu naik di motorku ini, kebetulan aku sudah menggantinya dengan yang baru" Rudi selalu saja bersikap manis sama Alma.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini sebelum aku melempar kamu jauh-jauh"
"Kenapa kamu galak sekali? Padahal niat aku sangat baik"
"Sorry aku tidak butuh niat baik kamu"
"Ayolah Alma, sekali ini saja kamu mau ya saya bonceng" Rudi merengek seperti bayi.
"Tidak!!" Jawab Alma dengan tegas.
Tanpa di sadari, mobil mewah mungil warna hitam kilat berhenti didepan Alma dan Rudi. Mobil itu sangat imut sekali, tidak ada yang memiliki mobil mewah di pusat kota tempat Alma tinggal.
Kebanyakan orang menggunakan mobil Pajero, Xpander, Fortuner, Terios dan kijang. Namun mobil ini mempunyai merek luar negeri.
"Siapa itu?" Gumam Alma sambil memegang tas slempangnya.
Arfha keluar dengan aura yang memukau, ia menggunakan pakaian serba hitam, penampilannya semakin terlihat sempurna. Kedua bola mata Alma membesar, mulutnya terbuka lebar. Jantungnya berdebar-debar seperti getaran gelombang dari dasar Lautan.
Ia menatap Arfha dengan penuh cinta, menempelkan tangannya di dada yang semakin berdetak kencang. Wajahnya Alma berubah memerah seperti buah Cherry, ia hampir tidak percaya kalau laki-laki yang ada didepannya adalah Arfha.
Ternyata Rudi juga mempunyai pandangan yang sama terhadap Arfha, ia melihat sosok Arfha seperti seorang pangeran karena ia memiliki karisma yang sangat menarik. Rudi bengong seperti patung Liberti.